Pada akhirnya, agar bisnis bisa bertahan, cara terbaik adalah beradaptasi terhadap perubahan. Ketika pandemi berlangsung berkepanjangan dan mengganggu jalannya bisnis, ada baiknya startup melakukan penyesuaian dan diversifikasi.
Dengan semakin sulitnya menggalang dana, startup dituntut menghasilkan peluang bisnis baru, yang tidak hanya membantu meningkatkan pendapatan, tetapi juga menjadi added value agar bisa bertahan selama pandemi.
Di sebuah tulisan, perusahaan modal ventura terkemuka Sequoia menyebutkan, kondisi saat ini merupakan black swan. Saat kondisi sedang mengalami penurunan, pendapatan dan uang tunai menjadi fokus utama ketimbang pengeluaran.
“Seperti yang dirangkum Darwin, mereka yang selamat bukan yang terkuat atau paling cerdas, tetapi paling mudah beradaptasi dengan perubahan.”
Menerapkan survival mode
DailySocial mencatat, perlahan tapi pasti, berbagai startup menambah jenis layanan yang dirasa relevan saat ini.
- Titipku, startup asal Yogyakarta yang awalnya fokus pada pemberdayaan UMKM, kini memperkenalkan fitur layanan berbasis lokasi. Layanan ini dikembangkan untuk memudahkan pengguna mencari pedagang untuk berbelanja.
- Startup logistik Deliveree meluncurkan platform belanja sembako online yang langsung bisa diakses di aplikasi. Fitur ini dilengkapi live chat atau panggilan untuk bisa langsung terhubung dengan toko.
- Platform periklanan bergerak Ubiklan yang menjajaki bisnis baru bernama UbiFresh. Mereka menawarkan belanja grocery secara online melalui aplikasi.
- Platform property management Travelio menghadirkan beberapa inovasi baru, termasuk meluncurkan TravelioMart sebagai platform penjualan bahan pangan segar, seperti sayur, buah, berbagai variasi daging, dan produk kebutuhan dasar rumah tangga lainnya untuk tenant perusahaan.
- Platform fotografer on-demand SweetEscape menawarkan solusi baru yang diharapkan menjadi tren, yaitu Virtual Photoshoot dan Terrace Photoshoot.
- Halodoc juga menambah fitur baru yang bertujuan membantu pengguna berkonsultasi seputar kesehatan mental dan jiwa mereka. Melalui fitur Konsultasi Jiwa, Halodoc mencoba untuk membantu mereka yang membutuhkan.
- Zalora, yang selama ini fokus ke layanan fashion commerce, menghadirkan kategori baru, yaitu produk kesehatan dan rumah tangga, untuk memudahkan keluarga melengkapi berbagai kebutuhan. Langkah strategis ini diambil menyesuaikan kebutuhan masyarakat saat pandemi.
Inovasi menarik investasi
Ketika pandemi Covid-19 menjadi gangguan, perusahaan modal ventura memperketat penilaian investasi dan mengidentifikasi prioritas. Untuk perusahaan tahap awal, rencana melanjutkan pendanaan ke tahapan lanjutan menjadi lebih sulit.
Di sisi lain, pandemi ini telah memberikan akselerasi positif bagi adopsi beberapa sektor teknologi. Sektor-sektor seperti e-commerce, healthtech, edtech, dan logistik secara umum justru mengalami peningkatan.
“Kami juga melihat tingginya jumlah transaksi e-commerce di masa Idul Fitri, terlepas dari adanya pandemi. Masyarakat kini juga lebih terbuka dengan tele-konsultasi medis via Zoom [..] Dengan interaksi fisik yang terbatas, solusi yang diberikan perusahaan teknologi menjadi sebuah kebutuhan agar pola hidup masyarakat bisa kembali berjalan normal,” kata Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.
Adopsi teknologi membantu mempercepat digitalisasi di industri tradisional. Ke depannya perubahan ini akan terus menyebar ke industri lain, termasuk FMCG, F&B, keuangan, agrikultur, dan hiburan.
Pandemi telah menciptakan peluang bagi konsumen yang lebih konservatif untuk mencoba produk teknologi yang menawarkan kemudahan. Meskipun demikian, seberapa lama momentum ini akan berlanjut sangat tergantung pada kemampuan pelaku bisnis menciptakan ketergantungan atas produk atau layanan mereka.
Menurut Partner Kolibra Capital Teezar Firmansyah, startup bisa memberikan respons positif saat pandemi berlangsung dan bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini.
Kolibra melihat saat ini menjadi saat yang krusial bagi startup menunjukkan jati diri mereka. Apakah mereka bisa bersaing dan menawarkan inovasi baru kepada pelanggan.
“Pandemi Covid-19 saat ini memang cukup mengubah lanskap dari bisnis startup. [..] Ini merupakan ujian survival of the fittest, di mana startup yang bisa beradaptasi dengan changing trend dari pasar akan bisa bertahan,” kata Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital Indonesia.