Masih dalam acara Toyota Fun/Code Roadshow Bandung, melanjutkan artikel sebelumnya kali ini giliran CTO Agate, Teguh Budi Wicaksono membagikan insight tentang bagaimana industri game yang saat ini meningkat sangat pesat juga dapat memberikan impact yang baik bagi masyarakat.
Indonesia memang salah satu gudang gamer terbesar di dunia. Akan tetapi tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia juga melahirkan sejumlah pengembang game terkemuka dengan game buatan lokal yang tak kalah saing dari luar.
Sebagai salah satu game studio lokal, Agate melihat peluang pengembang game di tanah air masih sangat menjanjikan, dengan menyasar berbagai segmentasi pasar, bukan hanya B2C tapi juga B2B.
Berkembangnya Gamification
Bagi Teguh, industri game dapat diibaratkan sebagai industri dopamin atau industri yang produknya dapat dinikmati orang. Industri film dan musik juga termasuk di dalamnya. Bicara skala, Teguh menilai industri game sudah melampaui produk hiburan lain, seperti industri film. Sebagai perbandingan, nilai industri game di 2017 telah mencapai $108,9 miliar, hampir tiga kali lipat dari industri film yang sebesar $40,6 miliar.
Apalagi, industri game telah berevolusi sejak 2015. Industri game tidak lagi melulu pada produk konsol dan PC yang cenderung tak praktis dan lebih mahal. Kehadiran smartphone memunculkan potensi lebih besar terhadap pertumbuhan industri game.
Selain itu, lanjutnya, definisi game kini telah berkembang luas dan telah diadopsi lintas industri, mulai dari militer hingga kesehatan. Ada banyak kasus pemanfaatan game untuk kebutuhan simulasi, seperti operasi jantung dan latihan menembak.
Teguh menekankan pentingnya mengejar kualitas di industri ini. Menurutnya, industri game berbeda dengan perusahaan teknologi atau startup.
Karena dalam hal ini, game tidak lagi dilihat oleh konsumen sebagai produk lokal atau global. Namun, lebih kepada game apa yang disukai dan berkualitas. Dengan kata lain, pengembang lokal harus bisa mengejar kualitas dari pemain global.
Ada banyak elemen dalam dunia game yang dapat membuat orang terikat atau menjadi ketergantungan dengan sebuah game. Dengan adanya fenomena tersebut, membuat banyak praktisi maupun developer di belahan bumi ini yang mencoba memanfaatkan peluang tersebut dengan mempelajari elemen-elemen dari game, lalu menerapkannya dalam suatu bidang keilmuan yang kini dikenal dengan istilah gamification. Di mana elemen-elemen yang ada di dalam suatu game, kini diterapkan untuk keperluan di luar game yang salah satunya adalah sebagai metode pelatihan karyawan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa gamification adalah menyatukan suatu masalah dalam aplikasi non-game menjadi memiliki unsur game, sehingga dapat mengikat penggunanya. Dalam hal ini, gamification juga bisa diterapkan dalam sebuah hackathon.
Contoh yang paling mudah adalah membuat simulator mengemudi (driving simulator) yang dapat menampilkan nilai jika kamu mengemudi dengan baik. Atau membuat sebuah aplikasi yang menilai cara kamu mengemudi secara efisien. Dari beberapa contoh tersebut tentunya dapat disimpulkan bahwa gamification juga dapat membantu membantu industri otomotif.
Pertanyaannya, mampukah Anda mengimplementasi konsep gamification dalam sebuah MVP? Buktikan bahwa Anda dapat menyelesaikan tantangan product development dalam 24 jam untuk dunia otomotif dari Toyota, dan layak mendapatkan total hadiah senilai 100 juta rupiah.
–
Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan TOYOTA sebagai bagian rangkaian kegiatan TOYOTA Fun/Code 2019