Dewasa ini sektor e-commerce terlihat mencolok sebagai sebuah bisnis digital yang begitu menawan. Makin akrabnya masyarakat dengan layanan internet ditambah efisiensi yang diberikan dalam menemukan barang yang diinginkan menjadi pemicunya. ICD Research pernah memprediksikan bahwa dari tahun 2012 hingga 2015 pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia akan mencapai 42 persen. Dan benar, pertumbuhan tersebut kini terlihat tampak signifikan.
Industri E-commerce yang terus bertumbuh ini tak semata-mata memberikan keuntungan bagi para pemain di industri vertikal tersebut, namun berbagai pihak banyak mengalami keuntungan, seperti layanan pembayaran online, transaksi internet banking, hingga jasa di bisnis logistik. Sebagai salah satu penompang kesuksesan layanan e-commerce, layanan logistik juga banyak diuntungan akan penetrasi belanja online di Indonesia yang terus meningkat.
Tepatnya dua bulan lalu JNE menginfokan bahwa 60 persen pendapatan didapat dari e-commerce. Tahun 2015 ditargetkan akan bertumbuh menjadi 70 persen. Sayangnya kesempatan ini tidak begitu disiasati dengan baik oleh PT Pos Indonesia, layanan BUMN yang seharusnya dapat memaksimalkan keuntungan besar di momen ini.
Peranan bisnis logistik menjadi pisau bermata dua
Di satu sisi kondisi logistik yang ada di Indonesia saat ini juga menjadi pisau bemata dua, menompang dan kadang sekaligus menjadi titik lemah di industri e-commerce sendiri. Salah satu yang banyak dikeluhkan pebelanja online dari sebuah layanan e-commerce ialah terkait dengan pengiriman. Waktu pengiriman yang lama menjadi hal yang cukup menyebalkan bagi pelanggan, dan bahkan karena faktor tersebut banyak juga yang memilih berpaling dari layanan satu ke lainnya.
Sektor logistik memang masih sering menjadi celah buruk yang menghambat kepercayaan masyarakat akan sebuah layanan e-commerce. Terbukti beberapa pemain e-commerce mulai merintis in-house delivery, terutama untuk pengiriman di kawasan Jabodetabek.
Lamanya pengiriman salah satunya disebabkan karena alamat pengiriman yang jauh dan termasuk daerah terpelosok. Vendor yang menangani pengiriman barang masih memiliki keterbatasan ruang distribusi dikarenakan tidak adanya kantor cabang di wilayah-wilayah tersebut. PT Pos Indonesia, yang memiliki kantor cabang secara menyeluruh di seluruh wilayah, justru tampak kurang “mentereng” untuk menjadi pilihan.
PT Pos Indonesia kurang agresif mensiasati peluang di era e-commerce
Meredupnya sepak terjang PT Pos Indonesia di tengah peradaban online ini tak lain karena kurang agresifnya BUMN bercorak oranye tersebut dalam menjalin kerja sama dengan pemain e-commerce tanah air. PT Pos Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan momen ini secara lebih maksimal, karena sesungguhnya PT Pos Indonesia jaringan last mile terluas di Indonesia, termasuk hampir di setiap kecamatan.
Sayangnya bukan malah mengulik strategi untuk meningkatkan brand sebagai perusahaan logistik yang dapat diandalkan oleh pelaku e-commerce, mereka justru ikut-ikutan terjun di industri vertikal e-commerce itu sendiri. Memiliki kemampuan logistik bukan berarti bisa memastikan diri sukses di industri e-commerce.
GaleryPOS atau PlazaPOS, sebuah online marketplace yang pernah dirilis PT Pos Indonesia telah membuktikan bahwa expertise-nya masih jauh ketimbang para pemain lain yang memang benar-benar fokus di bidang tersebut.
Fokus di logistik dan memaksimalkan potensi di bidang tersebut menjadi pilihan terbaik bagi PT Pos Indonesia untuk memaksimalkan keuntungan di era e-commerce seperti saat ini. Hal senada diutarakan Executive Director ICT Institute Heru Sutadi sebagai pengamat eksosistem e-commerce tanah air. Menurutnya, PT Pos Indonesia perlu belajar dari beberapa layanan pos yang ada di dunia dengan kekuatan logistiknya.
PT Pos dinilai akan berperan besar dalam pengiriman dan penerimaan barang, jika mau bekerja sama dengan para pemain e-commerce yang ada. Menurut Heru, jasa PT Pos sekaligus bisa melindungi penjual dan pembeli dari risiko penipuan. Core business PT Pos bukan berdagang, melainkan di bidang logistik. Fokus di urusan logistik akan membawa PT Pos menjadi bagian penting dalam ekosistem e-commerce dan memberi andil kejayaan kembali PT Pos Indonesia, seperti laiknya kala surat menyurat masih menjadi alat komunikasi utama di masyarakat.
PT Pos membutuhkan gairah baru untuk bangkit
Terlepas dari itu semua, PT Pos Indonesia saat ini memang terlihat sedang membutuhkan angin segar dan inovasi produk untuk menjadikan bisnisnya bersinar. PT Pos selalu terlihat tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dari tren yang ada di pasaran. Dulu saat penetrasi pengguna Internet mulai tumbuh, Wasantara-Net dilahirkan sebagai sebuah ISP (Internet Service Provider). Saati itu PT Pos bekerja sama dengan PT Quantum Aksesindo Nusantara. Kini tak banyak orang yang masih mengenalnya, di saat pengguna Internet aktif sudah mencapai lebih dari 80 juta orang di Indonesia.
Banyak hal yang sebenarnya bisa digarap lebih rapi dan inovatif bagi PT Pos sebagai perusahaan jasa pengiriman. Dengan mengandalkan kekuatan dari sisi persebaran kantor cabang dan kepercayaan masyarakat, bukan hal yang sulit bagi BUMN ini untuk menjadi pemimpin di bidang logistik di negeri sendiri. Namun sekali lagi, inovasi dan strategi jitu penting untuk menumbuhkan potensi tersebut.
Maret lalu PT Pos melakukan aliansi strategis bermitra dengan AliExpress dan Singapore Post untuk pengiriman yang lebih cepat dari Tiongkok ke Jakarta. Dengan jumlah 6000 armada yang tersebar di seluruh Indonesia dan tracking pengiriman yang lebih mumpuni, sudah sewajarnya PT Pos berusaha keras untuk kembali menjadi pemimpin di industri logistik Indonesia.