Fujifilm baru saja merilis X-A7, anggota terbaru lini kamera mirrorless terbawahnya yang mengandalkan sensor konvensional ketimbang yang berteknologi X-Trans. Sebagai suksesor X-A5, X-A7 membawa cukup banyak pembaruan, mulai dari jeroan sampai ke fisik luarnya.
Kita mulai dari internalnya terlebih dulu. Sensor 24 megapixel yang diusung X-A7 merupakan sensor baru, dengan jumlah titik phase-detection autofocus 8,5 kali lebih banyak daripada sensor milik X-A5. Kapabilitas videonya juga meningkat pesat, kini sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, bukan lagi 4K 15 fps yang bisa dibilang tidak berguna seperti sebelumnya.
Beralih ke fisiknya, X-A7 mengemas desain baru yang, kalau menurut saya, lebih polished dan lebih elegan. Namun perubahan yang paling kentara justru ada di panel belakangnya, yang kini benar-benar didominasi oleh layar sentuh 3,5 inci, dan hanya menyisakan sedikit ruang di sebelah kanannya untuk sepasang tombol beserta joystick.
Ya, hampir semua pengoperasian X-A7 mengandalkan layar sentuh beresolusi 2,76 juta dot ini, dan Fujifilm tidak lupa merancang ulang tampilan menunya agar lebih mudah dikuasai oleh pengguna baru. Layarnya ini juga fully-articulating, yang berarti ia bisa ditarik ke sisi kiri dan diputar-putar sesuai kebutuhan.
Fujifilm X-A7 rencananya akan dipasarkan mulai 24 Oktober mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dibanderol $700, sudah termasuk lensa kit Fujinon XC 15-45mm f/3.5-5.6 OIS PZ, sedangkan pilihan warnanya yang tersedia ada empat.
Sumber: DPReview.