16 December 2021

by Glenn Kaonang

Terinspirasi Axie Infinity, Koisan World Adalah Game Play-to-Earn Buatan Indonesia

Dibanding Axie Infinity, Koisan World menawarkan beberapa keunggulan, salah satunya waktu bermain yang relatif singkat untuk mendapatkan reward harian yang maksimal

Tren mendapatkan uang dari bermain game sebenarnya sudah eksis sejak awal era game online mulai menjamur. Bedanya, yang terjadi dulu bisa dibilang tidak disengaja, seperti misalnya ketika mendapat kartu super-langka di Ragnarok Online, dan ada pemain lain yang berani membayar mahal untuk menggaetnya.

Sekarang trennya tentu sudah bergeser, dan belakangan orang-orang kian menggandrungi game play-to-earn (P2E). Salah satu yang paling populer mungkin adalah Axie Infinity. Saking populernya, game bikinan studio asal Vietnam ini kerap dijadikan sumber inspirasi oleh game P2E lain, tidak terkecuali oleh game P2E buatan Indonesia berjudul Koisan World berikut ini.

Berpusat di kota Bandung, pengembangan Koisan World sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2020, akan tetapi game-nya sendiri baru diluncurkan dalam status pre-alpha pada bulan Agustus 2021 kemarin. Seperti Axie, Koisan World memerlukan modal awal untuk bermain, yakni untuk membeli telur-telur ikan koi yang nantinya bakal dipertarungkan satu dengan yang lainnya, dan yang semuanya merupakan aset NFT yang dapat diperjual-belikan.

Karakter ikan koi bersenjatakan bambu runcing / Koisan World

"Kenapa koi dan bukan ikan lain, gurame misalnya", tanya saya kepada tim pengembang Koisan World. "Karena koi adalah ikan yang paling banyak digemari di seluruh dunia," jawab Indra Kusuma, Chief Network Officer Koisan World. Dari sini bisa kita lihat bahwa yang target pasar yang diincar Koisan World sebenarnya bukan cuma kalangan gamer tanah air, melainkan juga pasar internasional.

Indra mengklaim Koisan memiliki blockchain-nya sendiri yang menggunakan algoritma SHA-256, dan seperti Axie, juga terdapat dua jenis cryptocurrency yang dilibatkan: Koisan International Coin (KIC) dan Toki2. Sebelum ini, KIC dikenal dengan nama Bitcoinee.

Saat saya tanya apa saja kekurangan dari Axie Infinity yang dapat ditutupi oleh Koisan World, Indra memberikan beberapa jawaban sekaligus. Dari sisi gameplay, Koisan menawarkan fitur bounty link (sistem referral) dan clan reward. Dibanding Axie, waktu bermain yang dibutuhkan untuk mendapatkan reward harian secara maksimal di Koisan relatif singkat.

Kemudian dari sisi infrastruktur teknologinya, Koisan memiliki suplai coin yang terbatas seperti Bitcoin, sehingga ini jelas bakal berpengaruh terhadap nilai tukarnya. Indra juga bilang bahwa timnya sudah menyiapkan "strategi yang ciamik" untuk menaikkan demand, sehingga akhirnya demand bisa menjadi sangat tinggi.

Antusiasme publik terhadap Koisan World cukup besar. Berdasarkan pernyataan CEO Koisan World, Edwin Eldrich Goni, kepada Detik, lebih dari 12.500 telur berhasil terjual dalam bulan pertama peluncurannya (pre-sale). Padahal, harga telur-telur ini tidak bisa dibilang murah; sekitar $35 per butir saat artikel ini ditayangkan, atau malah jauh lebih mahal buat telur-telur yang masuk kategori langka.

Pada bulan Desember ini, Koisan World telah meluncurkan platform marketplace-nya, dan yang dapat diperjual-belikan rupanya bukan cuma ikan-ikan koi itu tadi saja, melainkan juga lahan virtual dan sejumlah in-game item pendukung lainnya, lagi-lagi mirip seperti yang Axie tawarkan. Kalau melihat roadmap Koisan World, agenda terdekat mereka untuk sekarang adalah merilis aplikasinya di Android, iOS, dan PC, serta meluncurkan reward coin buat para pemain.