Dark
Light

Mengapa Jakarta Tidak Harus Menjadi Pusat Startup Teknologi di Indonesia

2 mins read
March 1, 2012

Jika Anda melihat berbagai acara teknologi yang digelar di Indonesia, Anda akan melihat sebuah pola. Anda tidak perlu menjadi seorang jenius untuk menyadari bahwa sebagian besar acara-acara ini diadakan di Jakarta, ibukota tercinta kita. Jakarta adalah kota yang hebat, bandara international, banyak mall, akses internet cepat dan masih banyak lagi, tetapi Jakarta juga menjadi salah satu area paling buruk untuk industri internet tumbuh.

Tentu, ada beberapa alasan mengapa Jakarta baik untuk ekosistem yang sedang bertumbuh. Ketersediaan bandara international, menjadi pusat bisnis dan ibukota Indonesia adalah beberapa contoh kelebihan Jakarta. Kebanyakan bisnis memilki kantor pusat di Jakarta, saya tidak menyangkal hal tersebut, tetapi ada beberapa fakta umum yang membuat kota lain menjadi pilihan yang lebih baik untuk perusahaan teknologi dan industri.

Saya akan membandingkan Jakarta dengan dua kota: Bandung dan Yogyakarta. Ada banyak hal yang terjadi di dua kota ini, dan saya kira sudah sepantasnya terus bertambah.

Pertama: infrastruktur. Jakarta sangat terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya, pencapaian yang diterima sejak 3 tahun lalu seiring pertumbuhan yang sangat cepat dari ekonomi kelas menengah dan kalangan menengah yang kini mampu membeli kendaraan roda dua dan empat (bahkan lebih dari satu). Ini menunjukkan potensi pasar yang ada di Jakarta, namun anda yang pernah berkunjung ke Jakarta akan mengerti bahwa menjalankan bisnis di Jakarta sangat sulit. Pendeknya, Jakarta adalah kota yang kontra produktif.

Kedua, karakteristik dari masyarakat teknologi di Jakarta. Kita tentu telah melihat beberapa pengembang yang memiliki karir yang bagus di Jakarta, tetapi jika kita melihat lebih dekat, kebanyakan dari para enginer/developer/hacker datang dari luar kota Jakarta. Kota seperti Bandung, Yogyakarta dan Malang ‘memproduksi’ programmer dan developer berkualitas secara signifikan, sementara Jakarta lebih pada orang dengan mindset bisnis. Tentunya banyak developer yang bagus juga di Jakarta, tetapi jika dibandingkan dengan kota lain akan menjadi jelas bahwa Jakarta kurang banyak ‘memproduksi’ developer bagus dan hardcore.

Kota seperti Yogyakarta dan Bandung tidak diragunakan diragukan memiliki keuntungan lebih jika dibandingkan dengan Jakarta. Izinkan saya menjabarkannya.

Keuntungan pertama: universitas terbaik. Tentu, Jakarta memiliki beberapa universitas berkualitas baik, namun Yogyakarta dan Bandung memiliki universitas terbaik di Indonesia. Ada ITB di Bandung dan UGM di Yogyakarta, belum lagi berbagai universitas kecil lain dan beberapa diantaranya bahkan fokus ke teknologi dan engineering.

Universitas terbaik adalah faktor yang sangat penting karena mengundang orang dari luar daerah dari kota dimana universitas itu berada untuk hijrah dan menuntut ilmu, dan para lulusan yang ada memiliki kecenderungan untuk tetap tinggal untuk bekerja setelah lulus kuliah. Ini membawa jumlah SDM yang siginifikan yang bisa diserap oleh perusahaan, dan tentu populasi kalangan muda yang produktif dan terdidik merupakan keuntungan yang signifikan, terutama bagi perusahaan teknologi yang tergantung pada inovasi konstan yang biasanya didorong oleh kalangan muda.

Nilai plus lain yang dimiliki Bandung dan Yogyakara adalah dukungan budaya atas kreativitas dan keinginan untuk menjadi berbeda. Jika Anda meluangkan waktu yang cukup lama di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta maka Anda akan menyadari jika orang di Jakarta tidak bertoleransi pada kreativitas dan hanya terdapat sedikit dosis kegilaan (dalam makna positif) jika dibandingkan dengan Bandung dan Yogyakarta. Lebih banyak artis yang bisa ditemukan di Bandung dan Yogyakarta daripada di Jakarta.

Jika melihat sisi infrastruktur, Yogyakarta dan Bandung berada di level yang sama dengan Jakarta, bahkan bisa jadi lebih baik. Bandara, akses listrik, dan koneksi internet yang cepat. Dua kota ini memiliki semuanya. Bahkan, salah satu kelemahan yang dimiliki Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnis adalah tidak terdistribusi dengan baik layaknya di Bandung dan Yogyakarta. Kegiatan bisnis di Jakarta pada dasarnya terpusat di tengah Jakarta dan terlalu terkotak-kotek di area tertentu, sedangkan di Bandung dan Yogyakarta kegiatan bisnis terdistribusi dengan baik ke seluruh kota.

Kesimpulannya, Yogyakarta dan Bandung mungkin bukan pilihan terbaik bagi perusahaan untuk mendirikan kantor pusat mereka, tetapi pada dasarnya semua hal yang harus ada sebagai faktor pendukung bagi perusahaan teknologi untuk beroperasi, ada di dua kota ini. Dan di banyak sisi, lebih baik dari Jakarta.

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

32 Comments

  1. “Kota seperti Yogyakarta dan Bandung tidak diragunakan …”
    DailySocial kayaknya butuh copy editor yah 🙂 Oops, that’s out of context.

    Setuju banget kalau ada diversifikasi jadi tidak ngumpul di Jakarta saja. Bosen , ketemu orang itu lagi, itu lagi. LOL

    Kalau boleh menambahkan Surakarta alias Solo juga bisa diperhitungkan tuh. Pimpinannya kayaknya lebih pro wirausaha 🙂 IMVHO

  2. Kok Depok tidak dilirik? Kota ini punya dua univ maju di bidang IT dan engineering, 1 college IT, bervisi cyber city, punya komunitas kreatif @depokmobi, @depokdigital, @depokcreative.

  3. Sekarang juga sudah terasa.
    Banyak vendor/agensi yg memilih mendirikan produksi di Bdg/Jogja.
    Ada analogi halus : “Jakarta itu cukup buat cuap2 jualan dan etalase, Bandung Jogja yang provide produknya”

  4. Mengingat ketersediaan tenaga kerja yang berlimpah, saya juga heran kenapa masih sedikit perusahaan baru yang dibuka di kota-kota tersebut. Ada komponen Jakarta yang tak tersedia di sana. Apakah itu? Mungkin agak mirip jawabannya dengan pertanyaan kenapa Apple belum pindah ke Cina.

  5. Gaya hidup penduduk kota mempengaruhi percepatan perusahaan. Usaha di Bandung dan Yogya relatif lebih santai dibandingkan di Jakarta. Yang paling baik adalah, membawa budaya kerja keras orang Jakarta ke Bandung dan Yogya. 

    Talent bagus tapi kalau lambat yang terlihat malas… lebih baik hire talent biasa aja tapi pekerja keras.

    Bukan berarti pekerja di daerah adalah pemalas. Tapi, hal ini sering banget didiskusikan oleh para rekan usahawan, dan tampaknya sudah menjadi rahasia umum.

  6. Kultur inovasi di silicon valley tentu jauh beda dengan china. China sepertinya lebih cocok utk manufaktur.

  7. Cina bisa mereplika semua jenis produk dengan biaya produksi yang lebih murah. Pastinya perlu inovasi di sana 😉

    Hmm, kalau dipikir kembali soal komponen Jakarta yang tidak dimiliki tempat lain itu adalah: kompetisi. Tanpa kompetisi maka tidak akan ada inovasi. Jakarta sudah lama menjadi melting pot bagi orang-orang dengan latar belakang yang bermacam-macam. Kesamaan orang-orang ini adalah “hunger for competition”.

    Bandung, Jogja bisa jadi kreatif di bidang seni karena banyak “seniman” yang ada di sana. Setiap bidang lahan atau tembok jadi competition field. Tapi tidak untuk IT.

    Makanya banyak yang “mencari tantangan/kompetisi” ke Jakarta karena di daerah terlalu adem dan tentrem 😀

    I’d be very happy to be proven wrong.

    PS:
    Banyak juga yang ngotot tetap tinggal di daerah karena mereka ingin tantangan yang jauh lebih besar daripada Ibukota, yakni: mengubah kondisi daerah. Hormat saya bagi Anda yang masuk golongan ini.

  8.  Semarang selalu lewat,
    jangankan soal teknologi,
    cuman konser saja,
    dilewati,
    klo gak ke yogya, surabaya,
    tunggu saya jadi walikota… 😀

  9.  oh.. please deh.. Bisa apa sih Surabaya?
    SDM kaga mumpuni tuh orang2 surabaya..
    Surabaya ntar kebagian jadi Buruh buat produksi aja.. OK?!:)

  10. sebenarnya bukan kota jogja tapi di masuk kabupaten sleman kampus seperti ugm, uny,uii, uin, atma jaya, amikon,akakaom dst ada di wilayah itu dan saling berdekatan

  11. 80% uang indo di jakarta itu benar, tapi itu adalah hasil dari bisnis normal.
    internet tidak mengenal batas wilayah, dan bisa saja suatu product internet dikontrol dari daerah lain untuk dipakai di kota besar seperti jakarta. sepertinya komposisi hal yg disebutkan pak Agus sebelumnya akan berubah dalam beberapa tahun ke depan

  12. iya sih, itu karena di jakarta orangnya pekerja keras semua kali ya? eh tapi klo dibandung/jogja itu pekerja cerdas lho, coba deh googling apa itu “lazy programmer”, jgnlah menyalahkan orang lain, lihat dl diri sendiri, apakah manajemennya sudah bagus? rata2, klo ada sebuah masalah di perusahaan IT, ntah lambatlah, ntah inilah itulah, developer/programmerlah yg disalahkan, padahal aslinya yg membuat lambat itu manajemennya sendiri…manajemen yg dipegang oleh orang bukan IT yg sok tau IT
    ya tapi klo ga minat ma resource dari jogja/bandung jg gpp kok, silahkan saja cari original resource dari jakarta, toh semuanya itu pilihan, tdk usah saling menyalahkan apakah lambat atau tidak, apalagi ngeclaim klo dari kota tertentu lebih baik dari yg lain

  13. Betul, pilihan kembali ke yang nyari resource. Perlakuannya tetap harus berbeda tiap daerah mengikuti budaya yang sudah melekat. 

    Intinya siapa yang jadi pendatang itu yang harus adaptasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Event : SuWec Meetup – ‘Bermain, Develop, dan Bisnis Game’

Next Story

Telunjuk is Officially Launched

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
RUN System

Didukung Penuh Telkom Group, RUN System Tawarkan Solusi ERP untuk Perusahaan

Pandemi Covid-19 mendadak mengubah budaya kerja sekaligus mengganggu roda bisnis