Kualifikasi eFootball Championship Open 2022 penuh dengan cheater atau banyak pemain yang abuse sistem online-nya?
eFootball Championship Open 2022 memang sudah menyelesaikan turnamennya dan menemukan 4 juara dunia di platformnya masing-masing. Namun ternyata di balik itu semua ada kejanggalan di balik proses kualifikasinya.
Adalah Ershad Riansyah, General Manager Persis Esports, yang awalnya memberitahukan soal kejanggalan yang ia lihat di proses kualifikasi eFootball Championship Open 2022.
Proses Kualifikasi eFootball Championship Open 2022
https://youtu.be/5hRZ3pCedAM
Sebelum kita membahas keanehannya, mungkin ada baiknya kita membahas konteksnya terlebih dahulu. Informasi ini saya ambil langsung dari laman resmi eFootball Championship Open 2022.
Jadi, proses kualifikasi eFootball Championship Open 2022 dibagi jadi 3 Round, sebelum akhirnya berakhir dengan World Finals.
Di Round 1, semua orang bisa ikut serta hanya dengan mengikuti Challenge Events di dalam game-nya. Para pemain yang bisa mengumpulkan 6 poin dari 5 pertandingan bisa lanjut ke Round 2.
Di Round 2, para pemain yang ingin lanjut ke Round 3 harus berada di peringkat 8 besar di masing-masing platform (PlayStation, Xbox, Steam, dan Mobile) di Region/Area (Europe & Africa, Americas, Asia & Oceania & other areas) masing-masing.
Sedangkan untuk Round 3, formatnya berubah jadi turnamen dan hanya 6 pemain terbaik dari Round ini yang berhak lolos ke babak selanjutnya, World Finals.
Itu tadi gambaran singkatnya saja. Untuk aturan main yang lebih detail, Anda bisa melihatnya langsung di laman resminya yang saya berikan tautannya di atas.
Kejanggalan Kualifikasi eFootball Championship Open 2022
Kejanggalan yang ditunjukkan oleh Ershad adalah yang terjadi di Round 2. Silakan lihat tangkapan layar di bawah ini.
Tangkapan layar di atas adalah klasemen dari kualifikasi Round 2 untuk Area Asia/PlayStation.
Jika Anda lihat, pemain yang berada di puncak klasemen berhasil mencetak 600 gol dan bahkan tidak kebobolan sekalipun dalam 15 kali bertanding. Jika dicari rata-ratanya, berarti pemain tersebut berhasil mencetak 40 gol setiap pertandingan. Jika kita melihat pemain di peringkat 8 pun, yang mencetak 269 gol dan hanya kecolongan 1 gol, ia berarti mencetak 17-18 gol di setiap pertandingan (rata-ratanya).
Angka-angka gol itu memang aneh, apalagi mengingat ini bukan di komik Kapten Tsubasa. Berhubung saya juga bukan siapa-siapa, saya pun menghubungi Valentinus Sanusi untuk mencari tahu apakah sebenarnya masuk akal atau tidak dalam satu pertandingan seorang pemain bisa mencetak sampai 40 gol.
“Ga masuk akal sih kalo 1 pemain bisa cetak 40 gol dalam satu pertandingan. AI-nya pinter kok buat ngeblok bola.” Terang Valentinus.
Oh iya, buat yang belum tahu, Valentinus Sanusi adalah dedengkot dari komunitas esports eFootball (dan PES, sebelum berganti nama) dan orang paling berpengaruh di ranah esports PES/eFootball Indonesia. Beberapa tahun silam, kami sempat berbincang tentang kondisi esports PES di Indonesia.
Cheat atau Abuse System? Respon Konami?
Menurut dari beberapa orang yang saya hubungi, hasil pertandingan yang janggal semacam itu bisa jadi karena penggunaan cheat atau memanfaatkan akun kedua untuk memberikan gol sebanyak-banyaknya untuk akun pertama.
Jadi, satu orang bisa saja punya akun utama dan beberapa akun bodong untuk memberikan banyak gol ke akun utama. Ternyata, hal ini juga sebenarnya sudah ada sejak zaman masih PES (sebelum ganti nama ke eFootball) — setidaknya menurut cerita salah satu sumber saya yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sayangnya juga, tidak ada kejelasan dari Konami dalam menanggapi kejanggalan skor tadi. Kalaupun ada, saya tidak bisa menemukan pengumuman resmi atau apapun respon Konami terkait kualifikasi yang janggal tadi.
Kasus ini juga sebenarnya sempat mencuat di Reddit r/eFootball. Anda bisa membacanya di tautan ini.