Terlepas dari statusnya sebagai produsen action cam paling terkenal, GoPro masih tidak luput dari problem finansial. PHK atas ratusan karyawan sempat dilakukan pada bulan September tahun lalu, dan GoPro pun sudah resmi mundur dari bisnis drone.
Singkat cerita, GoPro perlu menerapkan strategi baru untuk bisa bertahan. Salah satunya adalah dengan melisensikan teknologi buatannya ke perusahaan lain. Perusahaan yang dimaksud adalah Jabil, yang bergerak di bisnis manufacturing, dan sebenarnya sudah bekerja sama dengan GoPro sejak dirilisnya action cam Hero4 di tahun 2014.
Menurut CTO GoPro, Sandor Barna, ini merupakan kesempatan bagi GoPro untuk menjadi pemasok lensa dan sensor gambar di bidang robotik, perangkat video conferencing dan mobil kemudi otomatis – tidak secara langsung, melainkan melalui Jabil, yang akan memproduksi komponen-komponen tersebut dengan merujuk pada blueprint GoPro.
Setidaknya untuk sekarang, kita tak akan melihat action cam lain yang menggunakan teknologi besutan GoPro. Dengan kata lain, Jabil hanya boleh memanfaatkan lisensi dari GoPro untuk produk-produk yang tidak bersaing secara langsung dengan lini produk GoPro. Ini penting mengingat GoPro sendiri saat ini sudah menerima serbuan dari banyak kompetitor.
Ini merupakan pertama kalinya GoPro melisensikan kekayaan intelektualnya ke perusahaan lain. Langkah ini bisa dibilang cukup berisiko, tapi selama bisnis action cam GoPro tidak terusik, upaya ini semestinya bisa membantu menyelamatkan GoPro dari keterpurukan, sekaligus menekan peluang terjadinya PHK massal lagi ke depannya.
Sumber: TechCrunch dan GoPro.