Bisnis data center atau pusat data di Indonesia akan diramaikan pemain baru. Kini giliran LOGOS dan Pure Data Centres yang tengah memulai pembangunan pusat data di Jakarta. Bangunan seluas 20 ribu meter persegi berdaya 20-megawatt ini ditargetkan siap beroperasi pada Q1 2022 mendatang.
Kedua perusahaan melihat adanya kesempatan di tengah pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia yang sangat pesat. Seperti diketahui, LEGOS merupakan perusahaan pengembang (properti) yang fokus pada industri logistik yang telah beroperasi di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Sementara Pure Data Centres perusahaan global yang fokus mendesain, mendirikan, dan mengoperasikan pusat data.
“Pertumbuhan signifikan pusat data di Indonesia didorong pertumbuhan online commerce, di samping kebutuhan infrastruktur layanan cloud untuk mendukung ekspansi bisnis dan kebutuhan klien mereka. Properti logistik yang ada, dalam banyak kasus, sangat cocok untuk mengakomodasi perpaduan daya dan konektivitas serat jaringan yang mendukung bisnis pusat data,” ujar Managing Director LEGOS Stephen Hawkins.
Pusat data yang akan dihadirkan adalah hyperscale, untuk memungkinkan pengguna mudah dalam meningkatkan skala (kapasitas infrastruktur yang dilanggan). Hal ini sekaligus untuk menunjang kebutuhan dari penyedia layanan komputasi awan dan pelanggan co-location (layanan penitipan komputer server privat di lingkungan pusat data).
Perkembangan bisnis pusat data di Indonesia
Dari data yang dihimpun ReportLinker, nilai pasar pusat data di Indonesia mencapai $1,7 miliar di 2020 dan diproyeksikan mencapai $3,3 miliar pada 2026 mendatang. Besarnya potensi pertumbuhan pasar, para pemain lokal pun tak mau kalah bersaing dan berupaya menghadirkan layanan berstandar global.
Ada beberapa pemain dari kalangan korporasi yang bermain di ranah ini, di antaranya MidPlaza Holding dengan Biznet DataCenter yang saat ini memiliki tiga titik lokasi di Jakarta, Jawa Barat, dan Bali — rencananya akan menghadirkan infrastruktur pusat data baru di Yogyakarta pada akhir 2021. Bisnis mereka juga didukung layanan komputasi awan Biznet Gio yang menyasar kalangan pebisnis di berbagai skala, termasuk startup dan UKM.
Perusahaan pelat merah Telkom juga bermain di sana, bahkan baru-baru ini mereka sesumbar akan segera menuntaskan pembangunan tahap akhir salah satu unit pusat data hyperscale (tier 3 dan 4). Seperti diketahui, pusat data terbagi ke dalam empat level, yakni tier 1 s/d 4 didasarkan pada kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki, termasuk di dalamnya standardisasi infrastruktur.
Beberapa inisiatif pengembangan bisnis pusat data lain juga terus digodok. Terbaru ada Anthoni Salim yang masuk bekerja sama dengan PT DCI Indonesia Tbk; konglomerat lainnya dari grup Djarum hingga Lippo juga berancang-ancang masuk ke vertikal ini. Ada juga pemain asal Singapura “Digital Edge” yang hendak masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi saham Indonet.
Di lain sisi, pemain global lainnya juga berbondong-bondong hadir ke sini. Terbaru Tencent resmikan pusat data di kawasan CBD Jakarta pada April 2021 lalu. Sebelumnya Alibaba, Amazon, Google, dan Microsoft juga lakukan inisiatif yang sama — mengalokasikan dana triliunan Rupiah untuk pengembangan pusat data di Indonesia.
–
Gambar Header: Depositphotos.com