Dengan dirilisnya Apple iBooks, pertama di iPad dan yang terakhir di iPhone 4, sepertinya bisa kita pastikan bahwa industri eBook, dan secara otomatis – eReader, sudah mencapai tingkat kemapanan yang stabil. Tentunya Apple bukan perusahaan pertama yang menjual eBook dan eReader ini. Sony bisa dibilang yang merintis pertama kali dengan Sony Reader-nya, walaupun karena harganya yang mahal sekali waktu itu, Sony Reader bisa dikategorikan sebagai barang mewah. Jarang sekali orang yang beli, akhirnya terbengkalai. Bisnis eBook jadi mandeg .. untuk sementara.
Kemudian datang Amazon dengan Kindle-nya. Spesialis buku ini, tidak heran kalau jualan eBook, menggebrak industri eBook dengan menjual eReader dengan harga yang ‘terjangkau‘ oleh konsumer, dan dengan sokongan bisnis bukunya, Amazon berhasil maju dengan bisnisnya (lebih baik dari Sony).
Sampai tentunya Apple mengeluarkan iPad. IPad selain diposisikan sebagai alat Web/Internet dan Entertainment, juga dikhususkan sebagai eBook Reader, bersamaan dengan dirilisnya iBooks App (aplikasi eBook Store). Kebanyakan orang yang sudah memegang dan bermain dengan iPad bilang bahwa membaca (apapun itu) dengan menggunakan iPad adalah pengalaman yang ‘indah‘ dan ‘tak terlupakan‘. Khusus untuk membaca eBook, saya sebenarnya agak skeptik, karena, berbeda dengan Sony Reader dan Kindle yang memakai teknologi eInk (gampang di mata), iPad masih memakai teknologi LCD, seperti monitor komputer atau laptop kita yang biasa. Coba bayangkan baca seperti itu selama berjam-jam.
Lalu bagaimana dengan produk lokal? Tahun ini DailySocial memonitor dua Startup lokal yang, satu menjual eBook komersial (Papataka), dan yang kedua menjual eBook buatan sendiri (Evolitera). Keduanya kelihatan sudah berkembang sedikit demi sedikit.
Bagaimana dengan eReader-nya? Seperti yang ditulis oleh Kompas kemaren, satu vendor lokal ingin mencoba menjadi perintis yang pertama di Indonesia. PT Telesindo Shop memperkenalkan ‘Jamess‘, eReader lokal yang pertama. Rencananya mereka akan merilis eReader ini pada bulan Agustus mendatang, dengan harga sekitar Rp. 2 juta. Sebagai perbandingan, Kindle dijual dengan harga $189 (sekitar Rp. 1.7 juta).
Spesikasi dari eReader ini, diantara lain; memakai eInk dan bisa membaca PDF, Word dan Excel. Saya tidak membaca adanya dukungan untuk format ePub yang banyak dipakai kebanyakan vendor eBook. Selain untuk membaca, Jamess juga bisa dipakai untuk menelpon seseorang (pasti dengan memakai sim-card). Slot memori berkapasitas sampai 8GB (micro-SD), dan layarnya hitam-putih. Walaupun bisa untuk browsing Internet, tapi sayangnya tidak bisa dipakai untuk membuka Facebook dan Twitter.
Mengutip pernyataan dari David Tirtawijaya, Retail Director PT Telesindo Shop, yang diwawancarai Kompas, mengatakan:
PT Teleshindo Shop sendiri tidak menargetkan e-reader ini menjadi suatu hal yang dapat bersaing di pasaran. Saat ini, kami hanya ingin ikut meramaikan pasar indonesia agar lebih mudah untuk membaca buku di mana saja.
Saya punya perasaan bahwa Jamess ini akan punya nasib seperti Sony Reader yang paling pertama dulu. Pertanyaannya adalah, apakah masyarakat konsumer Indonesia sudah siap untuk ini?
Mungkin setelah peluncurannya kita bisa cek lagi keberhasilannya.
Bagaimana menurut anda, beli yang ini, atau lebih memilih Kindle, atau bahkan iPad/iPhone?
Ngomong-ngomong … ‘Jamess’?? Really?? Nggak ada nama laen apa?
“PT Teleshindo Shop sendiri tidak menargetkan e-reader ini menjadi suatu hal yang dapat bersaing di pasaran. Saat ini, kami hanya ingin ikut meramaikan pasar indonesia agar lebih mudah untuk membaca buku di mana saja.” –> Hmm.. Kalo tidak mau bersaing di pasaran, buat apa bikin e-reader? Untuk buang2 duit pemegang saham saja?
Gk ada nama lain ya? They should've thought for a better name.. dari press releasenya kayaknya mereka gk begitu serius dengan produk ini. Just another 15 minutes fame when they announce the already-ended “war” against iPad and Kindle.
target nya nge-ramein aja, jadi wajar kalo namanya nge-jreng gitu hehe
“Jamess”? Why not “E-Di” or “E-Ndang” or the other phrase?
kenapa gak menyasar pasar pendidikan aja?
(dengan subsidi dari pemerintah) berapa rupiah yang bisa dihemat keluarga Indonesia untuk membelikan buku sekolah anak2nya…
Maman aja sekalian! LOL!
nabung nabung nabung nabung 🙂
wah, makin keren keren ja ne..
kita tunggu karya anak bangsa yang lainnya..
8)
waduh…ga usah pake fitur buat nelpon segala deh.. jadi mahalkan tuh harganya
standar2 aja deh, yang pentingkan tujuan utamanya buat baca.
bisa wifi dan e-ink dan support berbagai macam format e-book saya rasa udah cukup, jadi ga bakal terlalu mahal harganya (kalo bisa di bawah 1 juta).
Ebook dengan harga di bawah satu juta, ada gak ya? saya udah nyari2, tapi gak/belum ketemu.
dibikin supaya bisa nulis catetan juga, biar sekalian “go green” juga, hehehe…
lg nyari2 eReader yang bisa buat nulis kaya tablet pc juga
cover story bisa
kalo yang layarnya e-ink belum ada
kalo yang LCD sudah ada
Saya juga lagi nyari ebook reader. sebenarnya, gak masalah juga sih buatan lokal.Masalahnya kalau udah dua juta, kenapa kudu ambil ti-phone? Ebook reader luar juga segituan harganya, ya beda beda tipislah. Mendingan nggak usah dikasih macem-macem, basic aja tapi dibandrol satu juta. syukur bisa kurang-kurang dikit.
Nah kalau harganya 1 juta, baru deh bisa dikatakan ‘mendukung pendidikan di Indonesia’