Bagi Anda penikmat jagat kompetitif Mobile Legends, nama Louvre Esports tentu sudah tak lagi asing ditelinga Anda. Mengikuti liga kasta utama Mobile Legends sejak musim pertama, tim yang berbasiskan di Surabaya ini terbilang konsisten mempertahankan prestasinya. Louvre Esports bahkan kini bisa dibilang sebagai salah satu tim Mobile Legends terbaik di Indonesia.
Dengan usianya yang masih belia, Louvre Esports bisa dibilang sudah cukup sukses. Tapi tim esports yang di sokong oleh perusahaan Louvre Hotels Group ini selalu haus akan perkembangan dan ingin jadi lebih besar lagi kedepannya.
Tapi menjadi besar tidak bisa cuma sekadar bicara atau sekadar ingin, butuh strategi serta komitmen tinggi untuk dapat mencapai hal tersebut. Bagaimana strategi dan rencana Louvre Esports untuk bisa menjadi salah satu organisasi esports besar di Indonesia? Simak obrolan saya dengan Iwan Anfernee, Chief Operation Officer dari manajemen Louvre Esports.
Louvre Esports, Ketika Hobi Menciptakan Peluang Bisnis
Louvre Esports sebenarnya bisa dibilang sebagai passion project dari sang pemilik, Eric Herlangga, Presiden Direktur Louvre Hotels Group. Menurut cerita Iwan, Eric sangat suka bahkan hobi main game Mobile Legends. Berangkat dari kesukaannya terhadap Mobile Legends dan kehadiran peluang ketika itu, Eric akhirnya mencetuskan membentuk Louvre Esports.
Klub esports ini pertama kali terbentuk saat event kompetisi Mobile Legends Maxcited di Makassar pada tahun 2017. Dalam kompetisi yang dibuat oleh Telkomsel ini, Louvre Esports melakukan debut dengan tim buatan mereka sendiri, dan berhasil keluar menjadi juara.
Menariknya, pada saat itu Iwan belum bergabung dengan Louvre Esports. Sebelum Louvre Ada, Iwan sudah lebih dahulu memiliki organisasi esports yang bernama Juggernaut Gaming. Pada masa itu Louvre Esports fokus di Mobile Legends, karena kesukaan Eric kepada Mobile Legends. Sementara Juggernaut Gaming merupakan tim esports yang lebih fokus pada esports PC, karena kepemilikan Iwan terhadap Internet Cafe Supernova Yogyakarta.
Lalu karena melihat adanya peluang, Iwan menawarkan kolaborasi Juggernaut Gaming dengan Louvre, demi menciptakan entitas yang lebih besar untuk ekosistem esports Indonesia. Akhirnya Louvre Esports dan Juggernaut Gaming melebur jadi satu pada Desember 2018 lalu, dengan membawa nama Louvre Esports. Organisasi ini mencoba menguatkan diri dari sisi esports divisi PC dan Mobile dengan Iwan memegang peran sebagai Chief Operation Officer.
Antara Esports Mobile atau PC Bagi Louvre Esports
Latar belakang meleburnya Juggernaut Gaming dengan Louvre Esports ini akhirnya membuat saya tergelitik. Alhasil pertanyaan yang pertama kali muncul di kepala saya saat mendengar hal ini adalah, “Akan ke arah mana fokus organisasi Louvre Esports untuk saat ini dan ke depannya? Esports PC atau esports mobile?”.
Iwan mengatakan walau game mobile sedang sangat populer di masa kini, Ia tetap ingin nama Louvre Esports membumbung tinggi apapun platform tempat game tersebut dimainkan. Mengapa demikian? Menurutnya karena esports adalah esports, tanpa harus membedakan game atau tempat game tersebut dimainkan. Namun untuk sekarang, game mobile adalah sasaran utama Louvre Esports.
