Dark
Light

Indoface Masih Coba Bidik Pasar Jejaring Lokal [Updated]

1 min read
September 30, 2010

Pertanyaan cepat: ada berapa jejaring sosial yang elo ikuti saat ini? Tiga? Empat? Lima? Apakah masih ada waktu dan minat untuk ikut satu lagi? Mungkin jawabannya adalah “ya,” tapi “apabila jejaring tersebut menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan yang lainnya.”

Nah, ternyata masih ada satu lagi jejaring sosial lokal mencoba ikut nimbrung dalam kancah yang rasanya sudah terlalu ramai, perkenalkan Indoface. Slogan yang diusung adalah ” People. Culture. Friends. Fans.”. Di kata sambutannya, mereka menulis  “Indoface adalah Jejaring Sosial Indonesia yang membuat kamu mudah terhubung dengan teman lama, mendapat teman baru, mengenal dan ikut menjaga budaya Indonesia.” Mari kita intip.

Ah, tampaknya ada sedikit kontradiksi dengan misi terakhir tadi, karena ternyata semua menu dan penjelasan masih dalam bahasa Inggris. Gue kurang tahu apakah Indoface ini memakai engine open source yang berbahasa Inggris atau gimana, tapi kalau sudah berani memproklamirkan “ikut menjaga budaya Indonesia” kayaknya sewajarnya minimal bahasanya dipergunakan ya.

Sisi unik yang diunggulkan oleh Indoface adalah proses pertemanan yang berbeda dengan jejaring sosial lain, yaitu tidak ada friend request. Semua orang yang kita add otomatis menjadi teman kita. Hal ini dipertegas lagi pada ajakan mereka “Indoface | 100% More Fun, Let’s Join and be a part of it” yang berisikan pernyataan “Indoface berbeda dengan jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, MySpace etc, so do you still want a friend request ?”

Salah satu “budaya Indonesia” yang mereka coba usung di dalam adalah fitur “Do’a dan ucapan syukur hari ini.” Fungsinya sih kurang lebih sama seperti update status, tapi dicoba dikemas dengan sudut pandang lain.

Selebih dari itu sepertinya belum ada fitur lain yang, seperti mereka klaim tadi, membuat mereka “berbeda dengan Facebook,  Friendster, MySpace etc.” Beragam fitur standar seperti unggah foto, berkirim pesan, serta timeline yang berisi update para penggunanya. Yang agak aneh, mereka menyediakan opsi untuk login dengan Facebook Connect (“Kamu juga dapat login menggunakan Account Facebook dengan menggunakan tombol dibawah ini”), namun di bawahnya buru-buru disambung dengan notifikasi “(Temporarily We don’t support FB Connect)” Lho.

Ada lagi yang menarik, yaitu pada tab “My Voice” ternyata berisi lagu-lagu yang diunggah oleh pengguna-penggunanya, dan bisa di-stream oleh pengguna lain. Entah bagaimana reaksi para label musik bila mengetahui hal ini.

Kemunculan jejaring sosial yang mencoba membidik pasar lokal sebenarnya sudah ada sejak jaman Friendster dulu. Gue inget dulu ada LiveConnector (yang ternyata sekarang masih ada, dan mengklaim sebagai “the LARGEST Indonesian social networking site“) dan berbagai Friendster hingga Facebook clone hingga saat ini.

Jadi kembali ke pertanyaan awal, apa yang membuat gue harus ikutan di sini kalau udah ikut Facebook? Sayangnya sepertinya untuk sementara ini jawabannya adalah “belum ada.” Ya ya, pasti muncul suara “tapi kan bikinan lokal, dukung dong!” Jejaring sosial lokal bukan tidak mungkin bisa berhasil, lagi-lagi Koprol menjadi contoh sukses, tapi nilai “lokal” yang diusung rasanya harus lebih dari sekedar kemasan belaka.

[Update]

Seperti yang diberitahu oleh Armono Wibowo di kolom komentar, halaman muka Indoface ternyata sangat mirip, kalau gak mau dibilang sama persis dengan tampilan Brightkite terdahulu. Kalau begini rekomendasi kita berubah: abaikan saja lah situs yang satu ini.

5 Comments

  1. oh wow, saya baru tahu ini. kalau saja udah tahu pas lagi nulis, pasti nada artikelnya akan jauh berbeda. thanks!

  2. pada cocok nih jadi anggota DPR….. great guys …. emang mesti ada yang mesti jadi komentator … kalo gua liat tampilannya, indoface norak banget, tapi kalo masalah bahasa inggris,,,,biarin aja…gua setuju kalo malahan tetep pake bahasa inggris…emang ada diantara kita yang mainan facebook nyaman pake bahasa indonesia ?…. jangan naif,,,ngeliat HP ada bacaan “Pengaturan” aja bingung,,,gua mendingan liat bacaan “setting”

    eh iya tapi gua dah lama daftar indoface,,,sekarang masih hidup kan ?, kalo yang laen gua liat udah pada mati ya….situsnya ada cuma pengunjungnya ngga ada….. mudah2an masih ada … kalo ngga indonesia cuma punya koprol (minimal namanya pake bahasa indonesia) walaupun yang punya wong londo….so what do we have ? …. Nothing……!!!

    so what ….. gitu loh… indonesia biasa kalo ngga punya apa2, hehehehe

  3. kok gitu sih mas,,,memangnya sampean ini bukan orang indonesia ya ? indoface itu apaan sih … situsnya ramai tapi terlalu banyak ABG nya … memang mirip sama Facebook ya tapi memang cocoknya buat yang muda,,,saya sudah terlalu tua dan selera saya juga sudah berubah,,,tahun lalu senang Facebook, kemarin kemarin senang twitter,,,sekarang senang coment2 di blog orang….

    Ibaratnya rokok …. ada yang suka sampoerna, gudang garam, dji sam soe, djarum super…. tapi ada juga yang sukanya marlboro …..

    Kalau di rumah makan padang selalu ada bacaan begini : Kalau anda berkenan kasih tahu kawan, kalau ada yang tidak senang beritahukan kami …. 🙂

    Apakah sudah menghubungi pihak situs indoface itu kalau mereka sebenarnya norak, tidak boleh pake bahasa inggris atau mesti secanggih situs luar baru situsnya boleh ada di internet ? wkwkwkw

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Skype + Facebook = Freedom!

Next Story

Google Tambahkan Pengaturan Untuk Tampilan Percakapan Inbox di Gmail

Latest from Blog

Don't Miss

Twitter Akuisisi Developer Aplikasi Chroma Stories

Berawal dari Instagram, lalu berlanjut ke Facebook dan WhatsApp, hampir
Dailyact menjadi media sosial baru buatan lokal yang mencoba menantang hegemoni Instagram dan Facebook.

Segera Diluncurkan, Dailyact Mencoba Saingi Instagram dan Facebook

Dailyact menjadi calon penantang baru sebagai aplikasi media sosial di