Layanan pembayaran Doku memperbarui situs Doku Merchant untuk mempermudah proses integrasi merchant dalam mengakses seluruh layanan Doku sesuai kebutuhan masing-masing. Inovasi ini sebenarnya sudah dimulai sejak November 2017, namun ada proses yang membutuhkan tindakan manual seperti melalui e-mail.
VP of Payment Gateway Sandi Fajariadi menjelaskan, dengan pembaruan situs ini merchant dapat lebih mudah terhubung dengan layanan Doku tanpa biaya sama sekali. Biaya baru dikenakan apabila ada transaksi.
Sebenarnya, layanan Doku tidak hanya e-wallet, tapi juga payment gateway, remitansi, kode QR, dan lainnya. Keseluruhan layanan bisa terkoneksi tanpa merchant harus mengisi tambahan dokumen.
Dibandingkan versi sebelumnya, penyempurnaan situs ini mencakup sejumlah hal, di antaranya filter tambahan untuk mempermudah pencarian rekap transaksi, ekspor format dokumen, dan akomodasi pendaftaran untuk merchant dari luar negeri.
“Tujuan kami, siapapun merchant-nya, mereka dapat langsung fokus ke bisnisnya saja, sementara untuk seluruh transaksinya sudah ditangani oleh Doku,” terang Sandi di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, Senin (23/9).
Merchant yang disasar Doku, sambungnya, berasal dari semua skala bisnis, baik skala besar, UKM, maupun perorangan. Saat registrasi, mereka hanya cukup mengisi nama toko, identitas diri, nomor ponsel, dan alamat e-mail. Untuk KYC, apabila usaha perseorangan hanya mengunggah kartu identitas, sementara badan usaha cukup mencantumkan SIUP.
“Nanti dari sistem akan diverifikasi bila dokumen sudah dipenuhi, bila perlu tambahan secara manual, kemungkinan baru selesai dua hari lagi.”
Saat ini Doku memiliki lebih dari 150 ribu merchant yang berasal dari perusahaan ritel, properti, maskapai penerbangan, dan transportasi. Nama-nama perusahaannya adalah AirAsia, Garuda Indonesia, Citilink, Lazada, AliExpress, Tauzia Hotel, Alfamart, dan perusahaan asuransi seperti AXA, Cigna, dan Prudential.
Tanpa mendetailkan nominal transaksi, Sandi menyebut nilai transaksi dari merchant maskapai penerbangan dan hotel memegang persentase lebih besar ketimbang segmen usaha lainnya. Meskipun, secara persentase lebih banyak merchant yang bergerak di bisnis ritel.
Sandi enggan menyebut target spesifik terkait peluncuran kembali situs Doku Merchant ini. Dia hanya menyebut ke depannya perusahaan akan terus melengkapi fitur situs agar semakin menjawab kebutuhan merchant.
Bisnis payment gateway masih utama
Branding Doku di mata end user sering diasosiasikan sebagai pemain e-wallet, padahal kenyataannya bisnis utama Doku adalah payment gateway. Pangsa pasarnya bahkan mencapai 90% ketimbang lini bisnis Doku lainnya.
Pertumbuhan bisnisnya diklaim tumbuh double secara year on year untuk pencapaian di semester pertama 2019. “Kami malah optimis tahun ini bisa achieve target untuk bisnis payment gateway ini.”
Menurut Sandi, pihaknya punya alasan kuat untuk mendukung misi tersebut. Bisnis e-commerce masih memiliki jalan panjang untuk menyentuh seluruh aspek masyarakat Indonesia. Peluang tersebut secara domino berdampak pada bisnis payment gateway itu sendiri.
“Apalagi dengan kehadiran QRIS dan GPN tentunya ini bisa berdampak pada meningkatnya transaksi bisnis kita.”
Bisnis payment gateway fokus ke pasar B2B sehingga cara pemasarannya berbeda dengan cara memasarkannya ke end user. Selain itu beberapa merchant mensyaratkan clean policy, artinya tidak boleh menaruh branding Doku saat konsumen bertransaksi di platform mereka.
“Dari sisi personal branding memang perlu karena orang-orang perlu awareness. Tapi dari sisi bisnis, itu kembali ke masing-masing merchant karena ada yang menerapkan clean policy,” tutupnya.