Kalau Anda penguna Twitter atau pengguna UberTwitter, pasti Anda telah melihat berbagai Tweet yang ramai memperbincangkan tentang penghentian secara sepihak layanan UberTwitter, Twidroyd, yang merupakan aplikasi pihak ketiga, oleh Twitter.
Seminggu yang lalu muncul kabar tentang akuisisi TweetDeck oleh UberMedia, perusahaan yang juga sebelumnya mengakuisisi Echofon, UberTwitter dan Twidroyd. UberMedia sebelumnya bernama TweetUp, kemudian berubah menjadi PostUp dan akhirnya bertranformasi menjadi UberMedia seiring akuisisi UberTwitter.
Kini, hari ini (waktu Indonesia) berita tentang UberMedia kembali muncul dan menjadi perbincangan di linimasa pengguna Twitter Indonesia. Twitter mengumumkan bahwa sebagian besar layanan UberMedia dihentikan secara sepihak dan tidak bisa digunakan, aplikasi tersebut antara lain UberTwitter, Twidroyd dan UberCurrent.
Penghentian sepihak layanan ini disebabkan oleh pelanggaran kebijakan yang dimiliki Twitter, antara lain isu privasi yang berhubungan dengan jumlah karakter private DM yang lebih dari 140 karakter (yang menggunakan layanan tmi.me), kemudiaan pelanggaran hak cipta (misalnya berhubungan dengan nama Twitter dalam UberTwitter), serta pengubahan konten dari Tweet yang dilakukan pengguna untuk tujuan mendapatkan uang.
Lalu bagaimana sikap dari UberMedia? Mereka akan berkompromi, dan sedang dalam proses untuk menepati semua peraturan yang diinginkan Twitter. Sebagai Twitter client tentu saja UberMedia harus patuh, mereka juga menggunakan API dari Twitter yang semuanya harus berdasarkan peraturan yang ditentukan dari Twitter.
Dari pengumuman resmi mereka, UberMedia akan mengubah nama UberTwitter menjadi UberSocial, kalau melihat dari situsnya implementasi akan hal ini sudah terjadi, pengumuman perubahan telah muncul, namun untuk pengunduhan aplikasi sepertinya masih dalam proses, saya mencoba (sampai tulisan ini ditulis) mengunduh versi desktop tetapi masih belum bisa. Untuk hal lain seperti penggunaan tweet-elongation, Bill Gross, CEO dari UberMedia akan menghilangkan fasilitas ini pada layanan mereka.
Seperti yang dijelaskan oleh Bill Gross, “We were immediately in touch with Twitter, and the changes they asked us to make were very small. As a result, we have completed the changes, and new apps are currently being posted to their respective stores”. Jadi perbaikan dan pembaruan akan segera dijalankan.
Hal yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana cara Twitter dalam melakukan penghentian secara sepihak layanan UberMedia. Pertama, mereka ‘memaksa’ dua Tweet pengumuman tentang penghentian sepihak layanan UberMedia, setidaknya itu yang saya dapatkan pada aplikasi UberCurrent, dua Tweet itu menjelaskan tentang pengumuman penghentian secara sepihak layanan serta promosi aplikasi resmi Twitter untuk perangkat bergerak.
Beberapa berita di blog teknologi juga menyoroti hal ini, dengan berbagai akuisisi UberMedia kini memiliki hampir semua lini aplikasi Twitter, untuk pengguna BlackBerry, iPhone, Android dan tentunya desktop, dan beberapa diantara aplikasi ini adalah yang populer di masing-masing segmen, seperti Echofon, UberTwitter (UberSocial) dan TweetDeck. Founder Seesmic juga mengatakan bahwa dengan lini aplikasi yang dimilikinya UberMedia menguasai 20% daily Tweet, presentasi yang cukup besar. Apalagi UberMedia adalah juga menyediakan layanan bagi pengiklan dan pemilik merek yang ingin melakukan komunikasi dan membangun keterikatan dengan konsumen mereka lewat Twitter.
Apakah Twitter ‘takut’ pangsa pasar mereka digerogoti oleh UberMedia? Bagi saya, jawabannya ya dan tidak. Tidak karena bagaimanapun UberMedia membangun aplikasi didasarkan pada layanan Twitter, semua peraturan yang diterapkan Twitter harus diikuti. Sedangkan ya, karena pertama, Twitter juga kini secara gencar mempromosikan aplikasi resmi mereka untuk perangkat begerak, yang berarti mereka juga harus ‘menggeser’ aplikasi lain yang dikembangkan oleh pihak lain, sedangkan faktor lain adalah Promoted Product.
Twitter juga kini sedang gencar untuk mengolah dan mengembangkan model promosi/iklan mereka sendiri. Monetisasi menjadi salah satu persoalan di layanan Twitter, salah satu strategi yang mereka tempuh adalah dengan Promoted Product, beberapa waktu yang lalu mereka melakukan uji produk dengan memasukan Tweet promisi ke linimasa, artinya, sedikit banyak layanan ini juga akan berhadapan langsung dengan apa yang ditawarkan oleh UberMedia.
Persoalan tentang para pengembang yang membuat aplikasi pihak ketiga dengan apa yang dikembangkan oleh Twitter sendiri memang sudah muncul cukup lama, setidaknya sejak akuisisi Tweetie yang kini menjadi aplikasi Twitter resmi.
Tentunya menarik melihat bagaimana sikap Twitter atas ekosistem mereka, sampai sejauh mana mereka akan bersaing (dalam tanda kutip) dengan layanan lain yang dikembangkan pihak ketiga, karena tentu saja Twitter akan terus memperbaiki layanan mereka dan beberapa diantaranya akan mengambil celah perkembangan yang mungkin sudah dikembangkan pihak ketiga.
Sumber berita: TheNextWeb 1,2, TechCrunch, VentureBeat.
Sudah 24 jam lebih dan UberSocial (UberSoc) masih belum dapat lampu hijau dari Twitter. Padahal UberSoc mengaku sudah melakukan perubahan pada aplikasinya sesuai dengan kebijakan Twitter. Jadi berpikir apa iya ini hanya sekedar masalah pelanggaran kebijakan? Jangan-jangan emang beneran masalah duit.