Dark
Light

Kejora Ventures Siap Berinvestasi di Startup Baru Akhir Tahun Ini

2 mins read
October 20, 2016
VP Portfolio & Investment Andreas Surya, Founder Pro Sehat Gregorius Bimantoro, CEO Y Digital Asia Boye Hartmann, Co-Founder Qerja Veronika Linardi, dan Co-Founder Etobee Iman Kusnadi / DailySocial

Kejora Ventures, perusahaan modal ventura lokal, mengungkapkan sebelum akhir tahun ini pihaknya akan mengumumkan pendanaan baru untuk salah satu startup yang sedang dilirik. Selain itu, pihaknya juga akan turut berpartisipasi dalam follow up funding yang akan didapatkan oleh dua startup yang berada di bawah naungan Kejora, sebagai langkah mencegah sahamnya terdelusi.

Andreas Surya, VP Portofolio & Investment Kejora Ventures, mengatakan untuk startup baru ini prosesnya hampir mencapai tahap final. Ada empat kandidat yang siap dikucurkan dananya, dari segmen logistik, fintech, big data, dan properti. Menurutnya, Kejora tidak akan memilih semua kandidat tersebut untuk dapat didanai oleh mereka.

“Kami sudah sampai tahap serius untuk pendanaan baru di startup yang akan didanai, kemungkinannya tidak akan keempatnya kami pilih. Kemudian, kami juga akan ikut follow up funding yang akan didapatkan oleh dua startup di bawah Kejora,” ujarnya Kamis (20/10).

[Baca juga: Kejora Group Siapkan Dana Kelola Sesi Kedua Senilai 1,08 Triliun Rupiah]

Kejora dikenal sebagai perusahaan ventura yang gencar dalam memberikan pendanaan tahap awal (seed) untuk startup yang baru berdiri. Sepanjang tahun ini, Kejora baru satu kali mengucurkan pendanaan baru untuk Investree dengan nilai yang tidak disebutkan.

Secara total, ada 28 startup yang berada di bawah naungan Kejora. Beberapa di antaranya, adalah CekAja, Qerja, Y Digital Asia, Etobee, Investree, Jualo, Wavoo, ProSehat, dan lain-lain.

Selain itu, Kejora juga memiliki preferensi startup yang akan didanainya di masa mendatang. Menurut Andreas, pihaknya tertarik untuk berinvestasi di segmen bisnis fintech, pengembangan UKM, digital media advertising, health care, dan edukasi. Dari preferensi ini, Kejora belum memiliki startup di bidang edukasi.

Terkait hal ini, pihaknya mengungkapkan ketertarikannya untuk berivestasi di segmen tersebut dan sedang melihat-lihat perusahaan mana yang cocok dengan karakteristik yang sesuai. Untuk bisnis e-commerce, Andreas mengungkapkan Kejora lebih memilih untuk tidak terjun ke segmen itu. Menurutnya, segmen tersebut sudah cukup padat dikeliling pemain skala besar, justru ekosistem pendukung layanan e-commerce bisa menjadi peluang yang menarik untuk dikembangi, mulai dari logistik, payment, pergudangan, packing, inventory, hingga marketing-nya.

Tak cukup sampai di situ, Kejora juga berniat kembali menghidupkan salah satu startup binaannya yang sempat ditutup. Startup tersebut berjalan di segmen bisnis direktori makanan. Andreas menjelaskan, startup itu sempat ditutup karena ditinggal oleh foundernya yang ke luar negeri.

Pihaknya ingin brainstorming ulang untuk dihidupkan kembali ide awalnya dan sedang mencari founder yang tepat untuk diajak kerja sama.

“Karena startup itu jadi milik kami, mulai dari saham hingga data-datanya. Kami berniat ingin brainstorming lagi untuk dihidupkan.”

Seleksi ketat

Andreas menjelaskan dalam proses pemilihan startup baru untuk dapat bergabung di Kejora saat ini kebanyakan founder startup yang datang langsung ke perusahaan dengan melampirkan fact sheet. Isinya, bagaimana market bisnisnya, model bisnisnya seperti apa, dan berapa dana yang mereka butuhkan.

Setelah itu Kejora akan mengevaluasi aplikasi yang masuk. Adapun prosesnya bisa memakan waktu hingga tiga bulan, sebelum akhirnya Kejora memberikan komitmen untuk berinvestasi.

Dia menerangkan, pada umumnya ada tiga hal yang Kejora lihat saat proses seleksi. Pertama, dari tim startup itu sendiri apakah capable dan memiliki background pendidikan yang sesuai dengan apa yang sedang digelutinya. Kedua, bagaimana market bisnisnya apakah berpotensi untuk tumbuh dan tingkat kompetisinya. Terakhir, memastikan apakah model bisnisnya proven atau tidak, misalnya pernah ada di negara lain.

“Intinya kami ingin mencari startup yang tepat guna dalam menyelesaikan masalah di Indonesia. Misalnya, CekAja itu sudah ada model bisnisnya serupa di Amerika dan Inggris. Di sana, model bisnisnya seperti CekAja sudah proven sehingga kami tertarik untuk menjadi investor di situ.”

Selama 2,5 tahun Kejora berdiri, secara totalnya hampir 1.000 startup datang ke perusahaan untuk minta didanai tiap tahunnya. Akan tetapi, dari jumlah itu pihaknya menyaring dengan ketat biasanya terpilih sekitar empat startup.

Previous Story

Hadirnya WeShop dan Realitas Panasnya Persaingan Bisnis E-Commerce Lokal

Next Story

Awasi Awan Agar Bisnis Terus Jalan

Latest from Blog

Don't Miss

Semakin Banyak Developer Game yang Tertarik dengan Blockchain Game

Belakangan, semakin banyak developer game yang tertarik dengan blockchain game.
(Ki-ka) Partner Tunnelerate Ayunda Afifa, Bharat Ongso, Ivan Arie Sustiawan, and Riswanto / Tunnelerate

Co-Founder dan eks-CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan Ingin Bangkitkan “Founder” Startup Lokal Melalui Perusahaan Modal Ventura Tunnelerate

“Someday I would like to give back to the community.”