Saat menggunakan sebuah perangkat smartphone atau PC, tentu saja kita selalu mendengar istilah RAM dan ROM. Dua komponen penting dalam sebuah komputer ini memang menjadi salah satu penentu dalam menentukan kinerjanya. Lalu sebenarnya apa itu RAM dan apa itu ROM? Dan mengapa saat ini muncul istilah RAM Expansion dan juga ROM Expansion?
Dalam memilih sebuah smartphone, biasanya orang akan melihat besarnya RAM terlebih dahulu. Saya sering melihat dalam sebuah transaksi pembelian, orang akan lebih memilih sebuah smartphone dengan RAM 4GB dengan prosesor berkecepatan rendah dibandingkan RAM 3 GB dengan prosesor berkecepatan tinggi. Walaupun kebiasaan ini sebenarnya tidak tepat, namun memang RAM lah yang cukup menjamin aplikasi-aplikasi yang sedang berjalan dapat bekerja dengan baik dalam membaca data sementara.
Di lain pihak, OPPO adalah yang pertama kali mengeluarkan sebuah fitur yang dinamakan RAM Expansion dan ROM Expansion. Dengan perangkat RAM Expansion, sebuah smartphone sudah dipastikan memiliki RAM yang bahkan bisa mencapai belasan gigabyte. Selain itu, ada pula fitur baru bernama ROM Expansion yang saat ini hanya dimiliki oleh OPPO.
Nah untuk mengenal apa itu RAM dan ROM beserta fitur Expansion, mari terlebih dahulu kita mengenal apa itu RAM dan apa itu ROM
Random Access Memory (RAM)
RAM yang sering dibicarakan dalam penggunaan sebuah perangkat komputer memiliki kepanjangan Random Access Memory atau akses memori secara acak. Dilansir dari website Intel, RAM sendiri pada dasarnya adalah memori jangka pendek di mana data disimpan sesuai kebutuhan prosesor. Jadi, RAM hanya akan menyimpan data secara sementara, di mana saat dibutuhkan digunakan kembali, aksesnya akan lebih kencang. Data ini nantinya akan hilang pada saat sebuah perangkat dimatikan atau di-restart.
Sebuah chip RAM yang ada pada setiap komputer memiliki kecepatan baca dan tulis paling cepat jika dibandingkan dengan media penyimpanan internal. Jaman dulu, sebuah hard disk akan dapat menyimpan semua data secara permanen, namun kinerjanya akan sangat jauh lebih lambat jika kita akses langsung dari piringannya secara berulang-ulang. Data yang nantinya akan diproses oleh prosesor akan mengalami keterlambatan, sehingga sebuah sistem akan menjadi seperti terhenti.
Misalkan saja saat kita bermain game, di mana sebuah data akan dipakai secara berulang kali oleh prosesor. Data-data itu terlebih dahulu akan disalin dari sebuah penyimpanan internal ke dalam RAM. Nantinya prosesor akan langsung mengakses data-data tersebut langsung dari RAM agar aksesnya jauh lebih cepat. Semakin besar RAM yang tersedia, maka aksesnya akan makin lancar dan tidak terganggu.
Lalu bagaimana saat RAM yang tersedia tidak cukup? Tentu saja hal tersebut akan memperlambat sebuah perangkat. Hal tersebut dikarenakan untuk mendapatkan data baru yang dibutuhkan, data yang lama akan dihapus terlebih dahulu. Prosesor akan mengharuskan penyalinan data dari hard disk ke RAM atau dari internet ke RAM agar nantinya bisa diakses lebih cepat lagi.
Dengan begitu, jumlah kapasitas RAM yang ada pada sebuah komputer memang bakal menentukan kinerjanya. Namun, jika RAM yang terpasang kebesaran tentu saja tidak akan memiliki manfaat yang nyata. Dewasa ini, sebuah perangkat komputer dan smartphone membutuhkan setidaknya RAM dengan kapasitas minimal 4 GB.
