Anda pikir seberapa amankah device yang dilindungi pemindai biometrik sidik jari? Dalam dunia digital, tidak ada yang tidak mungkin: sebuah grup hacker asal Jerman yang menamakan dirinya Chaos Computer Club (atau CCC) berhasil meretas sistem Touch ID hanya dalam hitungan hari.
Teknologi pemindai sidik jari pada perangkat elektronik bukanlah hal yang baru, IBM Lenovo beberapa tahun lalu pernah menambatkannya dalam laptop bisnis mereka. Namun baru Apple-lah yang menggunakan teknologi ini dalam smartphone melalui iPhone 5S. Saat dikenalkan, awalnya Touch ID dari Apple juga mengundang teori-teori konspirasi yang menimbulkan perdebatan.
Beberapa orang berpendapat bahwa bisa jadi Apple menggunakan teknologi pemindai jari ini untuk mengumpulkan data pribadi pengguna dengan mudah. Bahkan tidak sedikit dari orang yang menyangkutpautkannya dengan National Security Agency Amerika Serikat. Apakah itu benar atau tidak, hanya Apple yang tahu. Namun tentu saja, masalah ini tidak menghentikan banyak orang mengantri panjang tengah malam untuk segera memilikinya.
Tampaknya ada celah dalam rencana Apple, sang hacker Chaos Computer Club ber-nickname Starbug, mengeksposnya dengan gamblang, “Pada nyatanya, sensor sidik jari Apple hanya memiliki resolusi yang lebih tinggi dibandingkan sensor lainnya. Jadi kita hanya perlu meningkatkan resolusi pada material palsu. Seperti yang telah kami camkan lebih dari bertahun-tahun lalu, sidik jari seharusnya tidak boleh digunakan untuk mengamankan barang apapun. Karena Anda selalu meninggalkannya dimana saja, dan sangat mudah untuk mendapatkannya.
Jadi bagaimana mereka melakukannya? Caranya cukup mudah, sidik jari bisa didapat dari benda-benda yang sering digunakan. Setelah memproses minyak (atau lemak) yang ditinggalkan dengan menggunakan bubuk grafit (bagian utama pensil) dan Cyanoacrylat (bahan utama lem besi), Anda hanya perlu memoto sidik jari ini dengan kamera beresolusi 2400 dpi. CCC kemudian membersihkan hasil gambarnya dengan aplikasi photo-editing, membaliknya, dan mencetaknya ke lembar transparan dengan setting tinta tebal berukuran 1200 dpi. Hal terakhir yang harus tinggal dilakukan adalah membuat lapisan dengan latex merah jambu atau lem kayu untuk membuat ujung jari palsu, tunggu kering, kemudian benda ini bisa langsung digunakan.
Videonya bisa Anda simak di sini:
Juru bicara CCC, Frank Rieger menambahkan, “Kami harap bukti ini mengakhiri salah persepsi orang banyak tentang biometrik sidik jari. Menggunakan objek yang Anda tinggalkan dimana-mana dan tidak bisa diubah adalah hal yang bodoh. Masyarakat tidak boleh lagi tertipu oleh sistem biometrik industri dengan klaim keamanan yang salah. Pada dasarnya teknologi biometrik diciptakan untuk mengatur dan mengontrol, bukan untuk mengamankan peralatan elektronik sehari-hari.”
Dengan penjelasan ini saya yakin para pecinta teori persekongkolan akan melompat girang sambil berteriak, “Betul kan!?” Saya sendiri belum berencana untuk memiliki iPhone 5S karena satu dua hal. Hanya ada satu jenis kode biometrik tubuh yang tidak akan kita tinggalkan dimana-mana: pola retina bola mata. Mungkin seharusnya teknologi retinal-scanner yang harus Apple kembangkan, atau mungkin juga tidak. Bayangkan pemandangan aneh yang terjadi jika tiap pengguna iPhone (eyePhone?) harus menjejalkan smartphone ke mata mereka untuk membalas pesan di WhatsApp.
Bagaimana menurut Anda?
Terimakasih pada laman situs Chaos Computer Club.
Sumber gambar: ReadWrite.com.