Kronologi Protes Pemain Profesional League of Legends Hingga Akhir

Pada akhirnya, pemain League of Legends yang protes bisa mencapai kata mufakat dengan Riot Games

Publisher punya kuasa absolut atas ekosistem esports dari game yang mereka rilis. Sebelum ini, saya pernah membahas tentang pro dan kontra dari kekuasaan absolut publisher tersebut. Menariknya, hal ini tidak menghentikan pemain profesional League of Legends di Amerika Utara untuk melakukan walkout sebagai bentuk protes atas keputusan yang diambil oleh Riot Games. Berikut kronologi akan protes yang dilakukan oleh para pemain League of Legends, dari awal hingga akhir.

Protes dari Pemain Profesional League of Legends di Amerika Utara

Regenerasi pemain merupakan masalah nyata di industri esports. Untuk mengatasi masalah tersebut, Riot Games mengumumkan keberadaan North American Challengers League (NACL) pada 2022. Ketika itu, Riot mengungkap bahwa NACL akan diikuti oleh 16, yang terdiri dari 10 tim mantan LCS Academy dan 6 tim amatir yang dianggap sebagai "Provisional Teams".

Pada awalnya, Riot mengharuskan semua tim yang berlaga di League of Legends Championship Series (LCS), liga tier pertama di Amerika Utara, untuk memiliki tim yang berlaga di NACL. Namun, tim-tim LCS merasa keberatan dengan ketetapan tersebut dan meminta Riot untuk menghapusnya. DI Mei 2023, Riot memutuskan untuk mengikuti permintaan para tim. Dengan begitu, tim-tim LCS pun tidak harus membangun tim di NACL. Riot mengungkap, mereka mengambil keputusan ini demi mendukung kesuksesan ekosistem esports di Amerika Utara dalam jangka panjang.

Awalnya, Riot menetapkan bahwa akan ada 16 tim yang berlaga di NACL. | Sumber: LoL Esports

Setelah Riot menghapus regulasi yang mengharuskan tim LCS untuk memiliki roster di NACL, para tim pun melepas tim mereka di NACL. Dan hal ini berakhir pada pemecatan puluhan orang yang terlibat di NACL, mulai dari pemain, pelatih, sampai manajer tim. LCS Players Association (LCSPA) mengatakan, 70 orang kehilangan pekerjaan mereka, saat 2023 NACL Summer Split akan dimulai dalam waktu kurang dari 1 bulan.

Sebagai bentuk protes dari keputusan yang diambil oleh Riot, mayoritas anggota LCSPA pun setuju untuk melakukan walkout. LCSPA menjelaskan, alasan lain mengapa mereka keberatan dengan keputusan Riot adalah karena sebelum ini, perusahaan game tersebut telah setuju untuk tidak mengubah format atau regulasi terkait NACL secara mendadak.

"Dalam pertemuan rutin antara Riot dan PA, kami berdua sadar bahwa NACL tidak akan bisa berjalan jika Riot tidak mengharuskan organisasi yang berlaga di LCS untuk memiliki tim NACL," kata LCSPA, dikutip dari PC GAMER. Keputusan Riot untuk mengubah regulasi yang sudah mereka tetapkan mendorong para pemain profesional League of Legends untuk melakukan walkout.

Selain memprotes keputusan Riot dalam menghapuskan keharusan tim LCS untuk memiliki tim NACL, LCSPA juga punya beberapa tuntutan lain. Salah satunya, mereka ingin agar Riot menyiapkan revenue pool sebesar US$300 ribu per tahun untuk setiap tim di NACL. Mereka juga ingin agar Riot menerapkan sistem delegasi/relegasi di LCS dan NACL, sama seperti sistem yang mereka gunakan di kompetisi VALORANT.

Respons dari Riot Games

Tidak lama setelah para pemain di LCSPA memutuskan untuk melakukan walkout, Riot merilis pernyataan resmi, menjawab protes dari asosiasi pemain tersebut. Dalam pernyataan itu, Riot menegaskan pentingnya untuk membuat ekosistem esports yang menguntungkan secara ekonomi. Skena esports yang terus merugi tidak akan bisa bertahan. Dan hal inilah yang menjadi alasan mengapa Riot mengubah regulasi terkait keharusan tim LCS untuk memiliki tim NACL.

Selain menjawab protes para pemain, Riot juga mengumumkan bahwa mereka akan menunda LCS selama dua minggu. Namun, mereka menyebutkan, jika para pemain terus berkeras untuk mogok hingga waktu yang telah ditentukan, maka Riot akan membatalkan LCS. Hal itu berarti, tidak akan ada tim Amerika Utara yang bisa berlaga di League of Legends World Championships 2023.

Worlds 2022. | Sumber: Riot Games

"Jika kami harus menunda LCS selama lebih dari dua minggu, kami tidak akan bisa membuat kompetisi yang berkualitas. Jadi, kami lebih memilih untuk membatalkan LCS Summer sepenuhnya," kata Riot, menurut laporan GameSpot. "Dan jika LCS musim ini dibatalkan, hal ini juga akan menghilangkan kesempatan bagi tim-tim LCS untuk bertanding di Worlds 2023."

Riot juga menolak tuntutan LCSPA untuk menyediakan revenue pool sebesar US$300 ribu per tim NACL setiap tahun. Mereka menjelaskan, mereka tidak bisa memberikan subsidi gaji bernilai jutaan dollar untuk tim NACL setiap tahun. Karena, model bisnis ini tidak akan bisa bertahan lama. Mereka juga mengatakan, seharusnya, mereka tidak perlu memberikan subsidi gaji tersebut. Karena, Riot juga punya dua liga tier dua lain yang bisa bertahan tanpa subsidi dari perusahaan.

Kesepakatan yang Dicapai

Kabar baiknya, pada minggu lalu, para pemain League of Legends yang melakukan walkout akhirnya mencapai jalan tengh dengan Riot Games.

"LCSPA, Riot, dan tim LCS telah setuju untuk melanjutkan 2023 LCS Summer Split di 14 Juni," tulis LCSPA di Twitter. Mereka menambahkan, baik LCSPA dan Riot telah setuju untuk memastikan NACL akan bisa terus bertahan di masa depan.

Riot juga setuju untuk menyediakan US$300 ribu sebagai revenue pool, yang akan dibagi ke 10 tim NACL. Selain itu, mereka juga akan memastikan bahwa semua pemain asing akan langsung mendapatkan asuransi ketika mereka sampai di Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Riot mengatakan, karena LCS Summer Split dimulai lebih lambat dari biasanya, mereka akan menggelar tiga pertandingan dalam seminggu, yaitu di hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Padahal, di Spring Season, Riot hanya menggelar dua pertandingan dalam seminggu.

"Tidak mudah bagi kami untuk menunda Summer Split," kata Naz Aletaha, Global Head of League of Legends esports, pada The Verge. "Tapi pada akhirnya, dialog antara Riot, LCSPA, dan tim profesional membuka ruang bagi kami semua untuk berbagi tentang apa yang kami ingin capai terkait LCS dan NACL di masa depan." Dia juga menambahkan, "Membangun ekosistem yang berkelanjutan merupakan win-condition untuk kami semua."

Sumber header: Dexerto