Tahun ini industri fintech makin ramai dengan berbagai perbincangan. Salah satunya yang cukup viral adalah penyalahgunaan data konsumen untuk penagihan utang dilakukan oleh RupiahPlus menjadi pelajaran berharga untuk semua pemain fintech lending di Indonesia.
Yang ditonjolkan dari kejadian ini adalah bagaimana kedua belah pihak mengedepankan unsur kepercayaan, baik itu dalam menagih utang, maupun menggunakan data pribadi konsumen. Menariknya layanan peminjaman online mengklaim NPL-nya sangat rendah. Bagaimana sebenarnya cara fintech lending melindungi konsumen? KoinWorks punya jawaban terkait hal ini.
Mitigasi risiko dilakukan baik untuk pendana maupun investor, mengingat KoinWorks hanya fokus memberi pinjaman dana untuk pengusaha UKM online. Artinya proses awal hingga akhir diselesaikan secara online. Bila tidak ada kebutuhan mendesak, bahkan verifikasi ke toko fisik pun tidak dilakukan.
Oleh karena itu, data yang diambil perusahaan untuk credit scoring secara keseluruhan adalah data digital dengan metode scoring yang berbeda. Lebih menekankan pemanfaatan teknologi yang bisa menggantikan cara konvensional biasa dilakukan oleh bank. Ambil contoh, data online penjualan di platform marketplace yang mereka pakai, riwayat browser, media sosial, dan sebagainya. Seluruh data tersebut diracik untuk menentukan kualitas kredit yang terbagi dari grade A sampai E.
“Kita ambil datanya beda dengan apa yang bisa dilakukan bank, makanya memanfaatkan penuh data digital yang tersebar untuk credit scoring. Terlebih, ada moral hazard apabila UKM online gagal bayar, karena kabar bisa tersebar secara cepat yang tentunya akan mengganggu flow bisnis,” terang CMO KoinWorks Jonathan Bryan.
Terhitung saat ini KoinWorks memiliki 85 ribu pendana dan dua ribu peminjam sejak pertama kali berdiri pada 2016.
Sektor produktif lebih aman
Konsekuensinya karena menggunakan data digital, perusahaan lebih ketat dalam menyaring setiap pengajuan yang masuk. Jonathan mengungkapkan, hingga kini perusahaan telah menerima setidaknya 20 ribu aplikasi, namun yang lolos sekitar dua ribu.
“Karena metode scoring kami berbeda dan sangat hati-hati, jadi apabila ada UKM yang dapat grade E, itu bukan berarti mereka jelek secara pembukuan, mereka pasti bisa bayar tapi ada faktor lain yang membuat grade mereka bisa dapat itu. Grade E di kami itu artinya masih bagus dan layak untuk didanai.”
Secara siklus penyaluran pinjaman, karena fokus ke UKM online saja maka ada pola yang rutin terjadi setiap tahunnya. Siklus pengajuan pinjaman bakal ramai saat acara besar seperti Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), momen Lebaran, dan perayaan ulang tahun masing-masing platform e-commerce. Dalam momen tersebut pengusaha perlu produksi dalam jumlah ekstra untuk investaris, makanya dalam dua sampai tiga bulan sebelum perhelatan digelar mereka mulai persiapan dengan ramai-ramai mengajukan pinjaman.
Ketika dana sudah cair, dana langsung dipakai untuk kegiatan usaha tanpa tercampur untuk kebutuhan pribadi. Setelah momen tersebut sudah dilewati, tren yang biasa terjadi adalah mereka langsung melunasi semua hutangnya sebelum jatuh tempo. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan saat mengajukan pinjaman di bank.
“Saat peak time, jumlah pinjaman bisa naik antara 20-30 kali dibanding hari biasa. Itu sudah jadi tren buat UKM online. Saat momen sudah lewat, mereka langsung melunasi, lalu top up lagi. Sekitar 70% dari total peminjam kami itu adalah repetitive borrower.”
Karena alurnya yang sudah rutin terjadi ini, membuat penyaluran kredit ke sektor produktif jauh lebih aman dan berkualitas ketimbang sektor konsumtif. Diklaim KoinWorks dapat menjaga laju kredit macet sampai ke level 0,39%.
Buat dana proteksi
Tak hanya mitigasi risiko untuk peminjam, sambung Jonathan, KoinWorks juga memberlakukan mitigasi ke para pendana. Minimal dana yang bisa diinvestasikan untuk tiap investor sebesar Rp100 ribu. Ini dimaksudkan sebagai ajang untuk memperkenalkan alternatif investasi ke platform p2p lending. Oleh karena itu pihak KoinWorks rutin mengedukasi kepada pendana untuk mendiversifikasikan dananya ke berbagai usaha UKM di berbagai grade. Bisa juga memilih ke KoinPintar untuk bantu pelajar melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
Sebagai cara perlindungan ke pendana, KoinWorks secara khusus menyediakan dana proteksi yang diambil sekitar 30% dari total pendapatan yang diperolehnya. Bila diibaratkan ini seperti cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang rutin dilakukan bank dalam mengantisipasi terjadinya kredit macet. Sehingga jika ada kredit macet, KoinWorks bisa menggantikan uang pendana.
“Makanya untuk setiap pendana yang baru mulai investasi di p2p lending, selalu kami beri arahan untuk diversifikasi portofolionya. Kami juga menyiapkan dana proteksi yang diambil dari revenue buat melindungi pendana dari risiko.”
Selain itu, KoinWorks beserta pemain p2p lending lainnya didorong oleh OJK untuk membuat semacam rencana pemulihan atau recovery plan dalam menangkal krisis apabila terjadi risiko yang tidak diinginkan terjadi. Hal ini juga sudah diberlakukan dalam bank. Peraturan untuk membuat rekening bersama (escrow account) demi melindungi uang pendana.
“OJK cukup advance dalam melindungi industri p2p lending. Intensi mereka sangat baik, ingin jaga industri ini tetap aman dan bisa berlangsung dalam jangka waktu lama. Malah kita setiap bulannya dipantau untuk mengirimkan kinerja bisnis, dipanggil rapat apabila ada info terbaru, dan sebagainya,” pungkasnya.