Pasca mendapatkan surat tanda resmi terdaftar dari OJK, perusahaan peer-to-peer lending Investree mengumumkan akan segera ekspansi ke Vietnam pada tahun depan dengan mendirikan anak usaha patungan bersama mitra lokal yang berasal dari negara tersebut.
Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan dari segi regulasi, dia mengaku tidak terganjal oleh aturan resiprokal sebagaimana umumnya terjadi ketika suatu perbankan ingin membuka cabang di luar negeri. Dalam kondisi tersebut, regulator dari kedua negara harus melakukan suatu kesepakatan bersama untuk membuka pintu sebelum perbankan dari masing-masing negara ekspansi regional secara resmi.
“Dari sisi kami, tidak terkena regulasi karena yang muncul bukan nama Investree melainkan nama lokal. Lagipula resiprokal itu lebih ke arah untuk perbankan, sementara fintech itu borderless,” terangnya, Kamis (15/6).
Adapun identitas mitra yang akan digandeng perusahaan, masih dirahasiakan identitasnya. Adrian hanya menyebut, mitra tersebut berasal dari perusahaan keuangan yang paham dengan kondisi pasar di sana. Saat ini, pembentukan anak usaha tersebut masih dalam proses, ditargetkan akan diresmikan pada tahun depan.
“Jadi nantinya kami sebagai penyedia platform, sementara mitra lokal akan jadi pemainnya karena mereka yang mengerti pasar. Ini seru, kami akan dapat gambaran banyak tentang Vietnam, dapat datanya juga.”
Luncurkan pembiayaan syariah
Selain mengumumkan rencana ekspansi regional perdananya, Investree juga akan meluncurkan pembiayaan berbasis syariah. Rencananya unit ini akan mulai beroperasi pada akhir Juli 2017 mendatang.
Investree Syariah akan dapat diakses dalam situs utama Investree. Saat ini perusahaan sedang memproses izin sertifikasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).
Adrian mengatakan rencana peluncuran unit bisnis ini dilakukan karena adanya permintaan dari sisi pendana (lender) maupun peminjam (borrower). Menurutnya, sudah ada komitmen dari tiga UKM untuk menjadi peminjam yang bersedia menjadi pilot project saat peluncuran nantinya. Adapun lokasinya, satu UKM berasal dari Surabaya dan dua lainnya dari Jakarta.
Sementara dari sisi pendana, perusahaan telah mendapat komitmen dari berbagai pihak. Salah satunya dari luar negeri, satu mewakili individu dari Singapura dan satu dari institusi perusahaan asuransi yang berlokasi di Jepang.
Dua pendana yang berasal dari luar negeri ini, terang Adrian, diperbolehkan dalam POJK No.77. Di sana disebut, perusahaan penyedia dapat menarik pendana dari luar negeri untuk dukung pengembangan industri fintech p2p syariah.
“Sekarang masih proses izin sertifikasinya ke DSN. Ini sesuai arahan dari OJK saat kami temui, mereka bilang karena ini belum diatur regulator sebaiknya langsung proses ke DSN saja.”
Nantinya akad (perjanjian) yang akan digunakan dalam Investree Syariah memakai akad wakalah bil ujrah, dengan skema pembagian komisi atau lebih dikenal ujrah. Dalam akad tersebut ada perjanjian transfer wewenang atau pemberi kuasa kepada pihak lain melakukan suatu pekerjaan tertentu untuk kepentingan pihak pertama.
Dengan peluncuran unit bisnis ini, Adrian berharap dapat meningkatkan potensi layanan keuangan syariah di Indonesia yang selama ini masih terbelakang dibandingkan bisnis konvensional.
Pemain keuangan syariah masih terkendala dalam empat empat yakni pricing mahal, layanan yang konvensional jauh dari unsur inovasi, kantor cabang terbatas, dan sumber daya manusia yang terbatas.
“Empat tantangan ini yang masih menyebabkan bisnis keuangan syariah di Indonesia masih terbelakang. Dengan fintech, kami akan tes respons pasar dengan memberikan berbagai kesamaan dari segi produk, pricing, akses, strukturnya juga sama dengan konvensional. Kami buat tidak berbeda karena sumber dananya sama,” pungkas Adrian.
Sejak setahun berdiri, Investree telah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp214 miliar untuk 626 UKM. Jumlah pinjaman yang telah cair sebanyak Rp160 miliar, kemudian pinjaman yang sudah lunas sebanyak Rp121 miliar.
Untuk rata-rata imbal hasil yang diterima pendana sebesar 17,4%. Sedangkan rata-rata waktu terdanai sejak aplikasi diajukan adalah tiga hari. Adapun untuk kredit macet diklaim tidak ada atau 0%.
Perusahaan menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menyalurkan pinjaman sebesar Rp400 miliar. Tak hanya itu, perusahaan juga berambisi ekspansi ke beberapa kota di Pulau Jawa. Kota pertama yang segera disambangi adalah Semarang.
Untuk dukung target, Investree siap menambah dua produk baru yakni seller financing yang menyasar UKM e-commerce dan merchant cash advance, sebuah produk pre-invoice loan yang diperuntukkan untuk korporasi.