Jungle Ventures, VC dari Singapura, disebutkan telah mengumpulkan pendanaan putaran ketiga senilai US$175 juta (hampir Rp2,5 triliun) yang bakal difokuskan untuk pendanaan Seri A dan Seri B di Asia Tenggara. Empat startup lokal disebutkan telah menerima pendanaan dari Jungle Ventures dalam putaran terbaru ini.
Menurut sumber yang terpercaya, putaran ketiga ini diikuti berbagai LP dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Sumber kami juga menyebut putaran pendanaan ini sebenarnya oversubscribed dari yang diprediksi. Bahkan disebutkan perusahaan akan menutup penggalangan putaran dana hingga US$200 juta sampai akhir tahun ini. Penggalangan dana tersebut diklaim terbesar di Asia Tenggara.
Untuk pendanaan Seri A, perusahaan dikabarkan menyiapkan sekitar US$1 juta sampai US$5 juta. Sementara untuk putaran Seri B sekitar US$7,5 juta sampai US$10 juta.
Lebih lanjut sumber kami juga menyebutkan, Jungle Ventures sudah mengucurkan investasi untuk empat startup Indonesia dari putaran terbaru tersebut. Satu di antaranya untuk pendanaan Pra Seri A, dua startup untuk pendanaan Seri A, dan satu startup untuk Seri B.
Secara terpisah, dalam wawancara dengan sejumlah media di Indonesia, Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey menjelaskan, sejauh ini perushaan baru berinvestasi untuk dua startup lokal, yakni Kredivo dan RedDoorz. Keduanya adalah startup yang fokus menciptakan solusi untuk memenangkan pasar Indonesia dan memiliki visi bermain di pasar regional.
“Kami percaya dengan menjadi pemain lokal yang besar di Indonesia itu sudah dijamin akan sukses saat main ke regional. Makanya startup lokal yang sudah kami investasikan ini harus bangun fondasi bisnis yang kuat, pahami masalah di Indonesia dan berikan solusinya. Jika sudah kuat baru punya peluang kuat untuk bermain di regional.”
Menurutnya, setiap startup lokal punya peluang yang sama untuk bermain di pasar regional, maupun global. Namun bila kembali melihat segmen bisnisnya, ada baiknya untuk mendalami pasar Indonesia terlebih dahulu. Ambil contoh, startup yang bermain di segmen konten digital lebih punya peluang lebih cepat untuk ekspansi ketimbang startup fintech.
Hal inilah yang terjadi pada portofolio startup di Jungle Ventures. Iflix lebih agresif mengembangkan pasarnya di global, ketimbang Kredivo dan RedDoorz. Portofolio lainnya, yakni Tookitaki yang berbasis di Singapura, kini sudah membuka kantor di New York untuk melayani konsumen di sana.
“Jika punya tim yang kuat, paham dengan industri yang digelutinya, pasti bisa berkompetisi di pasar global.”
Secara total, perusahaan telah berinvestasi untuk 30 startup Asia Tenggara. Ada enam exit yang dikonfirmasi langsung oleh Gowdey sepanjang perusahaan beroperasi. Nama-nama startup tersebut termasuk Travelmob (jual ke HomeAway), Zipdial (jual ke Twitter), eBus (jual ke IMD), Voyagin (jual ke Rakuten). Dua exit tambahan akan segera terjadi dalam waktu dekat. Tiap tahun Jungle Ventures berharap minimal harus ada satu exit dari startup.
“Jika mau bawa LPs yang kuat maka harus fokus ke distribusi. Investasi yang kami berikan itu sifatnya time based, umumnya 10 tahun. Lalu kembalikan uang dalam multiple year ke LPs. Dalam kurun waktu itu, kami beri startup jaringan yang kuat agar mereka bisa tumbuh sehingga saat kita exit, startup tersebut sudah menciptakan value yang besar,” pungkasnya.