Jatuh Bangun Karir Hideo Kojima di Industri Game

Tuduhan bahwa Hideo Kojima membunuh Shinzo Abe berawal dari candaan rasis

Pada Jumat, 8 Juli 2022, mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, meninggal karena ditembak saat dia memberikan pidato di kota Nara, Jepang. Pihak berwajib telah menangkap pelaku, Tetsuya Yamagami. Masalahnya, tidak lama setelah kejadian nahas ini, para trolls di 4chan membuat "kelakar" rasis, menyebutkan bahwa pelaku penembakan Abe adalah Hideo Kojima, game designer legendaris yang dikenal sebagai kreator dari seri Metal Gear Solid dan game Death Stranding.

Masalah semakin runyam ketika komedian Prancis, Georges Jordito, mengunggah misinformasi ini ke Twitter. Jordito akhirnya menghapus tweet tersebut. Tapi, politikus sayap kanan Prancis, Damien Rieu, sudah terlanjur me-retweet unggahan tersebut. Dia bahkan menambahkan tweet baru. Dalam tweet itu, dia menampilkan gambar Kojima dengan caption: "Sayap kiri adalah pembunuh", menurut laporan Kotaku. Setelah tahu bahwa dia menyebarkan informasi salah, Rieu menghapus tweet-nya dan meminta maaf pada Kojima.

Untuk mencegah misinformasi ini menyebar semakin luas, Kojima Productions, perusahaan milik Hideo Kojima, pun membuat pernyataan resmi. Mereka menyatakan kebencian mereka akan hoaks dan berita bohong. Mereka juga menegaskan, mereka akan menyeret orang-orang yang menyebarkan informasi salah ini ke meja hukum.

Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang Kojima dan karir panjangnya di dunia game.

Awal Karir Kojima

Ketika sebuah game sukses, biasanya, kesuksesan itu akan jadi milik studio game yang membuat game tersebut. Karena itu, tidak banyak kreator game yang namanya dikenal oleh banyak orang. Lain halnya dengan Hideo Kojima. Dia dianggap sebagai salah satu game designer paling populer di dunia. Namanya dikenal berkat seri Metal Gear dan game Death Stranding.

Sama seperti kreator game lain, Kojima juga bekerja dalam tim. Namun, salah satu alasan mengapa nama Kojima dikenal banyak orang adalah karena dia bertanggung jawab atas semua elemen dalam game, mulai dari cerita, mekanik game, sampai desain art. Karena itu, game-game yang ditangani oleh Kojima memiliki ciri khas tersendiri.

Kojima merilis buku berjudul The Creative Gene pada 2019. Di buku itu, dia bercerita tentang filosofinya dalam membuat game. Dia juga membahas tentang hal-hal yang mempengaruhi proses kreatifnya untuk membuat game, seperti masa lalunya dan kesukaannya akan buku science fiction dan film-film asing.

Buku The Creative Gene dari Kojima. | Sumber: Viz

Kojima mulai membuat dunia khayalan sejak dia masih kecil. Alasannya sederhana: karena dia kesepian. Orang tuanya sibuk bekerja. Alhasil, setelah pulang sekolah, dia banyak menghabiskan waktunya sendiri. Dia bercerita, dia sering membayangkan skenario untuk acara keluarga.

"Ketika saya sampai rumah, saya akan menyalakan semua lampu dan memasang TV pada volume yang sangat kencang," jelas Kojima, dikutip dari GamesIndustry. "Bukan karena saya ingin menonton TV, tapi untuk mengalihkan perhatian saya dari rasa kesepian yang saya rasakan. Bahkan sampai saya dewasa, saya masih punya kebiasaan itu."

Untuk mengobati rasa kesepian yang dia rasakan, Kojima membaca banyak buku. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, ayah Kojima meninggal karena pendarahan otak saat dia masih berumur 13 tahun. Kejadian ini justru memperkuat rasa haus Kojima akan membaca buku. "Kepergian ayah saya membuat saya kehilangan tokoh yang bisa saya jadikan panutan," ujarnya. "Namun, saya bisa menemukan sosok guru dan orang dewasa yang bisa diandalkan dalam buku."

