Dark
Light

Maybank Luncurkan Platform Sandbox Fintech di Asia Tenggara

2 mins read
June 7, 2017
Maybank Luncurkan Platform Sandbox Fintech Untuk ASEAN / Maybank

Dalam rangka mengawal besarnya potensi fintech di ASEAN, Maybank resmikan peluncuran regional platform sandbox fintech untuk memberikan kesempatan bagi startup menguji dan mengembangkan ide baru.

Platform ini adalah ekosistem fintech yang menyediakan semua komponen penting secara cuma-cuma, mulai dari environment, simulasi data, API, dan tools. Serta, peluang kolaborasi dengan berbagai kalangan seperti akademisi, pebisnis, dan pengembang lainnya yang berlokasi di regional bahkan di seluruh dunia, menciptakan solusi end-to-end dalam suatu ekosistem yang mendukung semua tren teknologi terbaru semisal digital, IoT, sosial, cloud, dan open source.

Ide yang ditawarkan dari Maybank Sandbox itu sendiri adalah layanan baru, produk, sarana, game atau code fix. Ide tersebut dapat dibuat oleh siapapun yang biasa menyediakan informasi penting seperti high level scope dan use cases.

Pengembang dapat mengakses sandbox dan melakukan pencarian ide yang menarik, bekerja sendiri, maupun berkolaborasi dengan berbagai pengembang. Setelah solusi ditemukan, pengembang tersebut dapat mempublikasikan solusi itu kembali kepada pembuat ide.

Group President dan CEO Maybank Datuk Abdul Farid Bin Alias mengatakan industri fintech di ASEAN memiliki banyak potensi dan talenta. Maka dari itu, Maybank Sandbox menjadi platform yang mengisi kesenjangan tersebut dengan menyediakan sarana dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan para talenta yang cerdas di ASEAN.

Farid menyebutkan meskipun banyak negara ASEAN telah lakukan investasi dalam mengembangkan dan membesarkan fintech, pertumbuhannya masih lebih lambat dibandingkan dengan negara mapan seperti Amerika Serikat dan Eropa.

“Memiliki ide hebat saja tidak cukup untuk menjual sebuah produk. Fintech harus dapat mengembangkan Minimum Viable Product (MVP) untuk menarik investasi dan pendanaan yang tepat. Pada fase inilah, fintech banyak mengalami tantangan pada kemampuan untuk mengubah ide menjadi MVP yang berhasil,” kata Farid dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Tak hanya menyediakan ekosistem yang aman, Maybank Sandbox juga menyediakan pengembangan real banking API’s untuk terhubung dan memanfaatkan fungsi-fungsi perbankan yang ada. Platform ini menawarkan data perbankan simulasi untuk analisis dan simulasi, serta sarana pengembangan yang memungkinkan mereka untuk membuat web dan aplikasi mobile yang baru.

“Platform ini memungkinkan para anggota tim dari berbagai negara untuk berkolaborasi dalam sebuah virtual environment yang sama, meningkatkan kerja sama di regional melalui pertukaran ide dan keahlian. [..] Secara tampilan dikembangkan dengan UX yang intuitif, disederhanakan, dan dilengkapi berbagai fungsi demi memastikan kemudahan untuk pengguna dari kalangan non teknis dan ahli,” terang Maybank Group CTO Mohd Suhail Amar Suresh.

Terkait hal di atas, Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria menuturkan pengembangan fintech adalah salah satu fokus perbankan agar bisnis dapat terus beriringan. Sejauh ini Maybank Indonesia baru ikut terlibat dalam sebagai mitra dari Endeavor Scale Up Clinic untuk coaching startup fintech.

“Kami terlibat untuk support Endeavor Scale Up Clinic untuk coaching banyak fintech startup, termasuk kerja sama pembiayaan maupun payment solution,” katanya kepada DailySocial.

Regulatory sandbox masih digodok Bank Indonesia

Di Indonesia sendiri, inisiatif fintech sandbox diwujudkan oleh Bank Indonesia dengan menerbitkan aturannya yang saat ini masih terus digodok. Regulatory sandbox adalah salah satu inisiatif regulator saat pendirian BI Fintech Office pada akhir tahun.

“[Regulatory sandbox] akhir diterbitkan dalam waktu dekat,” ucap Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng.

Sembari menggodok aturan, BI Fintech Office rutin mengadakan pertemuan dan konsultasi dengan pelaku fintech setiap minggunya. Diklaim, sejak BI FTO didirikan hingga Mei 2017 telah menerima sekitar 60 pelaku fintech yang berkonsultasi.

“Mereka kami terima untuk berkonsultasi tentang produk, layanan, dan model bisnis mereka,” tutur Head of Fintech Office BI Junanto Herdiawan.

Previous Story

HP Omen X Compact Ialah Komputer Desktop Mungil Sekaligus PC Ransel Pendukung VR

Next Story

Samsung Galaxy J3 (2017), J5 (2017) dan J7 (2017) Resmi Diungkap

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah