Perusahaan teknologi keuangan yang menyediakan solusi menyederhanakan proses pembayaran untuk bisnis, Xendit, berencana untuk fokus membangun infrastruktur transaksi finansial di Indonesia. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Xendit Moses Lo mengungkapkan, harapannya dengan ekosistem produk yang ditawarkan dapat membantu membentuk generasi penerus bisnis yang scalable.
“Kami ingin startup, UKM, dan bisnis lainnya berkembang pesat tanpa harus mengkhawatirkan infrastruktur pembayaran, sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh pada hal-hal yang lebih penting. Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan mendengarkan feedback dari merchant dan mencoba membangun produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujar Moses.
Guna menghadirkan teknologi yang relevan, saat ini Xendit tengah mengembangkan produk terbaru yang diklaim sangat menarik dan sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu membangun infrastruktur pembayaran digital yang bisa diandalkan di Asia Tenggara. Langkah strategis tersebut diambil untuk menguatkan fondasi bisnis.
“Pelanggan kami mempercayai pembayaran kami dan telah meminta kami menciptakan alat baru yang bisa membantu mereka selama pandemi dan seterusnya,” kata Moses.
Xendit juga memiliki rencana untuk membangun lebih banyak alat yang ditujukan bagi para UKM untuk bisa menjalankan bisnis secara online. Termasuk untuk para pedagang online.
“Pelanggan kami telah meminta pembiayaan untuk menjembatani kebutuhan arus kas atau bulan-bulan berikutnya. Kami memberikan modal kepada pelanggan kami yang membutuhkan XenCapital. Kami terus membangun produk dan layanan baru untuk membantu pelanggan kami (baik bisnis besar hingga kecil) unggul di dunia baru ini, baik di Indonesia dan Filipina,” kata Moses.
Di tengah transformasi digital Asia Tenggara yang pesat, Xendit hingga kini telah memproses lebih dari 65 juta transaksi dengan pembayaran $6,5 miliar per tahun. Disinggung apakah ada rencana konsolidasi ke depannya dengan pihak yang dinilai relevan, Moses menegaskan Xendit selalu terbuka untuk kemungkinan kolaborasi untuk meningkatkan layanan dan inovasi produk.
“Harapannya langkah tersebut nantinya bisa mencapai tujuan perusahaan, membangun infrastruktur pembayaran digital paling andal di Asia Tenggara,” kata Moses.
Selain Xendit, di Indonesia juga sudah ada beberapa penyedia sistem pembayaran yang bisa digunakan oleh startup atau UKM. Salah satu yang paling signifikan adalah Midtrans, yang kini sudah menjadi bagian dari grup Gojek. Doku, iPaymu, Finpay, dan beberapa pemain lain juga jajakan layanan serupa. Dengan peta persaingan yang ada, maka inovasi produk menjadi penting guna memberikan komplementer bagi para mitranya.
Pendanaan seri B
Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Xendit baru merampungkan penggalangan dana seri B senilai $64,6 juta atau setara 921 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh firma modal ventura global Accel. Secara keseluruhan, perusahaan telah mengumpulkan total pendanaan sebesar $88 juta atau senilai 1,2 triliun Rupiah.
“Dana segar ini selanjutnya akan kita gunakan untuk scale infrastruktur pembayaran digital kami dengan cepat dan menyediakan jutaan usaha kecil dan menengah di seluruh Asia Tenggara dengan jalan menuju ekonomi digital,” kata Moses.
Accel memimpin putaran pendanaan tersebut dengan dukungan tambahan dari Y Combinator. Sebelumnya Xendit adalah perusahaan Indonesia pertama yang terpilih untuk mengikuti program akselerator Y Combinator pada tahun 2015 dan dinobatkan sebagai salah satu dari 100 perusahaan teratas pada tahun 2021.
“Xendit telah membangun infrastruktur pembayaran digital modern yang mengubah cara bisnis Asia Tenggara bertransaksi. Kombinasi tim mereka yang terdiri dari pemahaman terhadap pasar lokal yang mendalam dan dilengkapi oleh ambisi untuk menguasai pasar global membuat mereka berada di posisi strategis untuk mendapatkan apa yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lain di wilayah ini,” kata Partner Accel Ryan Sweeney.