Tim CS:GO NXL mempunyai harapan tinggi buat mengukirkan nama mereka sebagai pemenang kompetisi eSport bergengsi di Asia Tenggara, AGES 2016. Selama kiprah mereka di ranah gaming profesional, NXL berhasil menjaga rekor kemenangan mutlak dalam laga LAN. Namun nasib berkata lain, mereka yang telah berlatih begitu keras harus pulang tanpa membawa piala.
Fans mungkin merasa kecewa, tapi tentu saja, tidak ada yang lebih sedih menghadapi pahitnya kekalahan dibanding personel NXL sendiri. Belum lama, saya berkesempatan menghubungi sang team leader Richard Permana untuk mencari tahu perjalanan dan pengalaman mereka selama bertanding di ASEAN Games for eSport 2016.
Seperti yang sudah Anda tahu, turnamen kelas internasional bukan merupakan hal baru bagi tim pemenang ACG Beijing 2013, BenQ League 2014 Malaysia sampai BenQ CS:GO Asia Cup 2015 tersebut. Mereka sudah terbiasa menghadapi ketatnya jadwal, kelelahan, dan kurang tidur. Namun baru di AGES 2016 ini formasi baru NXL diuji keampuhannya. Di sana, kompetisi CS:GO hanya berlangsung dua hari saja.
Tim tiba di Malaysia hari Jumat tanggal 27 Mei pukul lima sore, namun baru sampai di hotel jam 11 malam karena harus menunggu kontingen negara lain. Bus sudah menunggu keesokan paginya, membawa mereka buat melakukan registrasi ulang. Di pertandingan pertama, NXL memperoleh kesempatan untuk berhadapan melawan Signatur Gaming dari Thailand. Richard menjelaskan, mereka ini adalah salah satu tim kuat di kawasan Asia Tenggara.
Sayang sekali, Richard mengaku performa mereka kurang optimal. Rasa grogi di awal pertandingan memang wajar, tetapi menyebabkan kesalahan yang berujung pada kekalahan. Richard bilang, “Kami kalah di partai pertama, turun ke lower bracket yang artinya adalah nyawa terakhir.”
Di pertandingan kedua, NXL sukses menyapu bersih tim Malaysia. Skornya mencengangkan: 16 lawan 1 – tak masalah karena jarak level yang terlampau jauh. Tetapi ada kejutan menanti di match selanjutnya: Fortius.
“Dulu saya pernah berkeinginan untuk mengirimkan dua wakil dari Indonesia ke AGES agar tim CS:GO nusantara bisa memperoleh award atau masuk ke delapan besar, supaya mereka bisa membawa pulang hadiah sebagai modal,” kata Richard. “Namun saya sedih harus melihat dua tim Indonesia saling membantai di panggung utama. Kalah di sana mengakibatkan mereka harus pulang, dan itu pun belum masuk delapan besar.”
Fortius juga harus turun ke lower bracket akibat kalah dari MiTH Thailand. Menghadapi Fortius, NXL unggul yaitu 16 melawan 7. Bagi Richard, ini bukanlah kemenangan yang ia harapkan.
Selanjutnya, NXL tanding dengan Hanoi Vortex. Sejumlah kesalahan masih terjadi, tapi para jawara CS:GO Indonesia ini berhasil menyingkirkan tim asal Vietnam tersebut, memberikan mereka kesempatan untuk berduel kembali melawan Signature Gaming.
Di match kelima di hari Sabtu itu, NXL bertanding lebih baik dan efektif, membuat mereka unggul di awal. Sayang sekali, di saat 14 lawan 14, seorang personel NXL lepas kendali karena terpancing gerakan lawan. Richard menuturkan, “Akibatnya, pengalaman kali ini harus dibayar mahal. Di hari itu, perjalanan kami terhenti.”
Tapi seperti kata Nelson Mandela, ‘Seorang pemenang adalah pemimpi yang tidak pernah menyerah’, dan Richard serta kawan-kawan tidak mau berlarut-larut memikirkan kekalahan. Kerja keras tanpa henti NXL-lah yang bisa membuat mereka melangkah sejauh ini. NXL tentu sudah melakukan analisis dan evaluasi, mencari tahu apa penyebab mereka kalah. Sebagai awalnya, Richard sudah mulai menerapkan kebijakan serta strategi baru.
Dan apapun yang terjadi, saya yakin para pecinta serta pemerhati eSport di Indonesia akan terus mendukung para maestro CS:GO itu dan merasa terhormat bisa diwakilkan NXL di turnamen-turnamen bergengsi dunia.
Edit: Ada kekeliruan penulisan skor saat NXL melawan Fortius, telah diperbaiki.
Catatan: DailySocial ialah media partner tim NXL.