Lalu apakah data dari sistem operasi akan juga tersimpan di RAM? Tentu saja. Hal ini yang membuat sebuah sistem operasi Windows atau Android dapat berjalan lebih lancar. Kedua sistem operasi ini akan terlebih dahulu menyalin data-data yang dibutuhkan langsung pada RAM. Hal ini lah yang menyebabkan kapasitas RAM yang tersedia menjadi berkurang untuk digunakan aplikasi lainnya.
RAM juga akan membantu sebuah sistem operasi melakukan berbagai tugas secara bersamaan. Tugas yang biasa dikenal dengan multitasking ini akan terasa lebih cepat jika kita memiliki kapasitas RAM yang lebih besar. Misalnya saat kita membuka aplikasi seperti Facebook dan membalas pesan melalui Whatsapp serta langsung menerima beberapa email.
Lalu apakah dengan kapasitas RAM yang besar membuat perangkat kita kencang? Belum tentu. Hal tersebut juga dipengaruhi dengan kecepatan prosesor (CPU, GPU, dan prosesor lainnya) yang ada pada sebuah sistem. Kecepatan penyimpanan internal juga berperan sangat penting dalam meningkatkan kinerja sebuah sistem.
Selain kapasitas RAM, manajemen RAM pada sebuah sistem operasi juga akan meningkatkan kinerja sistem. Hal ini bisa kita saat membandingkan sistem operasi Android dengan iOS. Sistem operasi buatan Apple ini memang memiliki manajemen RAM yang baik sehingga membutuhkan kapasitas yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan Android. Hal tersebut juga dibantu dengan kinerja kencang dari prosesor yang dimiliki oleh Apple.
Read Only Memory (ROM)
Jika RAM hanya menyimpan data sementara yang akan hilang setelah dimatikan, berbeda lagi dengan ROM. ROM atau Read Only Memory merupakan memory non volatile yang dapat menyimpan data secara permanen. Pada ROM, data yang ada didalamnya tidak akan bisa diubah kecuali menggunakan sebuah software khusus. Biasanya ROM berisikan firmware atau BIOS pada sebuah komputer.
Kita tentu mengenal istilah flash BIOS atau flash firmware pada sebuah komputer. Dengan melakukan flashing, kita akan mengubah data yang ada pada sebuah ROM untuk diperbarui secara keseluruhan. Jadi, sebuah chip ROM tidak bisa seenaknya digunakan untuk ditulis atau dihapus.
Kita juga mengenal media penyimpanan CD-ROM, DVD-ROM, maupun Bluray. Keping optik ini juga diproduksi langsung dengan data permanen didalamnya. Oleeh karena itu, sebuah CD, DVD, dan Bluray ROM tidak dapat lagi diubah isinya. Bahkan kita tidak bisa melakukan flashing terhadap media penyimpanan optical ini.
Lalu, kenapa pada smartphone ROM bisa ditulis ulang? Istilah ini yang saat ini sudah bergeser pada penggunaan perangkat Android.
Memori penyimpanan internal
Saat ini kita mengenal istilah eMMC (embedded Multimedia Controller) dan UFS (Universal File System). Keduanya merupakan jenis chip memori yang digunakan sebagai penyimpanan internal untuk menyimpan data secara permanen pada sebuah smartphone. Pada laptop dan desktop PC, penyimpanan internal bisa berupa sebuah hard disk dan SSD (solid state disk). eMMC, UFS, dan SSD menggunakan chip memori dengan jenis NAND yang tidak memerlukan daya listrik untuk menyimpan data.
Sama seperti ROM, data yang tersimpan didalam memori ini tidak akan hilang pada saat perangkat dimatikan. Chip ini berfungsi untuk menyimpan semua data termasuk aplikasi dalam sebuah komputer. Dan seiring dengan waktu, kinerja baca dan tulis dari sebuah memori NAND akan semakin kencang. Untuk smartphone sendiri, UFS 3.1 merupakan yang paling kencang dan umum digunakan pada seri mainstream hingga flagship.
