Elon Musk adalah contoh sosok kaya raya yang eksentrik. Beliau kerap membuat pernyataan-pernyataan kontroversial, dan terkadang publik bingung apakah dirinya bercanda atau tidak. Namun baru-baru ini, bos Tesla dan SpaceX itu sekali lagi membuktikan bahwa dirinya tidak selamanya selalu asal bicara dengan membeli platform media sosial favoritnya, Twitter.
Melalui siaran pers, Twitter mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk diakuisisi oleh Elon Musk dengan nilai transaksi sebesar $44 miliar, atau kurang lebih setara 634 triliun rupiah. Pasca transaksi yang diperkirakan bakal rampung dalam beberapa bulan ke depan, Twitter akan sepenuhnya menjadi perusahaan tertutup, bukan lagi yang sahamnya dapat dibeli oleh publik.
Keputusan Elon mengakuisisi Twitter ini dipenuhi dengan drama yang terjadi selama sekitar tiga pekan terakhir. Semuanya bermula ketika Elon diberitakan telah membeli 9,2% saham Twitter pada tanggal 4 April lalu. Elon pada dasarnya menghabiskan $2,89 miliar untuk menjadi pemegang saham terbesar Twitter, dan Twitter pun langsung menawarkan kursi direksi kepada Elon.
Secara mengejutkan, Elon justru menolak, dan pada tanggal 14 April, Elon melayangkan proposal untuk membeli Twitter secara keseluruhan. Ia bersedia membayar $54,20 per lembar saham Twitter secara tunai, sekitar 38% lebih tinggi daripada harga saat ia membeli sebagian saham Twitter beberapa hari sebelumnya.
I hope that even my worst critics remain on Twitter, because that is what free speech means
— Elon Musk (@elonmusk) April 25, 2022
Motivasi utama Elon membeli Twitter, seperti yang ia sampaikan sendiri, adalah untuk menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. “Kebebasan berpendapat adalah landasan dari demokrasi yang berjalan, dan Twitter adalah alun-alun kota digital di mana hal-hal penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan,” ucap Elon dalam siaran pers.
Sebagai pemilik baru Twitter, Elon juga sudah punya sejumlah rencana spesifik yang bakal ia eksekusi, mulai dari membuat algoritma Twitter menjadi open-source demi meningkatkan kepercayaan, sampai membasmi deretan spam bot yang selama ini menjadi salah satu problem besar bagi Twitter.
Gambar header: Akshar Dave via Unsplash.