Saya tidak pernah menyangsikan dampak Go-Pay. Sejak awal kehadirannya, saya melihat Go-Pay memiliki peluang lebih besar dibanding solusi korporasi lainnya untuk menjadi pemimpin di segmen mobile wallet.
Kini Go-Pay murni menjadi platform e-money dengan menambah fitur Transfer, Receive (menerima uang), dan Withdraw (menarik uang ke rekening bank). Proses ini berlangsung secara berangsur-angsur dan baru tersedia untuk sebagian pengguna.
Transformasi Go-Pay sebagai platform e-money mengkonfirmasi rumor akuisisi terhadap platform e-money PonselPay. Tidak mungkin Go-Pay menjadi platform e-money tanpa akuisisi, karena Bank Indonesia sendiri belum menerbitkan izin e-money untuk provider baru. Saat ini pemilik lisensi e-money di Indonesia berjumlah 21 buah.
Akomodasi proses KYC
Untuk menggunakan fitur lengkapnya, konsumen Go-Jek harus mengikuti proses KYC (Know Your Customer) yang disyaratkan regulator dengan memasukkan foto diri (selfie) dan foto kartu identitas (KTP, SIM, KITAS, atau Paspor).
Go-Pay juga menghadirkan informasi Transaction untuk memberikan sejarah transaksi penggunaan dan top up layanan.. Kami belum mendapatkan informasi apakah receipt untuk transaksi juga dikirimkan melalui email, sebuah norma yang biasa ditemui di layanan on-demand lainnya.
Meskipun pihak Go-Jek enggan mengungkapkan berapa jumlah pengguna Go-Pay dan berapa jumlah transaksi per bulannya, sulit menampik besarnya potensi platform ini untuk mendorong cashless society di Indonesia.
“Pelanggan yang menggunakan Go-Pay lebih sering menggunakan jasa Go-Jek dibandingkan pelanggan yang belum menggunakan Go-Pay,” ujar Head of Go-Pay Filman Ferdian dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.
Menurut data Bank Indonesia, hingga September 2016 volume transaksi e-money (berbasis kartu dan server) sebesar 476,56 juta dengan nilai transaksi 4,89 triliun Rupiah dan jumlah e-money beredar sebanyak 352,07 juta.
Mengatasi tantangan terbesar
Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, tantangan terbesar Go-Pay adalah dari sisi internal. Sempat ada resistensi dari pihak mitra pengemudi karena mereka terbiasa memegang uang tunai dan mengeluhkan lambatnya pencairan dana untuk transaksi yang menggunakan Go-Pay. Kini tampaknya permasalahan itu sudah bisa diatasi pihak manajemen.
Langkah Go-Jek merangkul pengemudi sebagai salah satu cara melakukan top up Go-Pay dan perbaikan proses pencairan dana transaksi yang menggunakan Go-Pay dianggap ampuh. Di sisi konsumen, Go-Jek menerapkan sistem loyalitas Go-Points yang sejauh ini dianggap positif.
Sebagai startup unicorn bervaluasi lebih dari $1 miliar, penguasaan sistem pembayaran melalui Go-Pay, yang bisa digunakan untuk pembayaran berbagai hal dan terus berkembang, adalah keputusan strategis yang bisa mengubah konstelasi sistem pembayaran Indonesia di masa depan.