World’s Fastest Gamer (WFG) adalah nama sebuah kompetisi yang bertujuan untuk menjembatani dunia esports balap mobil dengan dunia balap mobil sungguhan. Kompetisi yang digelar oleh Millenial Esports ini melibatkan beberapa mantan pembalap Formula 1 sebagai investor, seperti Rubens Barrichello dan Juan-Pablo Montoya.
Season perdana World’s Fastest Gamer dimenangkan oleh Rudy Van Buren, yang kini menjadi simulator driver untuk tim Formula 1 McLaren. Sementara WFG Season 2 diluncurkan pada bulan Juli 2019 kemarin, dan memiliki beberapa perbedaan dengan season sebelumnya.
Pertama, WFG Season 2 ini ingin memberi kesempatan bagi siapa saja untuk membuktikan diri sebagai “Gamer Tercepat di Dunia”, terlepas dari platform yang mereka mainkan. Oleh karena itu, babak kualifikasi WFG terbagi menjadi dua. Pertama adalah kualifikasi di platform mobile menggunakan game Gear.Club keluaran Eden Games. Kedua adalah kualifikasi menggunakan game balap rFactor 2, yang tersedia di PC dan dikenal sebagai game yang realistis.
Babak kualifikasi WFG Season 2 menghasilkan 10 finalis, terbagi ke dalam dua tim yaitu tim oranye dan tim biru. Di sini, kemampuan mereka sebagai pembalap virtual dan pembalap nyata sama-sama diuji. Tak hanya bertanding lewat game, para finalis juga harus melakukan balapan mobil sungguhan di bawah penilaian Juan-Pablo Montoya sebagai head judge. Montoya ditemani oleh jajaran juri lainnya, termasuk Rudy Van Buren, Darren Cox (founder WFG), Jann Mardenborough (pembalap Japanese Super GT), serta Ruben Barrichello.
Akhir Oktober kemarin menjadi pertandingan puncak World’s Fastest Gamer Season 2. Hanya empat atlet tersisa, yang terdiri dari Maximillian Benecke (Jerman), Sebastian Job (Inggris), James Baldwin (Inggris), dan Mitchell de Jong (Amerika Serikat). Mereka harus membuktikan bahwa mereka layak bertransisi dari gamer menjadi racer, dengan cara melakukan balapan mobil di sirkuit Las Vegas Motor Speedway.
Penentuan juara sebetulnya tidak hanya dilakukan dari satu event ini saja, tapi lebih melihat dari performa sepanjang kompetisi. Akan tetapi performa James Baldwin di event final sendiri sangat menonjol dibanding tiga finalis lainnya. Ia start di posisi 2, namun berhasil finis pertama dengan selisih catatan waktu sangat jauh yaitu 10 detik.
Baldwin sebelumnya juga telah memenangkan babak balap virtual di Los Angeles, menunjukkan catatan waktu yang baik sepanjang kompetisi, serta memiliki kemauan untuk bekerja keras dan bekerja sama dalam tim. Dewan juri pun memutuskan James Baldwin sebagai pemenang tanpa banyak perdebatan.
Dengan kemenangan ini, Baldwin berhak mendapatkan kontrak senilai US$1.000.000 untuk bertanding bersama tim balap asal Swedia, R-Motorsport. Ia akan mengikuti program persiapan intensif, kemudian menjadi pengemudi mobil Aston Martin Vantage GT3 dan mengikuti berbagai balapan di tahun 2020. Termasuk di antaranya balap 24 jam di Daytona dan Spa-Francorchamps, serta balapan di berbagai sirkuit terkenal dunia seperti Le Mans dan Nurburgring. Baldwin hanya punya waktu 2 bulan sebelum balapan pertamanya, yang jatuh di bulan Januari.
“12 hari terakhir memberikan tekanan luar biasa. Tapi memang itulah tujuannya, untuk melatih diri Anda menjadi pembalap. Ini pengalaman luar biasa bahkan di luar sirkuit karena saya bisa bertemu dengan banyak orang hebat, juga tentu saja para kompetitor lain, serta tim produksi dan semua orang yang terlibat di World’s Fastest Gamer, plus bertemu dengan pahlawan saya, Juan Pablo Montoya, semua ini adalah mimpi yang jadi nyata,” ujar Baldwin setelah dinobatkan jadi juara.
Sebelum mengikuti WFG, Baldwin sebetulnya memiliki pengalaman menjadi pembalap gokar dan Formula Ford. Tapi ia terpaksa berhenti karena tidak bisa memperoleh pendanaan untuk melanjutkan kariernya. Ia kemudian beralih menjadi pembalap esports alias sim racing, dan sempat menjadi juara turnamen eRace of Champions (eROC) bersama tim Veloce Esports pada bulan Januari lalu. Tampaknya, sekarang sudah waktunya Baldwin untuk kembali merasakan panasnya aspal.
Sumber: World’s Fastest Gamer, GT Planet