Dark
Light

Melalui Gifood, Masyarakat Bisa Menyumbang Makanan Berlebih ke Yang Membutuhkan

2 mins read
March 5, 2018
Gifood menjadi platform untuk salurkan makanan berlebih / Gifood
Gifood menjadi platform untuk salurkan makanan berlebih / Gifood

Saat ini mulai banyak startup lokal yang mencoba mengeksplorasi lanskap social business, berharap selain mendapatkan nilai bisnis juga memberikan dampak sosial di lingkungan. Salah satunya Gifood, sebuah platform yang menghubungkan antara mereka yang memiliki makanan berlebih dengan orang yang membutuhkan.

“Cara kerjanya sederhana. Ketika memiliki makanan berlebih unggah informasinya melalui platform kami. Begitu pula jika mengetahui siapa yang membutuhkan, bisa langsung menggugah informasinya melalui platform kami. Dari situ akan diketahui makanan apa atau dari siapa, lokasinya di mana, tersedia sampai kapan secara real time. Ketika mau mengambil makanan pun tinggal klik dan akan terhubung dengan pemilik makanan,” jelas CEO Gifood Fathin Naufal.

Mengemban visi besar “Reduce Waste, Reduce Hunger”, saat ini Gifood belum melakukan monetisasi, karena tengah fokus untuk memperluas cakupan pengguna dan dampak yang dihasilkan. Namun ada beberapa mekanisme yang sudah mulai rancang, salah satunya mekanisme B2B (Business-to-Business). Ke depan Gifood akan memberikan layanan berbayar untuk perusahaan, misal restoran dan hotel dalam pengolahan makanan berlebih mereka.

“Dari pada membuang makanan (yang berarti ada loss of money), ujung-ujungnya jadi sampah, dan terkena biaya lagi untuk sampah (menurut data kami sampai jutaan rupiah per bulan), maka lebih baik disalurkan kepada Gifood dan memberikan dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan. Hal ini bisa sekaligus menaikkan citra perusahaan dan bisa mengefisiensikan dana CSR,” ujar Naufal.

Kedua untuk monetisasi juga akan hadir fitur “Last Minute Deal”, yaitu menjual murah makan berlebih yang masih layak jual (makanan dengan harga diskon). Gifood akan mengenakan komisi dari penjualan tersebut melalui platform. Dan yang ketiga, para pengguna Gifood bisa dipastikan banyak merupakan orang-orang yang mencari makanan gratis dan murah. Maka ketika ada perusahaan yang ingin beriklan tentang diskon, promo, launching product, dan sebagainya, platform ini akan menyediakan media untuk beriklan tersebut.

Beberapa waktu lalu Gifood baru saja memenangkan penghargaan The Best General Category App dan 1st Winner Telkom Hackathon 2018. Sebelumnya startup asal Yogyakarta ini juga pernah memenangkan beberapa lomba lain seperti Runner Up DILO Festival Yogyakarta, Best Performance Socioentrepreneur Muda Indonesia (Soprema), dan menjadi finalis (6 besar) di Startup World Cup Wildcard Round Yogyakarta.

Tim Gifood saat memenangkan Hackathon yang diadakan Telkom / Gifood
Tim Gifood saat memenangkan Hackathon yang diadakan Telkom / Gifood

“Latar belakang kami sebenarnya karena pengalaman kami sendiri melihat seringnya makanan terbuang sia-sia ketika berlebih. Misal ketika ada acara dan sebagainya. Ternyata memang faktanya Indonesia merupakan negara yang membuang makanan terbesar nomor besar ke-2 sedunia setelah Arab Saudi (data dari The Economist). Menurut Food Agriculture Organization (FAO), ada 13 juta ton makanan di Indonesia yang terbuang sia-sia,” tutur Naufal.

Naufal melanjutkan, “Menurut data dari FAO ada 19,4 juta orang di Indonesia yang masih kelaparan. Hal ini ironis, di sisi lain banyak makanan terbuang. Kalau semua makanan yang terbuang itu dikumpulkan, sebenarnya bisa memberi makan 11% populasi di Indonesia. Maka, kami berusaha untuk memberikan solusi dengan cara mengoneksikan mereka yang mempunyai makanan tersebut dengan mereka yang lebih membutuhkan.”

Dengan mengemban visi besar tersebut, Naufal menyampaikan bahwa tahun ini pihaknya akan banyak fokus untuk memperluas pangsa pasar dengan mengenalkan platform kepada masyarakat luas melalui berbagai kampanye, berkolaborasi dengan komunitas, dan juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak terutama penyedia makanan (restoran, tempat makan, toko roti, hotel, dan sebagainya).

Menyimak tantangan dan kendala layanan fashion commerce Pomelo di Indonesia / Pomelo
Previous Story

Fokus Layanan “Fashion Commerce” Pomelo di Indonesia Tahun Ini

Next Story

WhatsApp Windows Phone Versi Beta Uji Fitur Baru

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru