DycodeX, startup pengembang hardware berbasis Internet of Things (IoT), tengah mencari pendanaan baru untuk mendukung rencana pengembangan bisnisnya di tahun depan.
Hal ini diungkapkan CEO DycodeX Andri Yadi saat DailySocial menyambangi kantornya di Bandung beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa pendanaan baru ini nantinya akan mendukung segala fokus bisnis DycodeX ke depan.
“Akhir tahun ini kami mau raise (pendanaan) lagi dari venture capital. Investor potensial sudah ada, dari lokal. Dengan (rencana cari pendanaan) ini, kami mencari fokus produk dan thankfully sudah ada,” ujar Andri.
Fokus produk yang dimaksud adalah pengembangan produk IoT untuk lima kategori, antara lain Asset Tracking, Agriculture Livestock Farming, Safety and Security, Custom Hardware Design, dan Industrial.
Sebelumnya DycodeX telah mengantongi pendanaan dengan nilai yang tidak diketahui dari angel investor bernama Edo Okandar. Di awal tahun ini, startup bermarkas di Bandung ini kembali memperoleh pendanaan dari angel investor berbeda.
“Pendanaan awal tahun ini tidak bisa saya sebutkan nilainya, tetapi valuasinya sampai satu juta dollar (per Januari 2018). Bisa dikatakan pendanaan ini pra-seri A,” ujarnya.
Incar nilai pasar 233 miliar Rupiah
Andri mengungkap sejumlah pengembangan produk baru di masa depan. Namun, rencana tersebut belum dapat dirilis kepada publik. Untuk saat ini, SMARTernak menjadi salah satu fokus pengembangannya di masa depan.
Solusi peternakan SMARTernak sendiri telah mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Pertanian.
SMARTernak menawarkan solusi peternakan berbasis IoT secara end-to-end. Tak sekadar hardware, SMARTernak menyediakan layanan untuk memantau hewan ternak, mulai dari melacak, mendeteksi aktivitas hewan ternak, estimasi kesehatan.
“Model bisnisnya sudah jelas, pasarnya ada, dan mau scale up juga. Bahkan kami sudah siapkan target yang ingin kami incar. Saat ini ada sekitar 16 juta sapi di Indonesia, kami mau incar 1 persen atau 160 ribu sapi dalam dua tahun. Nilai dari 160 ribu itu sebesar 16 juta dollar (Rp233 miliar),” ungkap Andri.
Menurut Andri, nilai bisnis yang dipatok cukup besar karena produk yang ditawarkan DycodeX tak hanya berupa perangkatnya saja, tetapi layanan secara end-to-end.
Ia mengaku optimistis dapat mencapai target karena hingga akhir tahun ini SMARTernak bakal mendapat 10.000 sapi. Diungkapkan Andri, 10.000 sapi ini diperoleh dari peternakan milik anak usaha Astra Group.
“Hingga akhir tahun kita sudah dapat 10.000, itu saja tanpa marketing dan funding baru. Artinya dengan effort lebih banyak, dengan funding dan marketing bagus, sebetulnya target 160.000 sapi itu sudah di depan mata,” katanya.
Andri menambahkan, peternakan sapi yang dikelola korporasi itu hanya 1,6 juta atau 10 persen dari total 16 juta sapi di Indonesia. Bicara perusahaan berskala menengah hingga besar, ada belasan ribu sapi yang dikelola. Artinya, masih ada peluang besar di level peternakan daerah.
“Makanya, kami nanti mau tambah resource lagi untuk fokus pada pengembangan ini,” katanya.