Akankah Multiple View Menjadi Masa Depan Dari Tayangan Esports?

Beberapa perusahaan mulai tertarik untuk mengembangkan fitur multiple view.

Sekarang, hampir semua konten esports disajikan dengan satu format. Selama pertandingan berlangsung, penonton dapat melihat perspektif dari para pemain secara bergantian, sementara shoutcaster akan memberikan komentar tentang apa yang tengah terjadi. Jadi, di hadapan audiens, pertandingan esports merupakan sebuah cerita dengan narasi dari shoutcaster. Setelah pertandingan, biasanya penyelenggara akan menampilkan highlight momen-momen penting selama pertandingan.

Sejauh ini, format itu berjalan dengan baik. Namun, hal itu bukan berarti format tersebut sudah sempurna. Format itu mungkin terasa membosankan bagi orang-orang yang menonton konten esports untuk pertama kali. Selain itu, format yang digunakan saat ini juga tidak memungkinkan seseorang untuk menonton pemain atau tim favorit mereka dari awal hingga akhir pertandingan. Karena itu, beberapa perusahaan game mencoba untuk mengembangkan format alternatif, yaitu multiple view.

 

Sony Daftarkan Paten untuk Multiple View

Pada April 2021, Sony mendaftarkan paten yang memungkinkan penonton  pertandingan esports untuk mengganti sudut pandang. Seperti yang disebutkan oleh GameRant, fitur itu memungkinkan penonton untuk melihat konten yang mereka inginkan. Dengan begitu, jika seorang fan ingin mengikuti jalannya pertandingan dari sudut pandang pemain atau tim favoritnya, dia bisa melakukan hal itu.

Selain itu, fitur untuk mengganti sudut pandang memungkinkan penonton untuk memerhatikan pemain dengan role tertentu. Jadi, mereka akan bisa mempelajari teknik atau gameplay dari pemain profesional yang punya role yang sama dengan mereka. Misalnya, seorang fan tertarik dengan peran Observer dalam PUBG Mobile. Untuk mengetahui tugas para Observer, dia bisa mengamati sudut pandang Zuxxy dari Bigetron RA. Jika penonton bisa mengamati teknik para pemain profesional yang mereka minati, hal ini bisa membuat penonton menjadi semakin tertarik menonton konten esports. Pasalnya, salah satu alasan mengapa seseorang menonton konten esports adalah untuk mempelajari teknik dari pemain profesional.

Seseorang akan bisa membuat avatar diri dalam ruang virtual untuk menonton. | Sumber: GameRant

Masih di bulan April 2021, Sony juga mendaftarkan paten lain terkait cara menonton konten esports. Kali ini, paten yang Sony daftarkan memiliki kaitan dengan teknologi VR. Dalam paten terbaru Sony, mereka ingin membuat teknologi yang memungkinkan penonton untuk membuat avatar dari diri mereka sendiri ke dalam ruang virtual untuk menonton jalannya pertandingan bersama penonton lainnya. Jadi, meskipun seseorang menonton pertandingan esports dari rumah, mereka bisa merasakan pengalaman seolah-olah berada di tempat pertandingan dilangsungkan.

Tak berhenti sampai di situ, Sony juga ingin para penonton bisa memilih sudut pandang yang ingin dia lihat. Namun, penonton juga bisa diarahkan untuk melihat momen paling penting dari sebuah pertandingan. Mengingat Sony ingin membuat ruang virtual sebagai tempat berkumpulnya para penonton, tidak tertutup kemungkinan, ada sebagian fans yang memiliki perilaku mengganggu. Karena itu, Sony ingin menyediakan fitur yang memungkinkan penonton untuk berpindah "tempat duduk".

Penonton juga akan bisa memilih untuk menjauh dari penonton yang mengganggu. | Sumber: GameRant

Menurut laporan GameRant, melalui paten baru ini, Sony tampaknya ingin bisa mengelompokkan audiens esports berdasarkan karakteristik yang penonton inginkan. Misalnya, penonton ingin ditempatkan dengan orang-orang yang seumuran dengan mereka.

Satu hal yang harus diingat, hanya karena Sony telah mendaftarkan paten dari sebuah teknologi baru, hal itu bukan jaminan bahwa Sony akan meluncurkan produk baru berdasarkan teknologi yang dipatenkan tersebut. Namun, jika Sony memang mengembangkan teknologi dalam paten ini, teknologi tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk menonton konten esports, tapi juga siaran dari konten lain.

