Dark
Light

Faspay Perluas Cakupan Bisnis, Luncurkan Sejumlah Layanan di Luar “Payment Gateway”

2 mins read
January 11, 2021
Payment gateway Faspay meresmikan tiga inovasi terbaru, yakni Faspay Dana saha, API Faspay Billing, dan fasilitas tarik tunai di Alfa Group
Tahun Ini Faspay Nobatkan Diri Sebagai Solusi “End to End” Pembayaran Digital / Faspay

Tahun ini menjadi momentum penting bagi Faspay yang kini tidak lagi sekadar platform payment gateway saja. Tepat menjelang tutup tahun kemarin, perusahaan meresmikan tiga inovasi terbaru, yakni Faspay Dana Usaha, API Faspay Billing, dan fasilitas tarik tunai di Alfa Group.

Dihubungi oleh DailySocial, CEO Faspay Eddy Tju menuturkan, inovasi di atas ini melengkapi misi perusahaan yang ingin memberdayakan bisnis untuk pembayaran digital dengan menciptakan cara yang lebih baik dan ampuh untuk bisnis dalam mengelola uang baik untuk menerima pembayaran atau melakukan pembayaran kapan saja dan di mana saja.

“Kami memiliki visi untuk membangun platform transaksi keuangan agar membantu bisnis tumbuh dengan mempercepat tingkat adopsi pembayaran digital dan transaksi keuangan lainnya,” ucapnya, Jumat (6/1).

Dengan demikian, Faspay punya empat produk utama, yaitu collection system atau penerimaan dana (Faspay Business & Faspay Billing), disbursement system atau pengiriman dana (Faspay SendMe), dan pinjaman modal bisnis (Faspay Dana Usaha). Faspay sendiri beroperasi dengan dua izin, yaitu izin payment gateway dan transfer dana dari Bank Indonesia.

Dijelaskan lebih jauh, Faspay Dana Usaha adalah buah hasil kerja sama dengan KoinWorks untuk menyediakan dana pinjaman tambahan hingga Rp2 miliar untuk merchant Faspay. Tentunya, ke depan akan ditambah mitra fintech lending agar dapat mendukung lebih banyak bisnis merchant. “Produk ini akan melengkapi layanan Faspay sehingga dapat menjadi solusi digital yang sifatnya hulu ke hilir.”

Berikutnya, layanan tarik tunai di Alfa Group adalah pengembangan fitur tambahan dari Faspay SendMe. Layanan ini digunakan oleh merchant yang hendak mendistribusikan dananya secara massal dan real-time, penerima dana dapat melakukan tarik tunai di seluruh gerai Alfa Grup. Alhasil, penerima dana yang belum memiliki akses perbankan dapat terlayani.

Terakhir, API Faspay Billing yang merupakan pengembangan dari produk sebelumnya, dulu tanpa API. Kehadiran API dapat mempermudah integrasi dengan situs atau aplikasi milik merchant Faspay. Merchant dapat mengirim tagihan online (invoice), menerima pembayaran dari beragam pilihan channel pembayaran, dan dapat disesuaikan sistem tagihannya sehingga tidak perlu pengecekan secara manual.

“Selama tahun 2020, Faspay menyadari adanya potensi dan tantangan pasar yang harus dipenuhi oleh perusahaan seperti Faspay untuk para pelaku bisnis agar semakin mudah dalam mengakselerasi dan mengadopsi solusi pembayaran digital.”

Eddy melanjutkan, selain tiga inovasi baru di atas, sebenarnya perusahaan juga meluncurkan dua layanan lainnya, yakni Faspay Billing Lite dan ECWID plug-in. Di samping itu, perusahaan juga mengumumkan berbagai kerja sama baru dengan kanal pembayaran, dari GPN, QRIS, ShopeePay, DANA, BCA Virtual Acccount Aggregator, hingga CIMB Niaga Virtual Account.

CEO Faspay Eddy Tju / Faspay
CEO Faspay Eddy Tju / Faspay

Perkembangan merchant dan rencana berikutnya

Diklaim saat ini Faspay berhasil mengumpulkan lebih dari 2 ribu merchant. Mereka mayoritas bergerak di fintech, layanan keuangan, pariwisata, dan ticketing & travel. Namun, menurut catatan perusahaan, ada tiga kategori bisnis yang tumbuh paling melesat transaksi bisnisnya pada tahun lalu. Mereka adalah industri F&B tumbuh hingga 340% dari tahun sebelumnya, diikuti fesyen meningkat 103%, dan layanan IT 94%.

“Fakta ini menunjukkan pelaku bisnis semakin menyadari tren dan pergeseran perilaku belanja menuju online semakin meningkat. Oleh karenanya, mereka mencari cara untuk berinovasi menghadirkan cara efektif dalam meningkatkan penjualan, salah satunya mengadopsi layanan pembayaran online atau payment gateway seperti Faspay.”

Ia mengutip laporan dari Kantar, bahwa rata-rata jumlah transaksi tunai menurun dari 48% pada sebelum Covid-19, menjadi 37% pasca Covid-19. Pada saat yang sama, frekuensi transaksi e-wallet meningkat menjadi 25% dari 18%. “Data-data ini menunjukkan seiring dengan bergesernya perilaku belanja pelanggan menuju online, bisnis pembayaran online seperti salah satunya Faspay juga turut berkembang.”

Kendati belum bersedia untuk merinci lebih dalam, Eddy mengungkapkan perusahaan akan terus berinovasi pada tahun ini. Ia hanya menuturkan layanan-layanan baru ini akan tetap ditujukan untuk membantu bisnis konvensional untuk mulai menggunakan solusi pembayaran digital. “Layanan yang dihadirkan juga akan semakin memudahkan pebisnis untuk menerima dana, mengirim dana, maupun meminjam modal bisnis.”

Pemain sejenis Faspay, yakni Moka juga telah berkembang lebih dari sekadar payment gateway. Bersama dengan induknya, Gojek, merilis GoStore untuk menyasar segmen social commerce, memungkinkan pengguna membuat dan mengelola toko online-nya. GoStore telah terhubung otomatis dengan GoPay dan sistem pembayaran kartu debit/kredit dan GoSend untuk kebutuhan logistik.

Previous Story

Lenovo Pamerkan LaVie Mini, Konsep Laptop Gaming dalam Wujud ala Nintendo Switch

Pendanaan Seri A Ajaib
Next Story

Ajaib Rampungkan Pendanaan Seri A 356 Miliar Rupiah, Gencarkan Edukasi dan Akuisisi Pengguna Milenial

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah