Dark
Light

HappyFresh Paparkan Perkiraan Bisnis Grocery Online di Asia

1 min read
February 2, 2016

Pangsa pasar grocery market di Asia terus bertumbuh. Dari data perkiraan HappyFresh, tahun 2020 total pasarnya akan mencapai lebih dari Rp 182,4 triliun. Dibarengi dengan aksesibilitas mobile dan penetrasi broadband yang menanjak tinggi, pemain online di bidang pembelian grocery turut menuai keuntungan dari pasar.

Berawal dari kebiasaan konsumen melakukan pemesanan makanan melalui aplikasi mobile, bisnis online grocery membuka tren baru di tengah masyarakat. Peningkatan popularitas belanja online secara umum di wilayah Asia, termasuk di Indonesia, dipengaruhi oleh dua paradigma sosial utama, yakni kemacetan lalu lintas dan jam kerja yang panjang.

Pola pelanggan seperti disebutkan pada baris di atas dianggap penting bagi pemain nieche untuk berkembang. Beberapa pemain di industri grocery market yang mulai memberikan akses online/mobile bermunculan. Di Indonesia terdapat beberapa pemain, termasuk Happyfresh, Go-mart, Alfaonline dan Klikindomaret.

Menanggapi pasar yang mulai terbentuk dan potensi untuk terus dioptimalkan, CEO HappyFresh Markus Bihler mengatakan:

“Memesan (makanan/bahan makanan) secara online untuk pengiriman ke rumah mulai populer di wilayah tersebut. Saat ini, dua dari lima pembeli online ingin menerima penawaran real-time melalui smartphone mereka saat mereka berbelanja. Kami melihat pertumbuhan dua digit depan untuk bisnis kelontong online.”

Di Indonesia, konsumen berpenghasilan menengah dan atas terpantau terus mendorong pertumbuhan grocery market berbasis aplikasi. Hal ini terbukti dari pengamatan HappyFresh. Di negara lainnya juga memiliki tren yang sama, di Kuala Lumpur Malaysia misalnya, penetrasi penggunaan kartu kredit terus meningkat (di kalangan masyarakat menengah dan atas), dan memberikan akses yang mudah untuk melakukan pembayaran online. Sehingga berdampak langsung pada bisnis terkait.

Lalu bagaimana persaingan dengan hypermarket atau supermarket yang menjajakan secara offline? Bihler mengatakan:

“Sebagai pembeda, mitra HappyFresh dengan pengecer supermarket, terutama UKM (Usaha kecil dan menengah) yang tidak memiliki kapasitas atau kemampuan untuk berinvestasi dalam teknologi, kami memfasilitasi mereka untuk melakukan digitalisasi dan menjangkau pelanggan yang lebih luas. Dengan kata lain kami mengkompresi toko berlantai yang sangat luas hanya dalam layar smartphone.”

Dari operasional HappyFresh di 5 negara tercatat pula beberapa pola pelanggan. Pertama, sebagian pembelian dilakukan pada jam 5-10 pagi selama akhir pekan dan di hari Senin. Kedua, demografi umur pembeli antara 25 – 44 tahun, mayoritas adalah perempuan, didominasi ibu rumah tangga dan profesional muda. Selanjutnya, rata-rata pembelian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan satu minggu. Produk yang paling banyak dibeli adalah susu, telur, bawang, pisang dan popok bayi.

Previous Story

Via Update Terbaru, Berbalas Pesan di Path Tak Lagi Perlu Beralih Aplikasi

Next Story

Samsung Pay Siap Melenggang di Asia Tenggara

Latest from Blog

Don't Miss

Joint Venture Bukalapak CT Corp

CT Corp dan Bukalapak akan Bentuk Perusahaan Patungan di Bidang “Online Grocery”

Pemilik perusahaan konglomerasi Chairul Tanjung melalui PT Trans Retail Indonesia,

Otoklix Bags 143.5 Billion Rupiah Series A Funding

After receiving $2 million seed funding or equivalent to 28 billion