 

Contoh Game yang Sudah Punya Fitur Spectating

Sony bukan satu-satunya perusahaan yang tertarik dengan teknologi untuk membuat pengalaman menonton konten esports menjadi semakin menarik. Faktanya, sebelum Sony mendaftarkan paten mereka, Riot Games telah terlebih dulu meluncurkan fitur multiple view untuk game buatan mereka, League of Legends. Pada 2019, Riot Games merilis teknologi bernama Pro View.

Pro View memiliki beberapa fitur. Salah satunya adalah Multiview. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan penonton untuk menonton lebih dari satu sudut pandang. Penonton bisa memilih hingga empat pemain untuk diamati. Selain melihat apa yang ada di layar para pemain, penonton juga bisa melihat gerakan tangan para pemain. Dengan begitu, mereka akan bisa mempelajari cara bermain para pemain profesional.

Hanya saja, Pro View tidak bisa digunakan untuk menonton semua konten League of Legends. Fitur itu hanya tersedia untuk menonton liga League of Legends di Amerika Utara (LCS) dan liga Eropa (LEC). Selain itu, untuk mendapatkan akses ke Pro View, Anda harus membayar US$15 (Rp215 ribu) jika ingin menonton LCS dan €15 (sekitar Rp262 ribu) untuk LEC. Jika Anda ingin bisa menggunakan Pro View untuk menonton LCS dan LEC, Anda harus mengeluarkan US$20 (sekitar Rp286 ribu).

Riot sediakan Pro View untuk LCS dan LEC. | Sumber: Nexus

Fitur lain yang ada di Pro View adalah Advanced Timeline. Fitur ini akan menandai momen penting dalam game, seperti kill atau tower takedown. Jadi, jika penonton hanya ingin melihat momen-momen penting tersebut, mereka dapat menemukannya dengan mudah. PC Gamer menyebutkan, Pro View juga memungkinkan penonton untuk menonton sebuah pertandingan bersama teman yang juga puya akses ke Pro View.

Selain League of Legends, ada beberapa game esports lain yang juga punya mode khusus untuk penonton, seperti Counter-Strike: Global Offensive dan Dota 2. CS:GO punya mode Spectator, yang memungkinkan pemain yang telah terbunuh atau non-players untuk melihat apa yang sedang dilakukan pemain lain. Mode Spectator menawarkan tiga sudut pandang kamera. Pertama adalah kamera first-person, yang akan menampilkan apa yang dilihat oleh pemain. Kedua adalah chase cam, yaitu kamera yang mengikuti pemain dari belakang. Dan sudut pandang terakhir adalha free cam. Di mode ini, kamera tidak mengikuti pemain manapun. Sebagai gantinya, penonton bebas menggerakkan kamera secara bebas.

Dalam pertandingan kasual CS:GO, pemain yang telah terbunuh akan bisa menonton gerak-gerik dari teman atau musuh mereka. Hanya saja, fitur team chat akan dinonaktifkan, sehingga mereka tidak akan bisa memberikan informasi apapun pada teman mereka. Sementara itu, dalam pertandingan profesional, pemain yang telah terbunuh hanya bisa menonton rekan satu tim mereka melalui mode first-cam. Sebagai gantinya, mereka bisa menggunakan chat atau mikrofon untuk berkomunikasi dengan tim mereka.

Tampilan fitur Spectate dari Dota 2. | Sumber: Dota 2 Wiki

Sementara itu, di Dota 2, fitur untuk penonton dinamai Spectating. Sama seperti CS:GO, Spectating dalam Dota 2 menawarkan beberapa sudut kamera. Pertama adalah Direct Camera, yang akan membawa penonton ke event penting yang tengah terjadi. Kedua adalah Free Camera, yang membebaskan penonton untuk melihat bagian yang ingin dia lihat. Ketiga adalah Player Perspective. Sesuai namanya, kamera ini akan menampilkan perspektif dari salah satu pemain. Dan terakhir adalah Hero Chase, yang akan mengikuti salah satu hero.

Di Dota 2, para penonton tidak akan melihat game yang tengah berlangsung secara real-time. Ada sedikit delay antara apa yang tengah terjadi di pertandingan dan apa yang penonton lihat. Lama delay bisa diatur di lobby dari setiap game, mulai dari 10 detik sampai 2 menit. Tujuan delay adalah untuk mencegah pemain mengeksploitasi fitur Spectating untuk berbuat curang.

Sekarang, orang-orang tidak hanya suka bermain game, tapi juga menonton orang lain bermain game. Hal ini membuka kesempatan bagi perusahaan game untuk membuat teknologi yang membuat pengalaman menonton konten game atau pertandingan esports menjadi lebih menarik.