Dark
Light

Jongla Tantang Hegemoni Layanan Messaging Populer di Indonesia

1 min read
November 5, 2014

Press Conference Jongla

Platform messaging asal Finlandia Jongla memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng XL Axiata (XL) sebagai partner eksklusif. Jongla berharap usahanya ini bisa mendongkrak penggunaan layanan ini menjadi aplikasi tiga besar di segmen messaging di Indonesia per akhir tahun 2015. Saat ini pasar messaging di Indonesia dikuasai oleh BlackBerry Messenger, WhatsApp, dan Line.

Dalam konferensi pers yang diadakan hari ini, kerja sama eksklusif dengan XL akan berlangsung selama satu tahun. XL memberikan dua skema khusus bagi pengguna Jongla. Skema pertama adalah paket data khusus untuk mengakses Jongla. Tersedia paket berlangganan harian (Rp 1000), mingguan (Rp 5000), dan bulanan (Rp 20 ribu) untuk menggunakan Jongla sepuasnya dengan kuota 50 MB per harinya.

Skema berikutnya adalah kemampuan carrier billing untuk in-app purchase di dalam aplikasi, yang baru diterapkan untuk pengguna platform Android. Cara ini memudahkan konsumen Jongla untuk membeli set stiker menggunakan pulsa yang dimilikinya.

CEO Jongla Riku Salminen dalam rilis persnya mengatakan, “Ini adalah langkah besar bagi kami untuk masuk ke pasar Indonesia, pasar yang pengguna Internet-nya tengah berkembang pesar di Asia Tenggara. Kemitraan strategis dengan XL akan mempercepat dan memperbesar proses itu dan menawarkan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengambil keuntungan dari Jongla, layanan pesan instan tak berbayar. Data dan pesan berjalan beriringan, sehingga kemitraaan ini menjadi lengkap dan sempurna.”

Jongla sendiri sudah tersedia secara multiplatform untuk iOS, Android, Windows Phone, dan Firefox OS. Mengutamakan unsur keamanan, Jongla menggunakan teknologi enkripsi TLS yang diklaim setingkat dengan level keamanan sistem perbankan.  Secara umum fungsi dan fiturnya tidak jauh berbeda dengan layanan messaging yang lain. Yang menjadi unggulan adalah set stiker yang interaktif, dengan animasi gerak dan kemampuan suara.

Beberapa hari yang lalu Jongla memperoleh pendanaan €3,4 juta dari sejumlah investor Finlandia untuk memastikan ekspansinya di pasar Asia yang potensial.

Jongla memang belum setenar nama besar lain di segmen ini, meskipun sudah hampir berusia dua tahun. Menolak untuk mengungkapkan berapa jumlah pengguna aktifnya saat ini, petinggi Jongla mengungkapkan 60% penggunanya berada di Asia, dengan jumlah pengguna terbesar berdomisili di Thailand. Yang menarik, meskipun berbasis di Helsinki Direktur Pengembangan Usahanya adalah Henry Pohan Simangunsong yang berkebangsaan Indonesia.

Model bisnis yang ditawarkan oleh Jongla adalah skema in-app purchase pembelian stiker yang diklaim cocok dengan kultur orang Asia. Ke depannya nampaknya Jongla akan mengikuti langkah Line untuk memperluas pasar pembuatan stikernya, termasuk bekerja sama dengan desainer lokal.

Dengan kerja sama ini, Jongla berniat untuk membuka kantornya di Jakarta. Sebelumnya Jongla telah memiliki kantor di Singapura yang melayani kawasan Asia Pasifik.

Senior GM Digital Entertainment XL Revie Sylviana menyebutkan, “Jongla dikenal sebagai layanan pesan yang handal dan cepat yang memungkinkan penggunanya dapat tetap berhubungan dengan orang-orang yang mereka sayangi. Kami terkesan dengan cakupan Jongla yang lintas platform, desain yang menarik, fitur yang berbeda dengan layanan pesan instan lainnya dan pengalaman pengguna yang teroptimalisasi, membuat layanan pesan instan Jongla benar-benar unik. Ini adalah pasangan sempurna bagi XL dan kami berharap ke depannya kerja sama ini akan berkembang.”

Previous Story

Cara Backup Aplikasi Android Dengan Astro File Manager

Next Story

MLG Akan Pertandingkan Counter-Strike: Global Offensive di X Games Alpen

Latest from Blog

Don't Miss

XL Axiata Gandeng Ericsson untuk Implementasikan Dual-Mode 5G Core

XL Axiata bekerja sama dengan Ericsson untuk mengimplementasikan solusi Dual-Mode

Niko Partners: Pertumbuhan Industri Game Indonesia di 2023 Melambat

Game menjadi salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi