Dark
Light

Investor di Industri Esports Semakin Banyak, Gunakan Strategi yang Berbeda

3 mins read
October 30, 2019
Sumber: Dexerto

Seiring dengan semakin berkembangnya industri gaming dan esports, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi investor di industri tersebut. Karena itu, jangan heran jika ETF (Exchange-Traded Fund) yang bergerak di bidang gaming dan esports semakin menjamur. Pada Selasa, perusahaan ETF Global X mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan Global X Video Games & Esports ETF — yang memiliki ticker symbol HERO — dalam waktu dekat. HERO bukanlah ETF pertama di bidang esports dan gaming. Ada beberapa ETF lain yang telah berdiri, seperti Roundhill BITKRAFT Esports & Digital Entertainment ETF (NERD) dan VanEck Vectors Video Gaming and eSports ETF (ESPO). Meskipun kedua ETF itu bergerak di bidang gaming dan esports, NERD dan ESPO memiliki strategi investasi yang berbeda.

NERD ETF memfokuskan investasi pada perusahaan-perusahaan yang bisnisnya memang terkait langsung dengan esports, termasuk publisher game, platform streaming, penyelenggara turnamen esports, dan perusahaan yang memiliki tim esports. Mereka membagi perusahaan yang mereka investasikan menjadi tiga kategori: Pure-Play, Core, dan Non-Core. Perusahaan yang masuk ke dalam kategori Pure-Play adalah perusahaan yang memiliki bisnis model dan pertumbuhan bisnisnya terkait langsung dengan esports. Sementara perusahaan Core adalah perusahaan yang memiliki keterlibatan yang signifikan di esports, tapi esports bukanlah bisnis utama perusahaan. Terakhir, perusahaan Non-Core adalah perusahaan yang terlibat dalam esports, tapi esports tak memberikan pemasukan signifikan pada perusahaan. Sejumlah perusahaan yang masuk dalam portofolio NERD antara lain Activision Blizzard, platform streaming Tiongkok Huya, Capcom, Sea, dan Take-Two Interactive.

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Investasi terbesar NERD adalah Activision Blizzard. Menurut Seeking Alpha, ini tidak aneh, mengingat Activision Blizzard sukses memonetisasi intelektual properti mereka dengan membuat liga esports, seperti Overwatch League. Co-founder dan CEO Roundhill Investments, Will Hershey menganggap, Overwatch League berhasil menaikkan level esports di Amerika Serikat. Overwatch League menggunakan model franchise, mengharuskan tim yang ingin bertanding di dalamnya untuk membayar sejumlah uang. Pada awalnya, hanya ada 12 slot untuk Overwatch League dan masing-masing tim harus membayar US$20 juta. Tahun ini, jumlah tim di Overwatch League bertambah menjadi 20 slot dan 8 tim baru harus membayar US$35 juta untuk masuk ke liga tersebut. Ke depan, dikabarkan Overwatch League akan menambah jumlah tim hingga 28 tim dan meminta bayaran US$60 juta untuk masuk ke dalam liga. Ini adalah model bisnis yang menguntungkan. Tak berhenti sampai di situ, Activision Blizzard juga akan mengadakan Call of Duty League, menggunakan formula yang sama dengan Overwatch League.

Selain developer game, NERD juga memfokuskan investasinya pada platform streaming seperti Huya dari Tiongkok. Mereka juga memiliki saham di Afreeca, situs streaming game di Korea Selatan. Menariknya, mereka justru tak tertarik untuk membeli saham di perusahaan pembuat hardware, seperti NVIDIA dan AMD atau pembuat konsol, seperti Microsoft, Sony, dan Nintendo. Hersey mengaku, NERD memang lebih mementingkan perusahaan yang lebih terlibat dengan esports. Tak aneh jika mereka fokus pada esports, mengingat pertumbuhan industri esports yang sangat pesat. Pada tahun ini, esports diperkirakan bernilai US$1,1 miliar dan dalam waktu tiga tahun, angka itu akan naik menjadi hampir US$3 miliar, menurut Goldman Sachs.

Selain Huya dan Afreeca, NERD juga memiliki saham di Sea, perusahaan induk Garena. Ini menunjukkan bahwa mereka cukup fokus pada kawasan Asia. Terkait hal ini, Hersey berkata pada CNN Business, “Selama 20 tahun belakangan, ada anak-anak di Korea Selatan yang tumbuh besar dan ingin menjadi gamer profesional. Sementara di Amerika Serikat, esports baru booming dalam satu, dua tahun belakangan, berkat keberdaan Fortnite.”

Sumber: WePC
Sumber: WePC

Sementara itu, ESPO memiliki strategi lain. Mereka tak hanya memfokuskan investasi mereka pada perusahaan streaming dan game, tapi juga hardware. Edward Lopez, Head of ETF Product for VanEck berkata bahwa ESPO memfokuskan investasi mereka pada pada perusahaan yang setidaknya 50 persen dari penjualan mereka datang dari esports dan game. Karena itulah, ESPO juga menanamkan saham di Nvidia dan AMD, yang dikenal dengan kartu grafis dan prosesor buatan mereka. ESPO juga memiliki saham di Nintendo dan perusahaan game Zynga. “Perusahaan-perusahaan ini adalah bagian dari ekosistem gaming, meski mereka tak berperan banyak di esports,” katanya.

Jika menakar keuntungan yang didapatkan, strategi ESPO tampaknya lebih sukses. Data dari Seeking Alpha menunjukkan, keuntungan yang didapatkan ESPO — yang didirikan pada Oktober 2018 — mencapai 25 persen. Sementara keuntungan NERD — yang baru didirikan pada Juni 2019 — hanya mencapai lima persen. Meskipun begitu, industri esports masih akan terus tumbuh. Jadi, tak menutup kemungkinan, akan ada lebih dari satu ETF yang sukses di industri tersebut. “Industri game diuntungkan karena semakin banyak orang yang enggan menonton televisi — tak hanya generasi milenial, tapi juga generasi yang lebih muda,” ujar Lopez. “Gaming adalah bisnis serius dan tak lagi sekadar mainan untuk anak-anak.”

Previous Story

Grand Final First Warriors Menjadi Puncak Ajang Pencarian Bakat Esports

Platform SaaS for HR solution, Happy5, is trying to hit the US market through culture transformation
Next Story

Profitable Happy5 Aims at Global Market Through Culture Transformation Platform

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan
Microsoft menunda akuisisi Activision Blizzard

Microsoft dan Activision Blizzard Sepakat Menunda Akuisisi ke Bulan Oktober

Perjalanan panjang dari akuisisi terbesar oleh dua perusahaan teknologi raksasa,