Dark
Light

[Manic Monday] Aplikasi Chat Sebagai Platform Hiburan

2 mins read
May 27, 2013

Belakangan ini, layanan-layanan chat seperti Kakaotalk, LINE, Wechat, dan sebagainya sedang seolah-olah berperang dalam merebut perhatian pelanggan, dengan harapan mereka akan mengunduh dan menggunakan aplikasinya. Beberapa perusahaan sampai mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menunjuk ambasador yang dikenal masyarakat dan memasang iklan pada jam tayang TV prime time. Berbagai fitur dikembangkan dan program promosi dijalankan – bahkan fitur seperti stiker mulai ditiru oleh aplikasi yang sebelumnya tidak memiliki layanan chat, contohnya Path.

Berkomunikasi melalu pesan singkat tentunya bukan hal baru, karena dari awal mulanya internet banyak digunakan, sudah ada wadah-wadah seperti mIRC, dan Yahoo! Messenger yang masih populer (tapi entah kenapa belum melangkah secara berarti dalam mobile messaging). Yahoo! Messenger lebih dahulu ada sesuatu yang sifatnya mirip stiker, yaitu Yahoo! Audibles, yang menurut saya sedikit lebih menarik karena menggabungkan kartun dan suara (tapi tentunya, mungkin terlalu berat untuk didistribusikan melalui jaringan selular).

Selain itu ada MSN Messenger (yang sudah dipensiunkan) dan GoogleTalk (yang baru saja menjelma menjadi Hangouts). Mungkin karena ketiga layanan chat ini pada awalnya tumbuh sebagai layanan berbasis web, perwujudan aplikasi chat untuk mobilenya seolah-olah untuk menjadi pelengkap, bukan strategi.

Perusahaan seperti Apple pun ‘menyerah’ dengan membuat platform chat sendiri, yaitu iMessage, yang konsep multi-devicenya cukup bagus, tapi eksklusif hanya untuk pengguna produk Apple, dan praktis tidak berkembang banyak semenjak diperkenalkan. Dan dinosaurus di pojok ruangan, BlackBerry, yang popularitasnya sempat sangat terbantu oleh layanan Blackberry Messenger, baru saja mengumumkan bahwa layanan BBM nantinya akan tersedia di platform selain BlackBerry.

Salah satu alasan kenapa social media tumbuh begitu besar di Indonesia adalah – catat ya – orang Indonesia senang bergosip dan bergunjing. Ngobrol ngalor ngidul dan ngomongin temen atau selebriti merupakan hiburan tersendiri, sampai-sampai banyak acara TV ber-rating tinggi menyediakan informasi ini. Oh iya, namanya infotainment. Oke.

Terlepas dari positif atau negatif kebiasaan, konteks maupun kontennya, media ekspresi diri dan saling bercerita ini sangat digandrungi oleh orang Indonesia. Loncat ke era aplikasi chat, chat ini menjadi media hiburan baru. Bertukar cerita, pembicaraan tidak penting, lelucon, dan kalau sampai tidak ada yang bisa disampaikan (atau sulit disampaikan dengan kata-kata), stiker-stikernya dipergunakan. Kalau bisa, semua aplikasi chat yang ada diaktifkan di telepon selulernya – dari Yahoo! Messenger sampai yang terbaru.

Dari sisi teknologi, berkembangnya layanan-layanan chat ini disebabkan oleh beberapa hal – beragamnya jenis smartphone di pasaran menyebabkan konsumen mencari satu layanan yang bisa digunakan semua jenis platform smartphone, supaya bisa chatting terus, dan tidak menggunakan SMS yang ‘terasa’ seperti memakan pulsa (dan layanan data bisa menggunakan “sepuasnya” selama sesuai kuota).

Secara visual dan interaksi, aplikasi-aplikasi chat ini dibuat menarik untuk dipakai, tidak seperti layanan-layanan chat sebelumnya yang aplikasi mobilenya nyaris hanya ‘bayangan’ aplikasi web aslinya. Dan tentunya, berbagai game yang dibuat para aplikasi chat (seperti LINE Pop yang sempat bikin saya ketagihan) membuat orang terus ingin menggunakan aplikasinya – hampir mirip dengan apa yang dilakukan Facebook dengan berbagai game yang ditawarkan di dalam ekosistem Facebook web.

Social media – dan kini aplikasi chat – menjelma menjadi media hiburan yang mungkin merupakan malfungsi terhadap kegunaan utamanya, tapi untuk masyarakat Indonesia yang senang ngobrol, bersenda gurau, dan bercengkerama melalui layanan-layanan ini merupakan pengganti dari kumpul-kumpul di warung, di bale-bale atau apapun itu. Karena teman dan keluarga kita adalah hiburan bagi kita juga, yang kini dapat terus menyertai kita walaupun sedang tidak bersama di dunia nyata.

Pertanyaannya adalah: seberapa jauh aplikasi chat ini dapat diberdayakan untuk layanan-layanan hiburan lainnya?

Ario adalah co-founder dari Ohd.io, layanan streaming musik asal Indonesia. Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, sebelum bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

ChordPlus: Aplikasi Untuk “Ngulik” Lagu-Lagu Indonesia

Next Story

[Manic Monday] Chat Apps As Entertainment Platforms

Latest from Blog

Don't Miss

Game Lokal Lokapala Ekspansi ke Asia Tenggara

Anda tentu sudah mengetahui tentang game mobile bernama Lokapala, bukan? Game dengan
garena FF sea

Turnamen Free Fire di 2023 Bakal Gunakan Format Baru

Game mobile yang terkenal di Indonesia keluaran Garena, yaitu Free