Dark
Light

[Music Monday] Sebenarnya, Startup Musik Sudah Lama Ada di Indonesia (Part 1)

2 mins read
March 26, 2012

Sebenarnya apakah definisi startup itu? Dan dalam konteks DailySocial, apakah startup teknologi itu? Berdasarkan Wikipedia, sebuah startup adalah, “Perusahaan atau organisasi sementara yang dirancang untuk mencari model bisnis yang dapat berkembang atau diulang”. Artikel di Wikipedia tersebut menjelaskan lebih lanjut bahwa, “Perusahaan startup memiliki berbagai macam bentuk namun istilah perusahan startup sering diasosiasikan dengan perusahaan dengan perkembangan pesat yang berorientasi teknologi. Investor  umumnya lebih sering tertarik pada perusahaan baru yang dikenal oleh profil risiko/ganjaran dan skalabilitas”.

Anda bisa membaca penjelasan lengkap pada tautan di atas, namun saya pikir saya telah menuliskan kata kunci dari definisinya, dan saya pikir sebagian besar dari Anda juga akan menambahkan keterangan ‘beroperasi tidak lebih dari 3 tahun’ dari kriteria tersebut.

Dengan perhatian yang didapatkan oleh para startup di bidang teknologi dalam setahun ke belakang, kalau melihat dari daftar yang ada di Startuplokal.org showcase, jumlah startup di bidang musik hanya segelintir, beberapa mati, beberapa hanya memiliki halaman pendaftaran beta, dan beberapa lagi bahkan tidak ‘live’ sama sekali. Meskipun saya setuju bahwa daftar ini kurang komperhensif, namun sedikitnya daftar ini menunjukkan bahwa startup di bidang musik jauh dari perhatian media yang membahas startup secara umum. Jika Anda tidak percaya, cobalah Anda lakukan pencarian di internet untuk startup musik di Indonesia, Anda akan tahu maksud saya.

Saat ini, ada beberapa perusahaan di Indonesia yang memasuki segmen musik dan masuk kriteria di atas:

  1. Menggunakan teknologi untuk mencapai model bisnis yang berskala tinggi – sebuah server SMS yang mampu menghantarkan konten untuk 100 atau satu juta pelanggan.
  2. Menggunakan teknologi untuk menawarkan musik atau layanan yang berkaitan dengan musik – menjual ringtone, truetone, RBT, SMS penggemar atau mobile wallpaper.
  3. Menggunakan jaringan yang luas dari pengguna untuk mencapai skala yang lebih besar – para pelanggan jaringan operator telekomunikasi.
  4. Menggunakan sistem pembayaran elektronik untuk monetisasi – biaya SMS.
  5. Perusahaan tertua dari kategori ini mungkin masih di bawah 10 tahun.

Betul, saya berbicara tentang perusahaan yang paling banyak difitnah yaitu para Content Provider (CP), perusahaan yang dipersalahkan atas berbagai masalah pencurian pulsa telepon yang banyak diberitakan sejak bulan Oktober tahun lalu. Kasusnya masih berjalan, dan isunya sendiri telah mengakibatkan pemerintah melakukan penghapusan semua layanan yang bergantung pada biaya SMS, hal ini mengakibatkan, seperti yang saya dengar, 85% dari bisnis CP yang telah berjalan, menghilang. Kebanyakan CP telah menutup pintu mereka dan banyak yang mengatakan bahwa kematian layanan berbasis SMS premium akan segera dekat. Namun pada puncaknya, berbagai CP ini adalah para startup dengan industri berharga jutaaan dollar.

SMS menjadi pilihan karena secara virtual didukung 100% oleh semua ponsel dari semua jaringan GSM yang ada, memiliki kemampuan untuk menghantarkan ringtones monophonic yang sederhana, untuk manghantarkan tautan WAP untuk mengunduh rich content seperti video dan potongan audio. Untuk layanan SMS premium ini, biasanya sistem pengawasan dimiliki dan dibangun (dan oleh karenanya berada dalam pengawasan dari) CP. Perusahaan telekomunikasi menyediakan penghantaran konten dan fasilitas pembayaran (yang mengakibatkan CP sangat bergantung pada perusahaan telekomunikasi untuk menerima pembayaran). Untuk layanan RBT, infrastruktur harus berada di sisi telco, berjalan di bisnis telco, dengan penyedia konten, well, secara mendasar menyediakan konten untuk dimasukkan ke data RBT. Banyak program yang menggabungkan RBT, nada dering, langganan SMS dan perkembangan lain, secara mendasar berinovasi dalam infrastruktur perusahaan telekomunikasi dan keterbatasan mekanisme pembebanan biaya SMS.

Berbagai perusahaan penyedia konten ini telah memulai bisnis mereka dengan menjual nada dering sejak tahun 2000-an, memulai bahkan tidak dengan SMS premium, tetapi dengan layanan panggilan telepon premium – 0809 (merupakan industri lainnya yang kini mati setelah buruknya reputasi dari layanan panggilan sex dan pembengkakkan tagihan telepon). Yang dibutuhkan dalam ekosistem bisnis ini hanya sebuah server yang bisa mengirimkan konten dan sebuah koneksi ke sistem penghantaran yang dimiliki perusahaan telekomunikasi;  tentu saja, Anda membutuhkan biaya pemasaran – itu kenapa Anda bisa melihat iklan layanan nada dering, RBT dan layanan SMS lainnya di televisi, dan ada pula iklan mobile yang mempromosikan nada dering ini atau wallpaper yang muncul ketika Anda menjelajah situs menggunakan ponsel Anda.

Jadi, siapa para penyedia konten ini? Dan inovasi apa yang telah mereka lakukan di dunia musik digital? Tunggu tulisan selanjutnya di bagian kedua seri artikel ini minggu depan.

Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, ia kini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

2 Comments

  1. terlalu banyak praktik nggak sehat klo bicara para kontent provider tanah aer sih, kasihan yang jujur jadi kena imbasnya,
    cukup sering dapat sms seperti ini,
    “selamat, anda dapat ringtone gratis selama satu minggu [lagu dengan judul lagu bla bla bla] dari [artis bla bla bal], untuk menonaktifkan ketik Del [spasi] bla bla bla ke xxx…”
    nah lo, klo kita nggak ngapa ngapain, minggu depan kita otomatis kepotong 2 ribu perak, klo kita berhenti berlangganan kita berarti kepotong pulsa 300 perak, kecil sih, tapi khan ini maksa, klo dikalikan jutaan pelanggan ini uang gede gaaan…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Rencana Kebangkitan Microsoft Mungkin Bisa Membawa Hasil

Next Story

Jakarta Founder Institute starts accepting startups for summer class

Latest from Blog

Don't Miss

Mencermati Tempat NFT Di Industri Musik

Tak lama setelah lulus kuliah, saya sudah bekerja di industri
Meskipun platform streaming musik lokal masih sulit bersaing dengan platform global, podcast mungkin menjadi penentu masa depan platform musik.

Lagu Sendu untuk Aplikasi Streaming Musik Lokal

Peta persaingan aplikasi streaming musik di Indonesia hari ini ramai