League of Legends World Championships 2021 telah berakhir pada akhir pekan lalu, Edward Gaming, tim asal Tiongkok, keluar sebagai juara. Kemenangan tersebut disambut dengan meriah oleh fans Tiongkok. Pada Minggu lalu, Moonton juga mengumumkan bahwa M3 World Championship akan diadakan pada Desember 2021 di Singapura. Kompetisi itu menawarkan total hadiah hingga hampir tiga kali lipat dari M2. Sementara itu, Riot Games mengungkap bahwa divisi esports mereka masih belum mendapatkan untung. Namun, mereka menganggap bahwa hal itu bukanlah masalah.
M3 World Championship Bakal Diadakan di Singapura
Moonton mengumumkan bahwa Mobile Legends M3 World Championship bakal digelar di Singapura pada 6-19 Desember 2021. Kompetisi itu akan mengadu 16 tim Mobile Legends terbaik dari seluruh dunia, termasuk tim-tim dari Timur Tengah, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Turki. Skena esports Mobile Legends di kawasan tersebut relatif lebih baru jika dibandingkan dengan skena Mobile Legends di Indonesia dan negara-negara tetangga.
Total hadiah dari M3 World Championship mencapai US$800 ribu, hampir tiga kali lipat dari total hadiah M2 World Championship, yang hanya menawarkan US$300 ribu. Menurut laporan Strait Times, M3 World Championship digelar dengan dukungan Singapore Tourism Board (STB).
Cloud9 Kerja Sama dengan Serena Williams
Organisasi esports asal Amerika Utara, Cloud9, baru saja mengumumkan kerja sama dengan pemain tennis legendaris, Serena Williams. Dengan bantuan Wolliams, Cloud9 akan mengubah program pengembangan anak muda mereka, Training Grounds, menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dalam program tersebut, Williams akan mengisi sesi bertajuk “Training Grounds Champion’s Mindset”. Di sini, Williams akan menjelaskan perubahan pola pikir dan latihan yang membantunya untuk mengembangkan karir sebagai atlet profesional. Pelatihan tersebut juga akan mencakup tips untuk pemain esports muda, menurut laporan Esports Insider.
Divisi Esports Riot Games Masih Belum Menghasilkan Untung
Divisi esports League of Legends belum memberikan untung untuk perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Head of Esports Riot Games, John Needham pada The Washington Post. Meskipun begitu, Needham mengatakan, Riot tidak keberatan dengan hal itu. Dia menjelaskan, dalam beberapa tahun belakangan, Riot tengah berusaha untuk menjadikan divisi esports sebagai bisnis mandiri yang berdiri secara terpisah. Namun, fokus dari bisnis esports itu bukanlah untuk mendapatkan untung bagi Riot, tapi untuk memastikan bahwa tim-tim profesional League of Legends bisa bertahan dan diuntungkan.
“Jika saya tidak bisa membuat esports sebagai bisnis yang menguntungkan untuk tim dan sponsor kami, kami tidak akan bisa bertahan lama,” kata Needham, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Kami tengah memikirkan cara untuk membuat keseluruhan ekosistem esports menjadi menguntungkan.” Ketika Riot pertama kali mengadakan kompetisi esports, tujuan mereka memang bukan untuk mendapatkan untung, tapi sebagai alat marketing. Namun, sekarang, Needham berkata, Riot ingin agar operasi esports mereka setidaknya bisa balik modal.
Kemenangan EDG di League of Legends World Championships Disambut Meriah oleh Fans
Edward Gaming (EDG), tim asal Tiongkok berhasil mengalahkan DWG Kia asal Korea Selatan, di babak final League of Legends World Championships. Kemenangan EDG tersebut disambut dengan meriah oleh fans League of Legends di Tiongkok. EDG menjadi tim Tiongkok ketiga yang berhasil memenangkan Worlds. Sebelum ini, FunPlus Phoenix memenangkan Worlds pada 2019 dan Invictus Gaming pada 2018.
“Semua orang berpikir bahwa mereka tidak akan menang,” kata fan esports, Jasmine Lu pada South China Morning Post. “Hampir semua perkiraan yang beredar menyebutkan bahwa mereka akan kalah. Jika saya masih kuliah, saya akan ikut merayakan kemenangan EDG. Kemengan itu membuktikan bahwa orang-orang yang meragukan kemampuan EDG salah”
Platform Latihan Esports untuk Siswa SMA Dapat Investasi US$1,85 Juta
Saat ini, semakin banyak sekolah yang menekuni esports. Menyadari hal ini, Gavin Lee, co-founder dari Gwoop, tertarik untuk menyediakan platform latihan/analisa esports untuk tim esports SMA. Dan hingga sekarang, Gwoop telah mendapatkan investasi sebesar US$1,85 juta. Tak hanya itu, mereka juga telah bekerja sama dengan sekitar 1.000 sekolah yang tersebar di 40 negara bagian Amerika Serikat, menurut laporan TechCrunch.
Dalam beberapa bulan belakangan, Gwoop membangun fitur yang disebut “Gwoop Teams”. Fitur tersebut memudahkan pelatih untuk mengatur sesi latihan para pemain asuhannya. Tak hanya itu, melalui Gwoop Teams, pelatih juga bisa memeriksa apakah para pemain memang melakukan latihan sesuai arahannya dan apakah performa para pemain mengalmai peningkatan seiring dengan waktu. Versi standar dari Teams bisa digunakan secara gratis. Melalui versi standar, pelatih akan bisa memasukkan data hingga 30 pemain dan 2 tim. Jika dirasa kurang, Gwoop menyediakan versi Team Plus, yang mencakup hingga 150 pemain dan menambahkan jumlah tim yang bisa dipantau. Biaya Team Plus adalah US$350 per tahun.