Menurut Iwan, alasan hal tersebut adalah karena fenomena popularitas game mobile yang terjadi belakangan. “Memang saat ini game mobile di Indonesia sedang populer dan terlihat potensial. Contohnya saja Free Fire, yang kebetulan juga merupakan divisi terbaru Louvre Esports. Dari segi viewer, jumlah penonton ini mencapai 100 ribu pada kompetisi Jakarta Invitationals. Tambah lagi, secara ranking, game ini juga tercatat sedang menyalip PUBG Mobile di Play Store” Jawab Iwan menyatakan pandangannya terhadap fenomena popularitas game mobile.
Mengejar Ambisi atau Bisnis, Pilihan Louvre Esports dalam Menciptakan Organisasi esports yang Sukses
Menurut saya dalam mengembangkan tim esports, ada dua hal yang bisa dijadikan landasan pengembangan. Pertama, bisa jadi mengejar ambisi sang pemilik, entah itu keinginan untuk selalu juara, atau keinginan menghadirkan divisi esports dari game yang disukai, atau ambisi untuk bisa tampil di kompetisi internasional. Kedua, bisa jadi pola pikir bisnis, yang mana semuanya dinilai berdasarkan untung-rugi saja.
Menurut Iwan kedua hal tersebut harus diseimbangkan, namun ia menambahkan bahwa Iwan lebih memprioritaskan prestasi. Alasannya cukup jelas, menurutnya tanpa pretasi yang baik, organisasi esports akan kesulitan menjual brand mereka ke sponsor. Maka dari itu ketika saya menceritakan tulisan saya soal beratnya perjuangan atlet esports dari sudut pandang psikologi, Iwan pun turut semangat, dan mengatakan bahwa Louvre Esports punya keingingan untuk mengarah ke hal tersebut.
“Jaman sekarang latihan dalam esports itu bukan cuma soal main saja, ada juga soal bonding tim, perlu juga latihan fisik supaya performa tetap prima. Maka dari itu saya sebenarnya sedang merencanakan agar Louvre Esports bisa menciptakan sistem pelatihan yang menyeluruh, layaknya klub olahraga professional” Jawab Iwan dalam perbincangan kami.
Lalu kalau soal bisnis, menurut Iwan salah satu yang terpenting adalah soal branding dan publikasi. Secara branding Louvre Esports kini terbilang hanya kuat di ranah Mobile Legends. Penyebabnya? Karena konten-konten Instagram mereka yang menarik, ditambah kebiasaan para pemain divisi Mobile Legends Louvre Esports untuk aktif bermedia-sosial.
Namun berangkat dari hal tersebut, Iwan jadi curhat soal tantangan branding dari sudut pandang Louvre Esports. Menurut Iwan tantangannya adalah kenyataan bahwa kebanyakan pemain esports divisi game PC mereka cenderung “anti-sosial”. “Anak-anak mobile kebanyakan pada aktif bersosial media, sehingga branding kita juga terbantu. Tapi player PC agak susah, kebanyakan mereka hanya mau main aja dan cenderung tidak hobi bersosial media” cerita Iwan.
Maka sebagai usaha Louvre Esports untuk mendorong branding organisasi serta pemain mereka, manajemen mencoba melakukan beberapa strategi. Salah satunya seperti dengan membuat video profil tentang sang pemain, atau cerita tentang asal usul mereka sebelum menjadi atlet esports. Niatnya dengan strategi tersebut, para pemain jadi lebih dikenal oleh khalayak esports Indonesia. Harapan terbesarnya adalah, kalau pemain tersebut sukses, nama Louvre Esports bisa terangkat berbarengan dengan pamor sang pemain.
Louvre Esports Kini dan Nanti
Perbincangan kami berlanjut membicarakan topik selanjutnya, soal Louvre Esports di masa kini dan rencana masa depan. Topik pertama yang terpikirkan adalah soal bagaimana Louvre bisa bersaing di tengah gempuran organisasi esports internasional di Indonesia. Seperti yang sudah Anda ketahui, belakangan macam-macam organisasi esports luar negeri masuk ke Indonesia, contohnya ada Flash Wolves dari Taiwan atau klub sepakbola Paris Saint-Germain yang jalin kolaborasi dengan tim Mobile Legends RRQ.
