Setelah memberikan dukungan untuk layanan media sosial tanpa paket data KLYQME, Telkomsel mengumumkan kerja samanya dengan Jepret — layanan media sosial berbasis gambar yang dapat diakses oleh pengguna Nokia S40 dan S60. Pengguna Telkomsel yang menggemari Jepret bisa mengakses layanan ini secara penuh untuk semua filter-nya dengan biaya Rp 1000 per minggu atau Rp 3300 per bulan. Informasi lebih lanjut tentang layanan Telkomsel-Jepret bisa diakses di tautan tsel.me/JEPRET.
Dua langkah yang diambil operator dengan pengguna terbanyak di Indonesia menunjukkan bahwa Telkomsel masih peduli dengan pengguna feature phone yang jumlahnya masih mendominasi di Indonesia. Di saat booming smartphone sedang merajalela di berbagai kota besar, Telkomsel menunjukkan bahwa penggunaan feature phone masih merupakan konsumen mayoritas yang memiliki potensi besar.
GM Portal & Social Media Telkomsel Trio YG Lumbantoruan, seperti dikutip dari Merdeka, menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen pelanggan Telkomsel masih menggunakan feature phone. Itu sebabnya meskipun ARPU yang diperoleh dari pelanggan ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan pelanggan paket data dengan smartphone, jumlahnya yang besar masih memberikan pendapatan yang signifikan.
Tren seperti ini tidaklah aneh. Sebagai negara berkembang, pasar feature phone bukanlah niche melainkan masih menjadi kaum dominan.Contoh nyata yang lain ada popularitas layanan mig33 di Indonesia yang masih didominasi oleh pengguna feature phone dan konsumen seperti ini tidak ragu membelanjakan pulsanya untuk membeli pernak-pernik virtual. Tentu saja kata kunci di sini adalah kemudahan untuk membelanjakan dananya, seperti fasilitas potong pulsa melalui operator.
Fakta bahwa sejumlah permainan buatan pengembang lokal untuk platform S40 berhasil memperoleh jutaan unduhan dan pendapatan hingga lebih dari Rp 1 miliar memperkuat hipotesis ini. Fakta bahwa bahkan pengguna feature phone mau mengeluarkan biaya untuk menikmati fitur lengkap layanan ini seharusnya menjadi pendorong bahwa pengembang mobile di Indonesia tidak perlu melulu memikirkan aplikasi untuk platform smartphone populer.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]