Dari penjelasan di atas, tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa ROM dengan penyimpanan internal merupakan dua hal yang cukup berbeda. Istilah ROM pada perangkat Android muncul karena pada partisi system, modenya diubah menjadi read-only dan membutuhkan software khusus untuk melakukan pembaruan. Sifat penulisan yang sama inilah yang membuat partisi read only yang ada bersamaan pada 1 chip dengan partisi data yang dapat ditulis ulang tersebut lebih dikenal dengan ROM.
Penyebutan ROM juga jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan penyimpanan internal atau internal storage. Mungkin sedikit lebih ribet dalam pengucapannya. Namun, setidaknya Anda sekarang tahu bahwa kedua jenis chip yang digunakan berbeda.
Apa Itu RAM Expansion / Virtual Memory
Seperti disebutkan di atas, sebuah sistem akan memiliki performa yang lebih optimal jika memiliki kapasitas RAM yang besar. Namun karena tidak semua orang bisa memiliki kapasitas RAM yang besar dan seringkali sistem operasi membutuhkan kapasitas memori yang lebih besar, akhirnya dibuatlah sebuah fitur yang bernama virtual memory. Memori virtual merupakan sebuah fitur yang membuat sistem akan mengenali RAM tambahan yang diletakkan pada penyimpanan internal. Hal tersebut bertujuan untuk mengkompensasi kekurangan RAM yang dibutuhkan.
Kita mungkin mengenal istilah virtual memory pada saat menggunakan PC dengan sistem operasi Windows. Pada PC sendiri direkomendasikan untuk memiliki memori virtual yang kapasitasnya setidaknya 2x lipat agar semua data yang diperlukan oleh prosesor bisa dengan lancar untuk diproses. Namun, karena kebanyakan media penyimpanan yang digunakan adalah hard disk, tentu saja akan membuat pembacaan memori virtual menjadi lamban. Hal tersebut tentu berbeda pada saat era SSD muncul karena sistem baca tulis yang lebih cepat.
Saat RAM hampir penuh kapasitasnya, memori virtual nantinya akan memindahkan data yang lama ke sebuah file yang dikenal dengan page file. Pada sebuah sistem Windows, page file ini sendiri diletakkan pada bagian depan sebuah media penyimpanan agar dapat dibaca dengan lebih cepat. Hal ini tentu saja akan menghindarkan sebuah pengguna dari kasus kehabisan RAM yang biasanya bakal menurunkan performa sistem dan bahkan hang.
Metode tersebut sebenarnya juga ada pada sebuah perangkat Android. Namun, file yang biasa dikenal dengan nama Swap ini biasanya memiliki ukuran yang cukup kecil dan ada pada sebuah partisi tersendiri. Untuk mengubah ukuran partisi swap ini, biasanya kita harus terlebih dahulu melakukan root dan mengubahnya melalui recovery pihak ketiga seperti TWRP. Dan pada hari ini, segala kesulitan itu pun dipermudah dengan munculnya fitur RAM Expansion.
Fitur ini pertama kali dibawa oleh OPPO ke perangkat Android. Lalu disusul dengan Vivo, Realme, dan terakhir Xiaomi. Fitur ini nantinya akan mengambil sejumlah kapasitas penyimpanan internal untuk dijadikan virtual memory. Tergantung dari jenis smartphone-nya, kapasitas dari RAM Expansion bisa mencapai 7 GB, sehingga total RAM yang dimiliki bisa mencapai belasan GB.
Dengan meningkatnya kecepatan dari sebuah media penyimpanan, tentu saja membuat kinerja memori virtual menjadi lebih baik. Pada media penyimpanan berbasis UFS 3.1, kecepatan baca tulisnya bisa mencapai hingga 2,8 GB/s. Tentu saja hal ini akan membantu sistem untuk bekerja dengan lebih lancar.
