Di penghujung tahun 2014 saya dihadapkan pada pilihan tersulit sepanjang perjalanan karir saya: menapak maju ke jenjang regional untuk menjadi developer relations Asia Tenggara atau keluar dari perusahaan multinasional ternama tanpa kepastian penghasilan maupun karier. Sekilas nampaknya hanya orang “gila” yang akan memilih opsi kedua.
Jelaslah bahwa opsi yang pertama lebih menggiurkan karena akan diikuti dengan kenaikan remunerasi yang bisa meningkat beberapa kali lipat dari penghasilan saya pada waktu itu. Adapun opsi kedua berarti saya harus memulai kembali dari nol.
Dengan istri dan dua orang anak yang perlu saya nafkahi, pilihan tersebut menjadi semakin kompleks dan tidak mudah. Siapa yang akan menjamin stabilitas keuangan keluarga kami? Mampukah saya membiayai sekolah anak-anak kami jika kehilangan pemasukan rutin yang saya terima setiap bulannya?
Lama merenungkan hal tersebut, saya menyadari bahwa tidak ada yang dapat menjamin rezeki dan kehidupan ini selain Yang Maha Kuasa. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha yang terbaik; mendayagunakan secara maksimal modal yang kita miliki (baca: akal dan hati nurani) untuk menggapai apa yang kita ingin capai untuk kemanfaatan bersama.
Kemudian, saya tanya pada hati kecil saya – apa yang sebetulnya ingin saya capai dalam hidup ini? Apa yang bisa saya lakukan untuk memajukan bangsa Indonesia sesuai dengan pendidikan dan keahlian saya di bidang teknologi informasi? Apa yang dibutuhkan rekan-rekan pengembang (developer) untuk maju?
Melangkah mundur untuk maju bersama mengawal kebangkitan abad teknologi informasi Indonesia.
Selama lebih dari delapan tahun menggeluti profesi sebagai developer relations Microsoft dan Nokia, saya bersyukur bisa mendapat kesempatan untuk bertemu dengan beragam developer yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Mulai dari calon-calon developer yang masih menempuh pendidikan tinggi di bidang ilmu komputer hingga mereka yang sudah sangat senior dan mumpuni dengan skill pemrograman kelas dunia. Sejak awal saya terlibat membangun para developer, perlahan memahami karakteristik dan kebiasaan mereka, mendengarkan masukan dan keluhan mereka, memotivasi dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kemajuan mereka.
Saya menyaksikan sendiri keunggulan potensi yang dimiliki oleh developer di tanah air. Meski jumlah yang betul-betul menggeluti profesi sebagai pengembang software tidak banyak, tapi mereka ada dan tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Mereka memiliki potensi yang begitu besar! Mereka semua tersebar dari ujung barat hingga timur Nusantara.
Akan tetapi, pengembangan bisnis mereka masih terkendala jarak dan bahasa. Sebagian besar berkedudukan jauh dari ibukota, dan sebagian lain juga masih terkendala dalam menyampaikan dan mempertemukan keahlian mereka dengan kebutuhan pasar yang dinamis.
Alangkah sayangnya jika para developer yang berpotensi emas ini terpaksa mengubur keahlian mereka hanya karena terkendala dari segi jarak dan komunikasi dalam mengembangkan bisnis mereka. Saya sendiri telah membuktikan bahwa mereka bisa menghasilkan jutaan download dan pendapatan miliaran rupiah. Sebagian dari mereka bahkan bisa mengibarkan sang saka merah putih di negeri orang.
Meresapi kenyataan ini, saya tahu bahwa saya belum dapat meninggalkan developer di Indonesia untuk mengurus developer lain di Asia Tenggara. Akal dan hati nurani saya tidak dapat melangkah maju meninggalkan potensi bangsa ini yang begitu besar!
Keputusan saya sudah bulat
Saya memilih untuk melangkah mundur, menengok ke belakang, menjembatani keahlian para pengembang di tanah air dengan kebutuhan pasar yang dinamis, agar dapat menumbuhkembangkan industri IT lokal sehingga kelak bisa bersama-sama berlari kencang mengawal kebangkitan abad teknologi informasi Indonesia.
Awal tahun ini, tepatnya tanggal 5 Januari 2015, Dicoding resmi diluncurkan sebagai platform untuk menghubungan kebutuhan pasar dengan keahlian para developer yang ingin unjuk karya dan mengasah kemampuannya. Di Dicoding, para developer muda maupun profesional dapat bertemu dengan tantangan-tantangan yang disediakan oleh pemilik proyek dan mendapat imbalan berupa poin yang dapat ditukar dengan rewards yang menarik.
Dengan kata lain, Dicoding berperan dalam memudahkan mereka yang ingin mengembangkan ekosistem teknologi informasinya untuk menjangkau developer di seluruh pelosok tanah air. Sebaliknya, para developer pun akan mendapatkan pengakuan untuk karya-karyanya sehingga dapat tercipta sebuah ekosistem teknologi informasi di Indonesia yang dinamis dan bisa maju bersama.
Memang betul bahwa sebagai microentrepreneur, tidak ada yang bisa memberi kepastian finansial sebagaimana yang saya dapatkan ketika bekerja di perusahaan besar. Namun, kini hari-hari saya menjadi lebih berwarna dan jadwal bekerja saya menjadi jauh lebih padat dari sebelumnya karena saya memiliki mimpi besar. Mimpi saya adalah untuk membangkitkan developer Indonesia menjadi developer yang berdaya saing di tingkat dunia. Saya yakin bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, mimpi tersebut akan kita gapai bersama Dicoding Indonesia.
–
Tulisan ini pertama kali dimuat di Blog Dicoding dan dipublikasi ulang dengan izin penulis.
Narenda Wicaksono adalah Co-Founder Dicoding, platform showcase pengembang Indonesia. DailySocial berinvestasi di Dicoding.