Seri Dead or Alive memang identik dengan fanservice, akan tetapi sebetulnya seri ini juga memiliki gameplay yang seru untuk dimainkan. Saya pun dulu sempat memainkan Dead or Alive 5 Last Round dan cukup menikmatinya, meski saya tidak mendalaminya secara serius. Saya merasa Dead or Alive 5 Last Round punya suatu kekurangan yang membuat permainan kurang fleksibel, dan memang selera saya sendiri lebih condong ke arah fighting game 2D daripada 3D.
Karena itu, ketika Team Ninja mengumumkan bahwa Dead or Alive 6 akan memiliki gameplay lebih serius bahkan mengarah ke esports, saya tentu sangat tertarik. Saya ingin tahu seperti apa perubahan yang mereka berikan. Standar fighting game 3D di tahun 2019 ini sudah sangat tinggi gara-gara Tekken 7 dan Soulcalibur VI, jadi apakah masih ada ruang untuk Dead or Alive 6?
Saya pun mencoba Dead or Alive 6 Online Beta di PS4, dan kini saya jadi sangat khawatir. Khawatir, jangan-jangan Dead or Alive 6 akan menjadi fighting game favorit saya.
Sisi visual, upgrade atau downgrade?
Mari kita mulai dari membahas hal yang paling pertama terlihat, yaitu segi visual. Ini hal yang cukup banyak menjadi perdebatan di forum-forum Dead or Alive, karena Dead or Alive 5 sendiri sudah punya tampilan visual yang sangat bagus berkat Soft Engine. Ada yang berkata bahwa Dead or Alive 6 terlihat sama saja, ada yang berkata lebih baik, juga lebih buruk.
Saya sendiri merasa Dead or Alive 6 punya visual yang lebih baik dari pendahulunya. Tampilan kulit memang kalah lembut karena tak lagi menggunakan Soft Engine. Tetapi Team Ninja berhasil memberi peningkatan yang signifikan di bagian rambut, palet warna yang digunakan, serta tampilan cahaya. Dulu di Dead or Alive 5 wajah dan rambut milik Ayane masih terlihat seperti boneka plastik, sekarang tidak lagi. Saya paling sering menggunakan Diego di Online Beta ini, jadi rasanya puas sekali melihat ekspresi karakter secara close-up ketika terkena Power Blow (sekarang disebut Break Blow).
Sesuai janji, kini karakter-karakter memang dibuat tidak seseksi Dead or Alive 5. Tidak ada lagi adegan buah dada bergoyang-goyang seperti balon air, dan pakaian para karakter juga terlihat lebih tertutup. Team Ninja tetap menyajikan beberapa kostum seksi sebagai alternatif, tapi mungkin tidak akan seekstrem dulu. Pakaian para karakter masih bisa sobek, mereka masih bisa berkeringat, juga masih bisa lusuh terkena kotoran.
Satu kekurangan yang mengecewakan adalah kualitas animasinya seperti sama sekali tidak berubah. Dibandingkan dengan fighting game lain seperti Tekken 7 atau bahkan Street Fighter V, gerakan di Dead or Alive 6 masih kalah luwes. Sound effect tiap pukulan juga kurang menarik. Team Ninja masih perlu banyak berbenah di bagian ini.
Sudut yang semakin tajam
Pada dasarnya, seri Dead or Alive memiliki gameplay inti yang berbasis pada konsep bernama Triangle System. Seperti sebuah segitiga, dalam pertarungan kita memiliki tiga aksi untuk dipilih: Strike (Pukulan), Throw (Bantingan), dan Hold (Tangkisan). Strike mengalahkan Throw, Throw mengalahkan Hold, dan Hold mengalahkan Strike.
Sistem ini membuat kita harus lebih banyak berpikir. Rasanya tidak berlebihan jika dibilang bahwa inti permainan Dead or Alive terletak pada mind game, bukan keahlian kita mengeksekusi combo (walaupun tentu combo juga penting). Sayangnya, selama ini, mengeksekusi Hold dengan baik itu tidak mudah. Kita harus bisa membaca kebiasaan lawan, juga menekan tombol dengan timing yang tepat.
Dead or Alive 6 membuat aksi Hold semakin kuat dengan sebuah opsi baru. Bila dulu kita harus menebak-nebak arah serangan musuh (atas, tengah, atau bawah), kini Team Ninja menyediakan fitur yang disebut Break Hold. Dengan mengorbankan 50% meter, kita bisa melakukan Hold universal yang akan menangkis serangan dari arah mana pun. Ya, sama seperti Tekken dan Soulcalibur, Dead or Alive kini juga memiliki meter super dengan nama Break Gauge.
Break Gauge adalah penambahan fitur yang sangat keren, karena hasilnya benar-benar mengubah dinamika permainan secara drastis. Dulu di Dead or Alive 5 kita hanya bisa mengeluarkan Power Blow ketika nyawa karakter sudah hampir sekarat. Tapi kini, kita bisa melakukan Break Blow kapan pun asalkan Break Gauge penuh. Break Blow juga memiliki invulnerability frame, jadi bisa digunakan sebagai opsi ofensif ataupun defensif.
Online play yang cukup andal
Karena Online Beta ini dilakukan secara global, dan saya bermain di akun PSN region Amerika Serikat, saya cukup khawatir akan terjadi banyak lag. Tapi ternyata tidak juga. Tentu lag akan terjadi ketika bertemu dengan lawan dengan kualitas koneksi 1 atau 2 bar, tapi dengan koneksi 3 bar ke atas, rasanya cukup mulus.
Sepertinya Dead or Alive 6 menggunakan netcode berbasis delay/lockstep, bukan berbasis rollback seperti Street Fighter V. Artinya, bila terjadi lag di satu pihak, maka kedua pemain akan sama-sama merasakan lag. Menurut saya sistem seperti ini lebih nyaman daripada sistem rollback yang membuat karakter jadi teleport ke sana-sini seperti Street Fighter V.
Dari sisi matchmaking, saya cukup senang dengan waktu tunggu yang saya rasakan. Walaupun Dead or Alive bukan fighting game paling mainstream, dan jumlah penggemarnya tidak begitu banyak, ternyata saya tidak butuh waktu terlalu lama untuk mencari lawan. Kita juga bisa melihat kualitas koneksi lawan sebelum bermain, dan memilih untuk menerima tantangan atau tidak.
–
Berhubung ini masih versi beta, Team Ninja hanya menyediakan dua mode, yaitu Ranked Match dan Tutorial. Jumlah karakter yang bisa dicoba pun hanya lima orang. Jadi saya masih belum yakin akan sebagus apa fitur-fitur lainnya. Saya juga belum bisa menggali gameplay terlalu dalam (bahkan Command List saja belum ada). Tapi dari mencicipi Online Beta sebentar, saya merasa sangat optimis.
Bahkan sebagai orang yang jarang main fighting game 3D, menurut saya Dead or Alive 6 seru dan asyik sekali untuk dimainkan. Kombinasi antara visual indah serta fitur Break Gauge yang sangat mengubah dinamika permainan membuat game ini terasa sangat berbeda dari Dead or Alive sebelumnya. Saya tak sabar menunggu game ini dirilis bulan Maret nanti.