Dampak fenomena ini seperti pedang bermata dua kepada ekosistem esports Indonesia. Satu sisi memberi dampak positif, ekosistem esports Indonesia jadi berkembang berkat investasi asing. Sisi lain memberi dampak negatif, organisasi esports lokal seperti Louvre Esports perjuangannya jadi lebih berat karena ketatnya persaingan.
Menanggapi hal ini, Iwan menjawab bahwa salah satu yang membuat Louvre bisa menang di tengah gempuran tersebut adalah kejelian melihat peluang dan potensi. “Saya sendiri selalu rutin datang ke berbagai event esports untuk memantau pemain-pemain yang memang potensial. Tapi kami nggak cuma lihat skill, kami juga lihat soal attitude. Bagaimanapun pemain jago yang toxic bisa meracuni pemain lain, dan mengurangi performa tim secara keseluruhan” Cerita Iwan kepada Saya.
Tak heran jika Louvre Esports terbilang cukup tanggap dalam menciptakan divisi esports baru, terutama pada cabang game yang potensial. Contoh nyata hal tersebut adalah kehadiran divisi tim esports Free Fire Louvre Esports, yang terbilang lebih dahulu daripada kebanyakan organisasi esports lainnya di Indonesia.
Lalu apa pertimbangan Louvre ketika akan membuka divisi game baru. Iwan mengakui bahwa salah satu faktor utama adalah angka viewership game tersebut. “Nggak bisa bohong, kalau bicara soal alasan membuat divisi baru di Louvre Esports, yang kami lihat adalah angka viewership game lebih dulu. Menurut saya, viewership tetap jadi senjata kuat untuk memajukan nama kami ke para sponsor nantinya” Jawab Iwan memperjelas.
Bagaimana dengan target Iwan bersama Louvre Esports serta harapan dari Iwan terhadap ekosistem esports di Indonesia. Iwan mengatakan bahwa targetnya terhadap Louvre Esports tidak terlalu muluk-muluk; tidak sampai ingin selalu menjadi juara 1 pada semua kompetisi. Ia hanya berharap Louvre Esports nantinya bisa menjadi top 3 di dalam persaingan organisasi esports Indonesia.
Terakhir menutup pembicaraan, Iwan mengungkapkan harapannya terhadap esports di Indonesia dan Louvre Esports. “Kalau untuk esports di Indonesia, harapannya adalah industrinya terus bertahan di masa depan. Ibaratnya, jangan sampai tahun ini heboh, tapi tahun depan esports hilang gaungnya. Kalau soal Louvre, harapannya adalah bahwa Louvre bisa memberikan sesuatu kepada komunitas gamers. Kerja keras kami membangun Louvre Esports memiliki tujuan akhir dari gamers untuk gamers, supaya di masa depan gamers bisa hidup makmur bekerja dari hobi mereka” Iwan menjelaskan kepada Hybrid.
–
Walau masih belia, perkembangan Louvre Esports menarik untuk disimak. Melihat sepak terjang kesuksesan mereka di kancah Mobile Legends, mungkin ini memang sudah saatnya Louvre Esports bisa lebih tampil di cabang game lain, apalagi cabang game yang sedang populer belakangan seperti PUBGm, Free Fire, atau mungkin Arena of Valor.
Apalagi kolaborasi dengan brand Juggernaut Gaming, saya selaku pemerhati esports serta pecinta game PC berharap Louvre Esports bisa lebih melihat potensi-potensi besar di jagat esports PC. Mengingat esports PC yang kini sedikit tertinggal, harapannya Louvre Esports bisa membantu mereka berkembang, sembari terus menggaungkan nama Louvre Esports di berbagai ranah game apapun.