Beberapa keunggulan 5G adalah teknologi jaringan seluler generasi kelima ini dapat memberikan kecepatan yang lebih tinggi, latensi lebih rendah, dan kapasitas yang lebih besar daripada jaringan 4G LTE. Dampak nyata dari penerapan 5G ini tidak hanya terbatas untuk kalangan consumer tetapi juga enterprise melalui solusi 5G private network untuk mendorong transformasi digital ke industri 4.0.
Menurut Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong – dari segi potensi incremental revenue di Asia Tenggara pada tahun 2025, pasar enterprise hampir dua kali lipat dari consumer yakni sekitar 18-22%. Data yang menarik adalah Indonesia merupakan pasar dengan nilai potensi 5G tertinggi di kawasan tersebut, dengan potensi revenue hampir US$ 1 miliar pada 2025 untuk gabungan B2C consumer dan B2B enterprise.
Dalam sesi webinar Qualcomm bertajuk 5G private network, Aju Widya Sari selaku Direktur Telekomunikasi di Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika menyampaikan bahwa ada lima sektor industri yang menjadi fokus pengembangan 5G private network di Indonesia. Mulai dari residensial (perumahan dengan fixed wireless acces), kawasan industri dan pabrikasi dengan automasi, pertambangan dengan resiko sangat tinggi, kesehatan, dan pariwisata.
Di industri manufaktur, latensi yang rendah bisa mendukung penggunaan internet of things (IoT) dan robotika dengan kontrol penuh oleh industri itu sendiri. Private network ini sifatnya khusus, sesuai dengan kebutuhan industri. Mengingat use case atau industri satu dan lainnya memiliki kebutuhan berbeda, maka kebutuhan akan 5G private network juga akan berbeda, yakni dilihat dari bagaimana model bisnisnya. Kalau kita lihat dari sisi teknisnya, itu bisa dilakukan secara private karena memang ada beberapa sektor yang sangat memerlukan data mereka aman, standarnya bisa sesuai dengan yang mereka inginkan dan mereka juga sudah siap secara cost.
Adapun mengenai tantangan dalam mengembangkan 5G private network di Indonesia khususnya dalam upaya untuk mendorong sektor industri manufaktur dan smart city, Marfani selaku VP Network Architecture and Design Telkomsel menjelaskan. Saat ini Indonesia belum cukup ready secara ekosistem, tetapi beliau di Telkomsel selalu mengadakan workshop dan sosialisasi ke teman-teman di industri terutama kalangan BUMN dan UMKM terkait benefit yang bisa mereka dapatkan dari teknologi 5G. Tantangan lainnya adalah sinkronisasi dengan calon user sendiri. Karena investasi untuk 5G ini tentu bukan investasi yang short term ini akan cukup membutuhkan pemikiran jangka panjang.
Shannedy Ong menambahkan untuk mewujudkan 5G private network ini kolaborasi sangat penting, baik dari sisi pemerintah, Kominfo, para operator, dan juga dari sisi teknologi enabler seperti Qualcomm. Bicara soal kolaborasi, baru-baru ini Qualcomm dan Microsoft berkolaborasi untuk membawa chip-to-cloud pertama di industri untuk 5G private network. Keunggulannya adalah ini 5G private network yang pre-integrated, yang mana dari sisi operator dan enterprise sudah tidak perlu lagi melakukan yang namanya integration work.