Kojima membaca buku dari berbagai genre. Tapi, genre favoritnya adalah science fiction, termasuk buku-buku yang ditulis oleh Asimov, Clarke, Heinlein, Vonnegut, dan George Orwell. Karya dari para penulis itu menarik untuk Kojima karena buku-buku tersebut menawarkan persepsi baru dalam memahami dunia dan pada saat yang sama, menjadi peringatan akan apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Isaac Asimov, penulis dari I, Robot. | Sumber: Forbes

Hanya saja, Kojima merasa, kualitas dari genre sci-fi menurun pada tahun 1980-an. Menurutnya, penurunan kualitas ini terjadi karena Star Wars. Dia merasa, Star Wars membuat genre sci-fi menjadi "space opera yang membosankan".

Kecintaan akan Film

Membaca buku bukan satu-satunya hobi Hideo Kojima. Dia juga dikenal sebagai fans berat film, khususnya film-film asing. Karena itu, tidak heran jika pada awalnya, dia sebenarnya ingin bekerja di industri film. Dia bahkan telah mulai menulis cerita sendiri sejak dia masih remaja. Dalam The Creative Gene, Kojima bercerita, dia merasa bangga akan dirinya karena sering membaca buku asing ber-genre misteri dan sci-fi. Dan hal ini membuatnya memandang teman-teman sekelasnya dengan sebelah mata.

"Sejujurnya, saya ingin menjadi sutradara film," kata Kojima, menurut laporan The Atlantic. "Tapi, dulu, membuat dan mengedit film tidak semudah sekarang. Film juga tidak bisa didistribusikan secara online, seperti saat ini. Jadi, membuat film sendiri bukanlah hal mudah," ceritanya. Dia mengaku, dia sempat stres  karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bisa di industri film.

Kojima pun memutuskan untuk menulis novel. Dia berharap, jika novel yang dia buat terbukti laris, bukunya akan diangkat menjadi film. Dia menjadikan Rocky buatan Sylverster Stallone sebagai contoh. Saat dia menulis novel inilah, dia mengenal game.

Film Rocky merupakan adaptasi dari novel. | Sumber: Business Insider

"Ketika saya mencoba untuk menulis novel saya sendiri, Famicom, yang juga dikenal dengan nama Nintendo Entertainment System (NES), dirilis," cerita Kojima. "Setelah Famicom dirilis, saya langsung jatuh cinta. Saya memainkan banyak game dan menjadi terobsesi dengan game. Saat itulah, saya merasa, game punya potensi sebagai media baru. Dan saya pikir, jika saya tidak bisa masuk ke industri film, saya bisa mencoba untuk menemukan sukses di media baru ini."

Karir di Konami

Kojima bergabung dengan Konami pada 1986. Hanya saja, dia tidak langsung ditugaskan untuk membuat game dari Famicom. Dia justru bertanggung jawab untuk membuat game dari MSX, home PC yang populer di Jepang. Sebagai game designer, game pertama yang Kojima garap adalah Lost Warld, game platformer dengan cerita yang berat. Namun, pembuatan game itu dibatalkan tidak lama setelah proses produksi dimulai. Kemudian, Kojima ditugaskan untuk mengambil alih proyek koleganya, yaitu membuat game action berjudul Metal Gear.

Dalam membuat Metal Gear, Kojima mempertimbangkan berbagai kelemahan MSX. Salah satunya, MSX hanya bisa menampilkan satu atau dua musuh pada saat yang sama. Karena itulah, dia memutuskan untuk fokus pada elemen stealth dan bukannya combat. Keputusan Kojima berbuah manis. Metal Gear sukses dan game itu pun dibuat menjadi seri.

Di 1998, Kojima merilis Metal Gear Solid untuk PlayStation. Gameplay MGS yang fokus pada stealth membuatnya tampil unik dari game-game lain. Keunikan lain dari MGS adalah karena ia memiliki penuturan cerita layaknya film. Dua hal ini membuat banyak kritikus game memuji MGS sebagai game terbaik di dunia. Dan nama Kojima pun menjadi dikenal banyak orang.

Pada 2014, Kojima ditunjuk untuk menjadi Executive Content Officer dari Konami. Hal itu berarti, dia bisa turun tangan dalam produksi semua game buatan Konami. Sayangnya, lanskap industri game mulai berubah dengan kemunculan mobile game. Di Maret 2015, Konami melakukan restrukturisasi perusahaan. Satu hari setelah itu, Konami mengumumkan daftar dewan eksekutif baru perusahaan. Hanya saja, nama Kojima tidak disebut sama sekali. Pada Desember 2015, Kojima mengumumkan bahwa kontraknya dengan Konami resmi berakhir.

