Setelah pemadaman listrik akibat kebakaran UPS di Internet Data Center Jakarta (IDC 3D) kemarin, situs besar Indonesia seperti Detik, Okezone dan ribuan situs lain tidak bisa diakses oleh publik.
IDC juga menjadi rumah bagi Open IXP (Open Internet Exchange Point), peristiwa di IDC ini mengakibatkan matinya beberapa server utama di Indonesia serta koneksi ke beberapa ISP. Open ICP didirikan sebagai alternatif untuk IIX (Indonesia Internet Exchange) yang ada di Cyber Building. Dua pusat data ini menangani lalu lintas internet di Indonesia serta menjadi rumah bagi sejumlah besar situs Indonesia. Karena kebakaran ini, sesuai prosedur darurat, semua koneksi ke Open IXP diputus dari hari Minggu pukul 8 malam, yang berarti banyak situs tidak bisa diakses.
Dondy Bappedyanto, pebisnis IT yang akrab dengan perihal pusat data menekankan bahwa prinsip dasar web hosting dan pusat data “Don’t put all your eggs in one basket”, jangan letakkan semua telur anda dalam satu keranjang. Pendapat ini diamini oleh Michael Smith Jr, mantan karyawan Yahoo via Twitter. “Prinsip dasar benar-benar dilupakan dalam hal ini. Jangan tempatkan semua telur Anda dalam satu keranjang yang sama. Hal yang sangat sederhana.”
Dondy menjelaskan tentang bagaimana banyak ISP dan perusahaan web hosting menempatkan pusat data mereka lengkap dengan infrastruktur utama mereka di satu lokasi untuk menekan biaya. Ini bukanlah hal yang baik untuk bisnis, meskipun insiden serupa telah terjadi di masa lalu, perusahaan-perusahaan ini tidak pernah belajar.
Setelah insiden ini, ada beberapa diskusi yang muncul di internet tentang cloud hosting, dimana para ‘cloud-lovers’ mengatakan ‘Sudah saya bilang kan”. Agak tidak berhubungan, peristiwa mengejutkan ini menunjukkan pada perusahaan Indonesia apa yang akan terjadi (lagi) jika mereka lupa untuk mendistribusikan ‘telur’ di keranjang yang berbeda. Beberapa orang juga melihat layanan cloud sebagai salah satu solusi untuk permasalah semacam ini.
Tentu saja, beberapa perusahaan layanan cloud berhasil terhindar dari masalah kebakaran ini dengan menempatkan berbagai server mereka di lokasi yang berbeda, meski kami juga mendengar beberapa perusahaan cloud juga terkena imbas peristiwa ini. Dan kini, para CTO mulai panik sembari mencari penyedia komputasi awan untuk memecahkan permasalahan ini untuk mereka. “Layanan komputasi awan tumbuh pesat di Indonesia dan juga di dunia, saya percaya tren ini akan terus ada.” Kata Adi Kusma dari Biznet, sebuah ISP dan penyedia layanan komputasi awan, salah satu provider yang tidak terkena dampak kebakaran di IDC.
“Deskripsi ‘komputasi awan’ cukup baru bagi pelaku bisnis Indnesia, ini semua tergantung bagaimana bisnis bisa memilih penyedia layanan yang tepat,” Dondu mengatakan pada kami perihal layanan komputasi awan. Perusahaannya, Infinys adalah salah satu penyedia layanan awan di Indonesia yang tidak terkena dampak kebakaran ini meski beberapa orang mengalami kesulitan mengakses Open IXP.
IDC sendiri dibangun 10 tahun lalu berdasarkan peningkatan permintaan untuk konten lokal oleh masyarakat. Misi dan visinya terlihat jelas di slogannya: Pusat data netral terbesar di Indonesia. Saat ini IDC memiliki pusat data di 5 kota Indonesia, dua diantaranya di Jakarta, sedangkan pusat data lainnya ada di Batam, Makassar, Bandung dan Surabaya. IDC juga dijuluki sebagai The Worlds Coolest Data Center oleh Mike Walsh.