Dark
Light

Koalisi Asosiasi Esports Buat 4 Prinsip untuk Ciptakan Komunitas Esports yang Sehat

2 mins read
November 6, 2019
The International 2019 | Sumber: Dot Esports

Walau esports berkembang pesat, tak banyak regulasi tentang industri ini. Karena itu, sejumlah asosiasi esports, seperti Esport Student Association (ESA), Entertainment Software Association of Canada (ESAC), Interactive Games & Entertainment Association (IGEA), Interactive Software Federation of Europe (ISFE), dan UK Interactive Entertainment (UKIE) mengambil inisiatif untuk membuat empat prinsip dasar bagi para pelaku industri esports. Prinsip pertama adalah komunitas esports harus bebas dari kekerasan atau perlakuan tak menyenangkan yang membuat seseorang merasa terancam atau terganggu. Jika Anda sering menjelajah media sosial atau forum di dunia maya, Anda pasti pernah bertemu atau melihat troll, orang-orang yang sengaja membuat pernyataan untuk memancing emosi pengguna lain.

Prinsip kedua yang ingin ditegakkan oleh koalisi asosiasi game dan esports adalah tentang integritas dan fair play. Semua pelaku esports dilarang berbuat curang, seperti dengan melakukan hacking atau kegiatan lain yang merugikan tim dan pemain lain atau merusak kepercayaan masyarakat akan esports. Menurut data Goldman Sachs, jumlah penonton esports pada tahun ini telah mencapai 194 juta orang dan akan naik menjadi 276 juta orang pada 2022. Namun, jika muncul banyak skandal di dunia esports, hal ini akan membuat para penontoh beralih. Menurut Esports Integrity Coalition (ESIC), asosiasi nirlaba yang didirikan pada 2015 untuk mengatasi masalah integritas di esports, ada empat jenis “kecurangan” di esports, yaitu menggunakan software untuk membuat seorang pemain atau sebuah tim lebih unggul dari lawan, serangan online yang menghambat musuh, match-fixing (manipulasi hasil pertandingan), dan penggunaan doping, lapor The Esports Observer.

Prinsip ketiga terkait inklusivitas dalam industri esports. Semua pelaku esports didorong untuk menghargai dan menghormati satu sama lain, termasuk rekan satu tim, lawan, penyelenggara, dan penonton. Mengingat esports adalah fenomena global, para pelaku dan penonton yang terlibat di dalamnya datang dari berbagai negara dengan latar belakang budaya, sosial, dan ekonomi yang berbeda-beda pula. Karena itu, koalisi asosiasi esports mendorong agar para pelaku esports tidak memberikan perlakuan berbeda berdasarkan ras, gender, umur, agama, dan lain sebagainya. Memang, seksisme masih menjadi salah satu masalah di esports. Xiaomeng “VKLiooon” Li, perempuan pertama yang menjadi Hearthstone Global Champion menceritakan perlakuan seksis yang dia terima ketika dia ikut bertanding dalam turnamen Hearthstone.

Sumber: Twitter
Xiaomeng “VKLiooon” Li saat memenangkan Hearthstone Grandmasters Global Finals| Sumber: Twitter

Terakhir, prinsip yang ingin ditegaskan oleh koalisi asosiasi adalah gameplay yang positif dan membangun. Mereka merasa, bermain esports dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan kerja sama seseorang. Selain itu, bermain esports juga bisa menjadi cara untuk menjalin pertemanan, baik dengan rekan satu tim atau bahkan dengan musuh. Yohannes P. Siagian yang pernah menjadi Kepala Sekolah SMA 1 PSKD dan VP EVOS Esports, ada banyak soft skills yang bisa dipelajari oleh siswa SMA jika esports dibawa ke sekolah.

Dalam pernyataan resmi yang dibuat bersama oleh koalisi asosiasi, mereka berkata bahwa keberagaman, keamanan, inklusivitas, dan fair play harus menjadi pondasi dari komunitas esports. Dikutip dari GameIndustry, mereka berkata, “Komunitas kami terdiri dari pemain, tim, penyelenggara, dan juga publisher game serta pemegang hak cipta atas properti intelektual. Mereka semua bertanggung jawab atas pertumbuhan ekosistem esports sehingga ia tumbuh seperti sekarang. Sebagai bagian dari komunitas ini, kami membuat empat prinsip utama untuk membuat komunitas esports yang adil, ramah, dan menyenangkan bagi semua orang. Seiring dengan pertumbuhan esports, kami akan terus mendukung pengembangan ekosistem yang bisa memuaskan semua komunitas — mulai dari komunitas untuk turnamen internasional sampai komunitas acara lokal.”

Previous Story

EVOS Esports Dapatkan Pendanaan Sebesar Rp61 Miliar

Next Story

Gojek Obtains Due Diligence in Malaysia by January 2020

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan

Peran Mobile Esports Dalam Pertumbuhan Industri Esports Global

Beberapa tahun belakangan, industri esports memang tumbuh pesat. Setiap tahun,