Yang menjadi tantangan terbesar bagi Oculus adalah mencari cara bagaimana semua orang dapat menjajalnya. Satu-satunya cara mengerti potensi apa ang tersimpan di dalam virtual reality ialah mencobanya langsung. Dan bagi mereka yang sudah mencicipi seperti apa virtual reality itu, mereka tidak akan pernah mudah melupakannya.
Beberapa waktu silam, saya pernah mendapatkan argumen dari seorang yang cukup berpengalaman dalam video game. Menggunakan perspektif video game multiplayer kompetitif, menurutnya virtual reality hanya merupakan gimmick di industri ini – menjanjikan, namun tidak akan dimanfaatkan oleh mayoritas khalayak hiburan digital. Satu alasan adalah masalah kepraktisan, dan alasan lain ialah karena harganya.
Namun dalam era awal kelahirannya, bukan hal berbau kompetitiflah yang berusaha untuk dicapai oleh VR. Tujuan utama mengapa perusahaan-perusahaan besar seperti Oculus Rift hingga Sony mengembangkan perangkat virtual reality adalah untuk meningkatkan level interaksi pengguna dengan dunia digital. Saat interaksi naik ketingkatan yang lebih tinggi, maka cara kita bermain dan bersosialisasi juga akan berubah.
Konsep perangkat virtual reality seperti Oculus Rift sebenarnya cukup simpel: Anda akan diberikan serangkaian alat berupa headset visual (dan audio), untuk masuk ke dunia virtual dengan segala jenis objek maya yang ada di dalamnya.
Anda akan aman, dan teorinya tidak akan ada yang tersakiti. Tapi jika dengan monitor (atau layar) pengguna seolah-olah hanya melihat melalui jendela, dengan VR, Anda seperti menongolkan kepala Anda di dalamnya.
Info menarik: Biometric Smartwear dari OMsignal Adalah Baju Pintar Inovatif untuk Berolahraga
Masalahnya adalah respon alami tubuh terhadap realita alternatif yang muncul tepat di depan mata. Dengan kemampuan membaca gerakan kepala, otak akan tertipu, dan mayoritas orang akan bereaksi seperti benar-benar menyaksikan peristiwa tersebut. Dan kadang, mereka mengeluarkan reaksi yang sangat lucu.
Silakan simak video kompilasi reaksi lucu orang-orang yang baru pertama kali mencoba virtual reality dengan menggunakan perangkat Oculus Rift di bawah ini.
Mayoritas dari mereka menggunakan demo roller-coaster untuk menjajalnya, namun saya melihat ada pengguna yang menikmati Oculus Rift dengan game Half-Life 2. Efeknya hampir sama, mereka akan kehilangan keseimbangan, ada yang bereaksi dengan teriak, bahkan pengguna yang duduk saja dapat kehilangan orientasi.
Sehebat inilah dampak virtual reality bagi mereka yang pertama kali mencobanya. Bayangkan seperti apa canggihnya VR dalam lima hingga sepuluh tahun yang akan datang, bisa jadi ia akan menjadi sebuah standar industri hiburan.
Kemudian bayangkan betapa epiknya memainkan game-game open-world seperti Skyrim, PlanetSide 2, Watch Dogs hingga Grand Theft Auto V (jika akhirnya dirilis untuk platform next-gen). Jika Anda bosan bertualang di sana, Anda bisa menjajal Leissure Suit Larry, dan mendapatkan pengalaman yang ‘jauh berbeda’.