Implementasi big data dalam berbagai sektor industri di Indonesia saat ini mulai semakin terlihat. Telkomsel adalah salah satu pemain dari sektor telekomunikasi yang menunjukkan dirinya tahun lalu dengan meluncurkan layanan big data bernama MSight. Setahun beroperasi, Telkomsel mengklaim bahwa MSight telah tumbuh secara signifikan. Tahun depan, MSight fokus untuk meningkatkan data quality, merekrut talenta yang sesuai, dan menjalin kemitraan strategis di dalam grup Telkom.
MSight merupakan bagian layanan digital advertising Telkomsel yang memanfaatkan penggunaan teknologi Big Data Analytics. Melalui layanan ini, Telkomsel mampu memberikan berbagai insight informasi konsumen. Insight tersebut di antaranya monitoring perubahan dan penambahan jumlah trafik konsumen, segmentasi konsumen berdasarkan profil demografi dan psikografi tertentu, perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk dan servis.
Lahirnya MSight sendiri merupakan hal yang alami dan tak lepas dari perkembangan tren big data yang kian tampak manfaatnya. Di usianya yang tepat berumur satu tahun ini, Kami berkesempatan berbincang dengang GM Data Insight Sales Telkomsel Stevy Kosasih untuk membahas sudah sejauh apa Telkomsel MSight berkembang selama satu tahun beroperasi.
Perjalanan satu tahun MSight dan bisnisnya
Ditemui di Telkomsel Smart Office, Jakarta Selatan, Stevy menceritakan bahwa untuk sampai ke usia satu tahun ini MSight sebenarnya telah melalui tiga fase awal. Fase pertama adalah tentang kesiapan Telkomsel, baik dari sisi SDM maupun teknis. Fase kedua adalah tentang studi kelayakan untuk “Go to Market”. Fase ketiga adalah fase peluncuran komersial perdana hingga saat ini.
Stevy mengatakan, “Di fase pertama, kami libatkan beberapa data scientist, [baik dari tim] internal maupun eksternal, [tujuannya] untuk bantu buat model yang kami butuhkan dalam bisnis mobile consumer insight ini. Termasuk di dalamnya kami juga membekali diri lah, belajar juga nih dari ilmu-ilmu yang sudah ada di luar.”
“Fase kedua, […] intinya kami ingin [melanjutkan] memonetisasi kepada klien-klien eksternal [dengan memberi solusi yang sesuai]. Di fase terakhir kami launching di bulan November kemarin [tahun lalu -Ed]. Fasenya sekarang adalah fase awareness, [and] we’re trying to penetrate the market. Beberapa konsumen sudah menerima services kami dan kami coba increase value kami terus,” lanjutnya.
Selama satu tahun beroperasi, diakui Stevy bahwa kini sudah ada beberapa industri yang menggunakan layanan MSight, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mulai dari Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Cigarette (tiga pemain atas), Banking dan Financial Institution, serta Retailer. Meski paling banyak klien datang dari sektor FMCG, tetapi Stevy juga yakin bahwa Banking dan Cigarette memiliki potensi yang bagus juga ke depannya.
Upaya monetisasi Big Data MSight
Produk utama MSight adalah sebuah insight dari perilaku konsumen. Namun, menurut Stevy, itu masih bisa di-breakdown kembali menjadi dua hal, yaitu dukungan terhadap media berkampanye dan consumer insight provider yang dapat dimanfaatkan untuk meramu strategi perusahaan.
Stevy menjamin bahwa MSight akan tetap menghormati privasi pelanggan dalam proses pengumpulan dan penyajian data dalam bentuk perilaku kolektif.
Saat ini pelanggan Telkomsel sudah mencapai 149 juta. Data dari 149 juta pelanggan tersebut lah yang akan dikelola secara anonim, agregat, dan kolektif menjadi insight konsumen, serta diperbarui secara berkala. Informasi yang diberikan biasanya digunakan dalam proses pengambilan keputusan strategis yang dapat digabungkan dengan informasi atau insight lain yang sudah dimiliki klien.
Terkait monetisasi layanan, Stevy mengungkap bahwa hingga saat ini masih belum dapat berbicara harga tertentu. Pun demikian, ada beberapa variabel yang menjadi pertimbangan.
Stevy menjelaskan, “Kami belum bicara harga tertentu karena masih di fase yang sangat awal. […] Sifatnya customize kalau bicara harga, tergantung dari berapa lokasinya, berapa variable-nya, atau analisis [apa saja] yang dibutuhkan.[…] Kami bisa bantu dari sisi mereka punya rencana strategis kah, atau bantu dari sisi tactical. Yang kita tawarkan adalah solusi [Big Data Analytics].”
Rencana dan fokus MSight di tahun depan
Sebagai upaya agar dapat kompetitif dalam ranah big data di pasar Indonesia, diungkap Stevy bahwa dua hal yang menjadi fokus utama. Pertama, meningkatkan kualitas data. Kedua, melakukan strategic partnership dengan layanan OTT dan beberapa partner lainnya di industri.
Stevy menjelaskan, “Investasi yang ditanamkan oleh perusahaan harus bisa menghasilkan return yang sesuai untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bagaimana kita melakukan itu? Pertama, memastikan data quality kami bagus. Caranya, kita undang data scientist,internal atau external, untuk bikin script atau model yang bisa [men-]capture demografi atau psychographic mereka secara aktual [sesuai dengan kebutuhan pasar].”
“Kedua, lakukan partnership dengan beberapa OTT [dan beberapa partner lainnya]. Kami tidak berkompetisi lah dengan yang lain. Kami tahu kami masih baru di industri ini. […] Jadi, OTT punya data, kami punya data, kami gabungkan. Semakin lebar data, semakin kaya data, harga juga bisa kompetitif,” ujar Stevy.
Bicara mengenai target, Stevy ingin MSight menjadi besar dari sisi atribut data, jumlah klien, maupun dari sisi jumlah timnya sendiri. Maka dari itu, Stevy mengungkapkan fokus MSight tahun depan adalah strategic partnership, merekrut talenta, dan meningkatkan kualitas data.
“Dari sisi timnya sendiri, kami coba rekrut talenta. Kami mau double dari sekarang yang [jumlahnya] masih di bawah sepuluh.[…]. Jadi, [strategic] partnership, merekrut talenta, dan [meningkatkan] data quality adalah fokus MSight tahun depan,” tandas Stevy.
Keputusan Telkomsel memasuki bisnis big data adalah hal yang alami bagi perusahaan telekomunikasi. Redwing sendiri dalam artikelnya setahun yang lalu menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana monetisasi big data terhadap insight pelanggan seluler dapat menjadi tambang emas bagi operator.