Dark
Light

Indonesia Masuk Jajaran Lima Negara Paling Rentan Serangan Siber

1 min read
September 8, 2017
Sistem pengamanan data yang tersimpan di awan / Pixabay

Microsoft Asia Pasifik merilis sebuah laporan bertajuk Security Intelligence. Salah satu kesimpulannya, Indonesia kini berada di lima besar negara Asia Pasifik yang paling ter-expose program berbahaya. Pada kuartal kedua tahun 2016, 45,2% komputer di Indonesia terserang malware.

Kategori perangkat lunak berbahaya yang paling sering ditemui di Indonesia pada ialah Trojan dengan total infeksi di komputer mencapai 41,5%. Worms menempati posisi kedua, dengan 24,5% total serangan yang ditemui.

“Bagaimanapun, kita tidak akan selamanya tetap aman dan dapat mencapai kapasitas secara penuh pada dunia yang selalu terhubung ini, tanpa memahami ancaman keamanan siber dan menambah pemahaman mengenai perkembangan cybercrime,” ujar Antony Cook selaku Associate General Counsel Microsoft Asia Pasifik.

Negara di Asia Pasifik yang paling rentan terhadap serangan siber, khususnya malware:

  1. Bangladesh
  2. Kamboja
  3. Indonesia
  4. Myanmar
  5. Vietnam

Serangan Ransomware kian meningkat

Ransomware adalah salah satu jenis malware yang paling terkenal pada tahun 2017. Pada paruh pertama tahun ini, dua gelombang serangan ransomware, yakni WannaCrypt dan Petya, memanfaatkan kerentanan pada sistem operasi Windows usang di seluruh dunia dan menonaktifkan ribuan perangkat dengan membatasi akses data secara tidak sah melalui enkripsi. Hal ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari individu tapi juga melumpuhkan banyak operasional perusahaan.

Penyerang mengevaluasi beberapa faktor saat menentukan wilayah mana yang harus ditargetkan, seperti GDP suatu negara, usia rata-rata pengguna komputer dan metode pembayaran yang tersedia. Bahasa juga dapat menjadi faktor pendukung utama karena serangan yang sukses sering kali bergantung pada kemampuan penyerang untuk melakukan personalisasi pada pesan untuk meyakinkan pengguna untuk mengaktifkan data berbahaya tersebut.

Komputasi awan menjadi target selanjutnya

Seiring dengan meningkatnya migrasi ke layanan SaaS atau sejenisnya, komputasi awan telah menjadi pusat data utama bagi sebagian besar organisasi. Ini juga berarti data berharga dan aset digital yang tersimpan di awan, membuatnya menjadi target bagi penjahat dunia maya.

Sebagian besar serangan terhadap akun konsumen dan perusahaan yang dikelola pada komputasi awan ini diakibatkan oleh kata kunci yang lemah dan dapat ditebak serta pengelolaan kata sandi yang buruk, diikuti oleh serangan phishing yang ditargetkan dan pelanggaran layanan pihak ketiga. Seiring dengan frekuensi dan kecanggihan serangan terhadap akun pengguna pada komputasi awan yang meningkat, kebutuhan untuk pengamanan data melampaui kata sandi untuk otentikasi sangatlah diperlukan.

Kiat memperkuat cybersecurity yang disarankan

Perusahaan harus rutin mengatur pembaruan sistem operasi dan program, supaya memastikan patch terbaru telah diinstalasi. Ini kegiatan yang perlu dibudayakan dalam bisnis, seiring lanskap ancaman terus berkembang dan berevolusi.

Lain halnya dengan individu, memperkuat keamanan salah satunya dengan menghindari pemakaian hotspot Wi-Fi umum yang kurang meyakinkan dan jauhkan kata kunci sederhana pada penerapan sistem keamanan data pribadi.

Previous Story

Instagram Siapkan Fitur Berbagi Stories ke Facebook?

Next Story

Layanan Penjualan Mobil Bekas BeliMobilGue Resmi Diluncurkan

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,

Don't Miss

Microsoft 365 Copilot Rilis Update Terbaru, Tawarkan Sistem AI yang Lebih Terintegrasi

Keseriusan Microsoft untuk mengembangkan sistem AI Copilot terus dibuktikan lewat

GoTo Gandeng Microsoft Dukung Produktivitas Tim Engineer Lewat GitHub Copilot

GoTo Group, salah satu ekosistem digital terbesar di Indonesia, telah