Ada satu kendala dari sebuah perangkat Android yang menggunakan RAM Expansion. Sebuah media penyimpanan memiliki batasan dalam menulis data. Saat batasan penulisan tersebut tercapai, maka chip media penyimpanan tersebut tidak akan bisa digunakan lagi. Sayangnya, kita tidak pernah tahu berapa limit kapasitas penulisan pada sebuah perangkat Android.
Pada sebuah SSD yang dipakai di sebuah PC atau laptop, kita masih bisa mengetahui batasan penulisannya. Batasan itu biasanya ditunjukkan dalam satuan TBW (terrabyte written). Semakin besar TBW yang dimiliki, maka semakin banyak pula data yang bisa ditulis dan dihapus pada media penyimpanan tersebut. Namun, beberapa perusahaan smartphone sudah mengatakan bahwa fitur RAM Expansion ini hanya akan sedikit mengurangi masa pakai perangkatnya.
Apa Itu ROM Expansion
Pada bulan Maret 2022 ini, saya cukup dikejutkan dengan sebuah fitur baru dari OPPO. Fitur tersebut dinamakan ROM Expansion dan hanya bisa ditemukan pada perangkat OPPO A76 yang ada di India dan Indonesia. Fitur ini sendiri membutuhkan sebuah kartu microSD yang terpasang dan akan membantu penggunanya agar penyimpanan internalnya tidak kepenuhan.
Pada jaman Android Gingerbread dulu, saya pernah menggunakan sebuah aplikasi yang bernama Link2SD. Aplikasi ini mengharuskan penggunanya melakukan rooting terlebih dahulu agar bisa digunakan. Fungsi dari aplikasi ini adalah memindahkan data dari folder Android/Data dan Android/OBB ke dalam sebuah microSD. Hasilnya adalah sebuah perangkat Android dengan penyimpanan internal sebesar 8 GB bisa menginstal aplikasi-aplikasi dan game hingga 64 GB.
Sayangnya, dengan memindahkan data-data ke sebuah kartu eksternal seperti microSD tentu saja akan memperlambat proses baca saat menjalankan sebuah aplikasi. Bayangkan saja, sebuah microSD Class 10 hanya bisa membaca data hingga 20 MB/s. Sedangkan sebuah eMMC lama akan bisa membaca data dengan kecepatan hingga 140 MB/s.
Selain data, sebuah aplikasi juga membutuhkan cache untuk disimpan. Fungsi dari cache ini sendiri adalah untuk menyimpan file agar bisa dipakai di kemudian hari. Misalkan saja pada aplikasi Facebook, akan banyak gambar dan video yang dilihat. Agar sistem tidak harus melakukan downloading lagi, maka aplikasi akan membaca data gambar tersebut pada cache.
Hal inilah yang disadari oleh OPPO dalam mengimplementasikan fitur ROM Expansion. ROM Expansion sendiri merupakan sebuah fitur yang memindahkan cache dari penyimpanan internal ke sebuah microSD, bukan data secara keseluruhan. Fungsinya tentu saja agar penyimpanan internalnya tidak penuh dengan data cache yang bisa mencapai satuan gigabyte.
ROM Expansion sendiri akan memindahkan cache saat mendeteksi adanya kartu microSD. Yang dipindah adalah cache dari aplikasi sistem dan yang pasti, aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya. Media sosial memang umum digadang sebagai penyebab penuhnya ruang penyimpanan internal dari sebuah smartphone.
Kekurangan dari ROM Expansion adalah kebutuhan akan hadirnya microSD pada sebuah smartphone. Oleh karena itu, fitur ini tidak akan pernah ada saat sebuah smartphone tidak memiliki slot microSD. Oleh karena itu, sering-sering lah melakukan clear cache agar Anda penyimpanan internal Anda tidak kepenuhan. Dan jika namanya diganti menjadi Internal Storage Expansion, sepertinya akan kepanjangan :).