Dark
Light

Indonesia Tidak Akan Menikmati Layanan LTE Paling Tidak Sampai 2014

2 mins read
March 18, 2013

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang belum bisa mengimplementasikan jaringan 4G secara komersil dan saat ini sedang dalam tekanan dari berbagai pihak untuk membenahi situasi tersebut. Dalam sebuah diskusi 4G LTE hari Kamis di Jakarta, telko, regulator, perusahaan jaringan dan perwakilan pemerintah setuju bahwa implementasi 4G tidak dapat dihindari dan harus dijalankan secepatnya.

Kepala Divisi Telekomunikasi dari KADIN, Johnny Swandi Sjam berkata dalam pidato pembukaannya, “Negara lain mungkin sudah selesai mengimplementasikan jaringan 4G tapi Indonesia baru saja menyelesaikan tender untuk 2 blog frekuensi di jaringan 3G”, Johnny yang terlihat malu mengakui fakta tersebut.

Johnny juga menyatakan bahwa di dekade awal dari komunikasi mobile di Indonesia, fokus utama masih di voice. Meskipun kala itu voice masih dominan, tidak butuh waktu lama sebelum SMS mengambil alih.

Hari ini, layanan Over-The-Top, biasa dikenal dengan “apps”, yang berjalan diatas layanan data dengan cepat menyingkirkan SMS “Bukan tidak mungkin, layanan SMS tidak terbatas ini akan berevolusi menjadi layanan pesan berbasis video dan streaming sejalan dengan permintaan evolusi teknologi”, sahut Johnny.

Johnny memproyeksikan angka pengguna layanan data 2G akan jatuh ke angka 5% tahun 2015, dimana pelanggan 3G akan mencapai 45% pada tahun yang sama, termasuk pelanggan 4G dengan asumsi layanan LTE 4G sudah ada tahun 2015. Kekhawatiran yang dimiliki Johnny adalah jaringan 3G yang saat ini dimiliki sangat terbatas dalam hal frekuensi yang akhirnya membuat aplikasi yang populer justru aplikasi yang memiliki intensitas konsumsi data lebih rendah, dan justru menurunkan revenue telko dari akses data. Dengan tibanya layanan jaringan 4G, diharapkan revenue akan terus naik.

Menurut Johnny, tahun 2012 kemarin, penetrasi SIM card mencapai 119.9% dari populasi Indonesia akan diperkirakan akan mencapai 144% dalam 3 tahun, dengan angka pengguna aktif 58%. Dia berkata bahwa jumlah kartu SIM yang digunakan sebagai kartu sementara membuat telko menderita dalam hal revenue dan proyeksi. Angka pertumbuhan sebenarnya cukup rendah, namun mewakili kesempatan untuk telko mencari pelanggan baru terutama di segmen pasar dimana mereka membawa lebih dari satu perangkat mobile sekaligus.

Membandingkan pendapatan tahunan (Year-on-Year Revenue), pendapatan yang berasal dari Voice telah dan akan terus berkurang, kata Johnny. Tahun 2012 lalu saja, pendapatan dari voice mencapai 61.8% dari total pendapatan, diperkirakan angka ini akan turun ke 55.9% pada tahun 2015. Pendapatan non-voice diperkirakan akan naik dari 38.2% pada tahun 2012 menjadi 44.1% pada tahun 2015.

Presiden Direktur dan CEO Indosat, Alexander Rusli menyatakan bahwa dunia telah menjadi “lapar bandwidth”. Makin canggih perangkat, makin tinggi pula tingkat konsumsi data traffic hingga berkali-kali lipat. Perangkat tablet secara rata-rata mengkonsumsi 120x data lebih banyak ketimbang feature phone, sedangkan smartphone 50x lebih banya, “Ketika konsumen berpindah ke perangkat yang lebih canggih, konsumsi data mereka meningkat”.

“Saat ini, produksi lebih fokus ke arah perangkat pintar, dan bukan feature phone”, kata Rusli. “Di Mobile World Congress, fokusnya diarahkan ke perangkat pintar dengan hanya beberapa feature-phone yang diumumkan”, lanjutnya. “Dulu, pengguna ingin kekuatan prosessor yang lebih kuat, sekarang mereka mau bandwidth”.

Pemerintah dijadwalkan untuk menyelesaikan regulasi 4G akhir tahun ini. Hal ini diharapkan untuk membuka pintu untuk 4G LTE untuk bisa diluncurkan secara komersil tahun 2014, meskipun hal ini ini tidak menghentikan Telkomsel, salah satu anak perusahaan Telkom Indonesia, untuk meluncurkan 4G LTE tahun ini di empat area: Jakarta, Bali, Medan dan Manado seperti dinyatakan oleh Abdus Somad Arief, Direktur Jaringan Telkom Indonesia. Abdus menolak memberikan pernyataan mengenai frekuensi yang akan dirilis oleh Telkomsel.

Isu frekuensi ini sangat penting karena perangkat yang berkemampuan LTE biasanya terhubung ke frekuensi tertentu. Seperti yang kami beritakan tahun lalu, mengimplementasikan LTE menggunakan frekuensi yang tidak populer akan mengakibatkan kurang maksimalnya penggunaan layanan tersebut. Meskipun adopsi 4G LTE sangatlah penting untuk menunjang industri, hal ini harus dilakukan dengan benar dan didukung oleh semua pihak yang terlibat. Industri dan pemerintah harus belajar dari kegagalan WiMAX.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

[Sshhh…it’s Monday!] #9 Google Reader

Next Story

Getting Ready for Echelon Indonesia Satellite Event

Latest from Blog

Don't Miss

Pesta Hadiah IM3 2023 Digelar, Hadirkan Lebih Banyak Hadiah

Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui merek IM3 telah

Tri Luncurkan Paket HappyFlex

Tri, salah satu operator seluler ternama di Indonesia, terus berkomitmen