Supercar atau mobil eksotis mengacu pada tipe kendaraan elit serta edisi terbatas. Karena level ini sangat bergengsi, perusahaan otomotif biasanya mencurahkan segala sumber daya mereka demi memastikan produknya lebih unggul dibanding kompetitor. Di sana, bisa jadi faktor terakhir yang baru mereka pikirkan ialah penghematan material dan pemakaian sumber daya.
Divergent Microfactories mempunyai visi yang bertolak belakang dari para pengrajin supercar pada umumnya – mungkin dapat menggelitik produsen lain. DM memperkenalkan Blade, sebuah mobil super berkonsep konstruksi modular lewat teknologi 3D printing. Uniknya lagi, dari awal pengembangan Divergent Microfactories sudah memikirkan tingkat emisi karbon dan berniat untuk meminimalisirnya.
Model prototype Divergent Microfactories Blade mengusung desain sangat unik, bertema futuristis. Lekukan tubuh melengkungnya mengingatkan pada perpaduan Tamiya dan kendaraan sci-fi di film Tron. Bagian kokpit memanjang ke depan, kemudian terdapat rangkaian lampu vertikal, scissor door, satu kursi untuk pengemudi, serta filter udara luar mirip jaring laba-laba dan sarang lebah. Sangat apik, padahal CEO Kevin Czinger mengaku, Blade terinspirasi dari mobil elektrik.
Info menarik: Seperti Inikah Mobil Balap F1 McLaren-Honda Versi Masa Depan?
Perbedaan paling mendasar dalam Blade adalah pembuatan tubuh. Mobil memanfaatkan chassis modular berbasis node aluminium 3D printing serta batang-batang penyambung dari serat karbon kelas pesawat udara. Teorinya, teknik tersebut memungkinkan kita menyusun node aluminium ke bentuk apapun. Kombinasi kedua material menyebabkan Blade tetap ringan. Berat chassis-nya terhitung hanya sekitar 46 kilogram saja.
Divergent Microfactories menjanjikan solusi struktur mereka sama kuat dan kokoh seperti chassis konvensional. Sebagai jantungnya, sang produsen membubuhkan motor Evo 2,4-liter dengan turbocharger bertenaga 700 hp. Teknologi di Evo tak kalah menarik karena mampu melakukan switch antara penggunaan bensin dan bahan bakar gas secara mulus. Namun apakah cara tersebut akan efektif untuk memenuhi kebutuhan performa?
Kevin Czinger merasa yakin. Alasannya, mesin dipadu tubuh berbobot dasar cuma 635 kilogram – sangat ringan. Dengan memangkas pengaruh gaya gravitasi Bumi ke mobil, akselerasi dan pengendalian Blade jadi lebih baik. Seandainya DM Blade masuk ke tahap produksi, bayangkan dampak terobosan desain chassis-nya terhadap industri supercar.
Selain ramah lingkungan berkat motor Evo, metode 3D printing turut mengurangi polusi udara yang dihasilkan pabrik mobil. DM memperkirakan, biaya buat menciptakan production line jadi jauh berkurang – sekitar US$ 10 juta untuk 10.000 unit selama setahun.
Namun angan-angan itu terbilang masih jauh. Buat sekarang Divergent Microfactories berupaya untuk menyiapkan sejumlah unit blade, dengan maksud membuktikan ide inovatif mereka pada khalayak.
Via Digital Trends. Sumber: Divergent Microfactories.