Kojima Productions

Setelah keluar dari Konami, Hideo Kojima pun fokus untuk membesarkan studio game-nya sendiri, yaitu Kojima Productions. Studio game itu didirikan pada 2005, sebagai bagian dari Konami. Setelah kontraknya dengan Konami berakhir, Kojima pun memutuskan untuk "mendirikan ulang" Kojima Productions, menjadikannya sebagai studio game independen.

Game pertama yang Kojima buat sebagai developer independen adalah Death Stranding. Secara umum, game itu mendapatkan sambutan hangat, baik dari para gamers maupun kritikus game. Namun, tetap ada orang-orang yang tidak suka atau bahkan tidak mengerti Death Stranding.

Dalam buku The Creative Gene, Kojima mengungkap, salah satu tantangan yang dia hadapi dalam membuat game adalah membuat timnya setuju untuk membuat sesuatu yang baru. Dia bercerita, walau timnya seharusnya mendukungnya, terkadang, mereka justru mempertanyakan keputusannya saat dia berusaha untuk membuat sesuatu yang dia yakini akan menjadi game menarik.

"Saya ingin para gamers mendapatkan pengalaman yang sama sekali baru, sesuatu yang hanya bisa didapatkan melalui game," ujar Kojima. "Jika saya tidak bisa memenuhi hal itu, tidak ada gunanya saya membuat game."

Tantangan lain yang Kojima hadapi dalam membuat game adalah menentukan apakah ide yang dia miliki memang menarik setelah ide itu direalisasikan sebagai game. Dia mengatakan, Anda tidak akan tahu apakah sebuah game itu menarik atau tidak sampai Anda bisa memainkannya.

"Dan ketika game yang didasarkan pada ide Anda ternyata membosankan, Anda harus bisa membedakan apakah game itu menjadi tidak menarik karena ide Anda memang membosankan, atau karena ide yang Anda tidak diimplementasikan dengan benar," ujar Kojima.

MGS 5: Phantom Pain. | Sumber: IGN

Di awal pengembangan Metal Gear Solid, Kojima bercerita, dia tidak yakin apakah game yang mengutamakan unsur stealth akan menarik untuk dimainkan. Setelah berbagai percobaan trial and error, akhirnya, Kojima tahu resep yang tepat untuk membuat stealth game yang seru. Tapi, dia mengaku, dia tidak yakin apakah dia berhasil menjadikan Death Stranding sebagai game yang menarik.

"Death Stranding adalah tipe game yang sama sekali baru. Saya khawatir, apakah game itu akan diterima dengan baik atau tidak," tulis Kojima di buku The Creative Gene. "Memainkan game Death Stranding akan terasa seperti memanjat Gunung Fuji sendirian. Di tengah jalan, Anda mungkin akan tergoda untuk menyerah. Tapi, jika Anda bisa mencapai puncak dari Gunung Fuji dan melihat matahari terbit, semua kesulitan Anda akan terlupakan. Death Stranding adalah game seperti itu."

Memang, Kojima tidak melulu mendapat pujian dari para gamers. Sebagian orang menganggap, dia adalah orang yang egois dan sombong. Salah satu alasannya, karena dia memasukkan kalimat "A Hideo Kojima Game" sebelum setiap misi di Metal Gear Solid 5. Satu hal yang harus diingat, ketika itu, Kojima memang berencana untuk melepaskan diri dari Konami. Dan dia bukanlah pemilik dari IP Metal Gear. Karena itu, tidak heran jika dia berusaha untuk menegaskan bahwa dia adalah otak di balik seri game tersebut.

Keputusannya itu berubah manis. Dia berhasil menjadikan namanya sebagai brand. Dan dia pun mendapatkan investasi untuk membuat studio barunya. Kabar baik bagi para fans, dia tidak berencana untuk berhenti membuat game dalam waktu dekat. Dia berkata, "Saya akan terus melakukan apa yang saya lakukan sekarang, bahkan setelah saya berumur 80-an tahun."

Salah satu proyek baru Kojima adalah kerja sama dengan Xbox. | Sumber: Koku Japan

Mengenai kabar terbaru dari Hideo Kojima, dia mengungkap bahwa dia sempat tertarik untuk membuat game yang mirip dengan The Boys, serial TV milik Amazon. Namun, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek itu karena dia merasa, konsepnya terlalu mirip dengan The Boys. Selain itu, Kojima juga baru saja mengumumkan bahwa dia akan bekerja sama dengan Xbox untuk membuat game berteknologi cloud.

Sumber header: Gamedaim