Secara ngga sadar, lambat laun makin banyak informasi tentang diri kita, yang tadinya kita pikir hanya terbagi ke kelompok tertentu di Facebook, kini menjadi konsumsi publik. Hal ini terjadi seiring dengan berubah-ubahnya pengaturan informasi pribadi kita oleh Facebook yang makin lama makin ngebingungin.
Tentu aja protes mulai bermunculan, baik dari sisi pengguna biasa sampai ke badan-badan regulasi yang berwenang. Sejauh apa sih informasi pribadi kita keliatan di Facebook, dan apakah kita harus mulai khawatir?
Facebook memang terhitung sering sekali mengubah syarat dan ketentuan privasi untuk penggunanya. Bahkan menurut New York Times, saat ini syarat dan ketentuan kerahasiaan pribadi di Facebook sudah lebih panjang dari Undang-Undang Dasar Amerika Serikat. Secara total, menurut NYT, ada 50 kategori pengaturan dengan lebih dari 170 pilihan yang harus kita tentukan untuk mengelola kerahasiaan pribadi di Facebook.
Sebagai perbandingan, Matt McKeon, seorang peneliti dari IBM membuat grafik yang membandingkan banyaknya informasi pribadi kita yang dibagikan untuk publik oleh Facebook, antara tahun 2005 hingga tahun 2010. Versi singkatnya: kalau lima tahun yang lalu hanya sekelumit data kita yang bisa terlihat oleh orang-orang sembarangan, sekarang hampir semuanya bisa dilihat, kecuali kalau kita hati-hati dalam mengaturnya.
Mau tau lagi seberapa parahnya informasi tentang diri kita yang bisa keliatan sama orang-orang di seluruh dunia? Coba aja buka youropenbook.com yang ngasih contoh pencarian di Facebook dengan kata kunci yang bisa bikin malu pengguna yang masuk dalam hasil pencariannya.
Mark Zuckerberg sendiri dalam wawancaranya dengan Michael Arrington dari TechCrunch berpendapat bahwa “dalam norma sosial saat ini, semua orang ingin berbagi segala macam informasi dengan orang lain.” Paradigma itulah yang membuat Facebook bagai punya kekuasaan penuh dalam menentukan informasi mana yang dibagi dan mana yang pribadi.
Tentu aja pandangan dan kebijakan tadi menuai protes dari berbagai pihak. Gerakan yang paling ekstrim adalah QuitFacebookDay.com yang dari judul domainnya udah jelas: ngajakin orang untuk menghapus akun Facebooknya pada tanggal 31 Mei 2010. Saat tulisan ini dibuat, sudah ada 2854 orang yang menyatakan bersedia. Yah sebenernya sih, bisa dibilang baru ada 2854 orang yang bersedia, dari 400 juta lebih pengguna Facebook.
Gerakan lainnya yang lebih konstruktif dan kreatif adalah Diaspora, yang bertujuan untuk membangun jejaring sosial yang memberikan kontrol sepenuhnya di tangan pengguna. Diaspora memutarbalikkan infrastruktur Facebook, dengan meletakkan semua informasi penggunanya di sisi pengguna masing-masing, bukan di jaringan server mereka. Tadinya untuk memulai proyek ini, empat mahasiswa New York University di belakangnya menggalang pengumpulan dana $10,000. Siapa nyana dalam waktu kurang dari dua minggu, sudah $100,000 lebih yang terkumpul.
Oke, mungkin ngga usah se-ekstrim itu. Buat yang cukup peduli dengan kerahasiaan datanya, bisa mengikuti langkah-langkah pengamanan data yang dibuat oleh Lifehacker, yang cukup lengkap dan komprehensif. Atau bisa juga dengan menggunakan perangkat yang disediakan oleh ReclaimPrivacy.org yang akan memindai pengaturan akun Facebook lo dan memberi saran pengaturan yang cocok.
Selamat menjaga privasi!
Facebook memang semakin merajalela. Baru baca postingannya Jason Calanis yang malah langsung nyerang Zuckerberg: http://calacanis.com/2010/05/12/the-big-game-zu…
Kalo saya sendiri semua data private di facebook sudah saya hapus. Tinggal data-data yang saya tidak keberatan dibikin publik oleh facebook.